26 November 2018

ALIRAN RASA Game Level 3

Awalnya, jujur, saya bingung dengan tantangan meningkatkan kecerdasan anak di game level 3 Bunda Sayang ini. Bingung karena suami bolak-balik Temanggung-Banjar, sementara anak saya juga masih usia 22 bulan. Mau bikin proyek apa ya yg mengasah kecerdasannya? Kecerdasan apa yang harus saya stimulasi lebih di usia nya ini. Lama tidak menulis, saya melihat postingan teman saya yang lebih dulu sudah menentukan proyek keluarganya. Pun saya menyimak diskusi di grup, membaca materi beberapa kali. Pesan penting yang saya tangkap dari fasilitator saya adalah, buatlah proyek keluarga yg melibatkan anak utk meningkatkan kecerdasannya, meski proyek itu simpel, tidak apa-apa, pasti nanti ketemu polanya.

Ada beberapa yang benar-benar membuat suatu 'proyek', melibatkan suami dan anak seusia TK-SD, dan menghasilkan karya. Saya pikir, memang sih Fathan, anak saya, sudah bisa diajak bikin ini itu, tapi masih saja saya ragu. Akhirnya, karena memang saya sedang meniatkan untuk menyapih Fathan dalam waktu dekat, saya putuskan untuk mengerjakan proyek berjudul "Weaning with Love" menyapih dengan cinta.

Waktu terus berjalan, dan memang mengalir begitu saja. Tidak setiap hari rencana saya berhasil. Pun tidak setiap hari kecerdasan anak saya kelihatan bertambah. Yang ada, dalam proses penyapihan kemarin, kami banyak melibatkan emosi. Konsep Weaning With Love yang kami jalankan juga tidak sesuai teori kebanyakan. Kami masih menerapkan cara menyapih orang-orang terdahulu dengan 'memaksa anak tidak mau menyusu' dengan cara yang kurang sesuai teori WWL dimana harusnya anak diajak berdialog hingga mau total meninggalkan aktivitas nenennya. Awalnya memang ingin begitu, tapi ternyata saya dikejar waktu, saya harus cepat-cepat menyapih Fathan karena kondisi kami yg sudah kami ceritakan di postingan2 kami di blog.

Jadilah Fathan berhasil disapih dalam kurun waktu satu minggu. Selama proses menyapih, kecerdasan yang ingin saya tingkatkan adalah kecerdasan intelektual terutama verbal dan kecerdasan emosi, untuk tidak selalu harus bersama saya. Alhamdulillah, sekarang, setelah selesai tantangan level 3 dan setelah selesai proses sapih, Fathan makin menunjukkan kecerdasannya.

Sebagai contoh, saat dulu dia lapar, ya dia tinggal bilang "Ibuk, mimik..". Lalu kini, dia bisa membedakan haus dan lapar. Dia akan lari ke dapur untuk minta dibuatkan susu, atau teh, atau jika hanya ingin minum air putih, ya dia bilang "mik putih..". Atau ketika lapar, dia akan mencari camilan atau makanan, sambil bilang "maem, nandi maem..". Atau saat ingin makan camilan, dia bilang "wafer.. roti..".. Atau saat dia mengantuk, dia bilang "bobook, kamar..". Yang saya pikir, kecerdasan verbalnya sudah ada peningkatan, sudah lebih spesifik dalam mengutarakan keinginannya.

Pun begitu dengan kecerdasan emosinya. Saat awal-awal proses menyapih, saya juga sering mengajaknya ngobrol. Bahwa,
"nenen Ibu sudah tidak enak buat Fathan", atau
"Fathan nenennya sudah ya, gantian sama adek, ini ada adek di perut Ibu..nanti kalau perut Ibu sudah besar, insyaallah adek lahir, owek-owek, terus nenennya buat adek.."
Lalu kini, dia pun sering bilang "adek, adek," sambil menunjuk perut saya.. Meski kini dia juga masih posesif, apa-apa masih harus dengan saya, tapi insyaAllah dia makin terlihat dewasa. Tidur sudah tidak harus nenen, tidak harus digendong, saat terbangun malam pun sudah tidak terlalu rewel. Saat bangun tidur juga langsung bangun, tidak banyak merengek, meski kadang saat dia masih capek, dia hanya ingin berguling-guling dulu di kasur, baru mau bangun dan turun dari kasur beberapa saat setelahnya.

Tugas saya selanjutnya, meski game level tiga sudah selesai, adalah bahwa saya masih harus memantau dan meningkatkan kecerdasannya. Yang berarti juga, kecerdasan saya juga harus ditingkatkan.

#KuliahBundaSayang
#AliranRasa
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

17 November 2018

Rewel Semalam



Saya pikir, setelah melewati malam pertama tanpa nenen dengan lumayan tenang, maka malam berikutnya akan makin tenang, hanya akan rewel sedikit seperti malam sebelumnya. Ternyata tidak, Fathan terbangun jam 10, menangis tidak mau ditenangkan. Saya gendong, salah, dia maunya tiduran sambil nenen. Lalu saya biarkan, saya tawari lagi UHT dan wafer. Dia masih belum mau. Akhirnya saya gendong, dia menunjuk-nunjuk luar, minta keluar.

Ah iya, karena saking keras suara tangisnya, Ibu saya sampai masuk kamar, ingin ikut menenangkan Fathan. Kebetulan suami saya masih belum sampai rumah, masih di Banjarnegara.

Melihat Ibu saya, suara tangis Fathan malah makin kencang, di tidak mau digendong Mbah, maunya Ibu! Jadilah saya keluar kamar bersamanya, menghidupkan semua lampu. Ibu menyalakan televisi, Fathan bisa ditenangkan, anteng melihatnya, minta saya duduk menghadap tivi dan dia tenang di pangkuan saya, sampai akhirnya mau tidur, tapi tidak mau tidur di kamar. Kebetulan kami memang menyediakan kasur di ruang tengah, jadilah dia terlelap di situ.

Saya berniat membersamai Fathan tidur di ruang tengah. Sambil menunggu kabar suami, karena beliau bilang malam ini mau pulang. Sampai jam 12 malam, saya belum bisa tidur. Lima menit berselang, suami datang.

"Loh tidur di sini? Pindah kamar aja yuk, kasihan Fathan dingin.." pinta suami

Baiklah saya pindah ke kamar. Dan memang, langsung bisa tidur. Jam dua Fathan terbangun, menangis lagi. Karena waktu terbangun jam 10 tadi dia belum mau minum, pasti jam 2 ini dia lapar. Benar saja, saat saya sodorkan wafer dan UHT, dia mau makan dan minum,, glundang-glundung, tertidur kembali.

What a Weaning With Love! Meski metodenya berbeda dengan ibu-ibu modern kebanyakan yang sungguh-sungguh menerapkan WWL, bukan berarti kami tidak menyapih dengan cinta, karena bentuk cinta pada masing-masing keluarga itu unik, tidak harus sama :).

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

16 November 2018

UHT Tengah Malam

Setelah sehari tidak nenen, lalu terbangun malam masih nenen. Hari berikutnya saya niatkan untuk benar-benar lepas nenen. Kami siapkan kesukaan Fathan saat ini, susu UHT dan wafer. Tidur jam setengah delapan di gendongan saya, Fathan terbangun jam 11, mencari nenen dan menangis. Saya tawari UHT belum mau, malah tertidur kembali saat saya usap-usap punggungnya.

Jam satu malam terbangun lagi, menangis lagi, lalu saya bujuk dia untuk minum susu UHT dan makan wafer. Dia malah langsung minta dibukakan wafer saja, baru mau minum susu. Setelah itu, dia melihat album foto yang siang tadi kami lihat bersama. Lalu dia tertawa-tawa melihat fotonya sendiri.

"Mipat, mipat..", katanya, 'mripat', saat melihat fotonya dengan matanya yang bulat.

Aah, Fathan, orang-orang saja gemas lihat matamu saat melolo begitu. Ternyata kamu baru sadar kalau matamu bulat, nak!

Setelah tertawa-tawa, dia balik lagi lembaran albumnya, dan melihat foto saat dia tidur wakty bayi dulu. Dan malah lalu dia minta berbaring..

"Bobok, kene.." bobok sini, katanya.

Dan malam itu kami bisa melewatinya, semalam tanpa nenen Ibu lagi. Semoga malam-malam berikutnya makin mudah..

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

15 November 2018

Menyapih adalah Pembiasaan


Beberapa kali saya mendengar cerita orang-orang tua menyapih. Saran mereka macam-macam. Ada yang harus di hari 'weton' ibunya agar anak tenang, jangan di hari 'weton' anaknya, nanti rewel ga selesai-selesai. Ada juga yang harus pergi ke dukun untuk dapat 'obat' agar proses menyapihnya mudah. Yang paling umum sih, ya menyediakan semua kesukaan anak saat dia pengen nenen, intinya mengalihkan perhatiannya. Kini, saya juga sering mendengar dari ibu-ibu muda modern, sebaiknya menyapihlah dengan cinta, dengan sering mengajak anak ngobrol tentang penyapihan, dengan membacakan doa pada anak, dan tidak memaksa anak.

Saya juga sangat ingin menerapkan WWL yang sesungguhnya. Tapii ternyata keadaan saya megharuskan untuk segera menyapih Fathan. Ya sudah, seperti cerita dalam postingan saya sebelumnya, saya terpaksa mengoleskan jahe pada puting saya, dan mengalihkan perhatian Fathan saat ingin nenen. Satu hari berjalan, aman. Malam menjelang, Fathan masih rewel saat mau tidur,  jadilah saya dekap, saya timang-timang, akhirnya tertidur. Saya pikir, insyaallah Fathan akan mengerti seiring berjalannya waktu dan bagaimana saya membiasakan untuk sudah tidak memberinya nenen lagi. Tiap kali melihat dia terlelap, saya kasihan, tapi saya yakin, dengan pengalaman ini, semoga menjadikan dia makin dewasa, makin cerdas dan mandiri.

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

Pedes


Suami membelikan jajanan macam-macam sebagai pengalih perhatian Fathan ketika tidak boleh nenen. Saya sebenarnya sangat ingin menerapkan Weaning With Love yang sesungguhnya, tanpa ada pahit-pahit, pedas-pedas, atau apalah untuk menggambarkan 'nenen Ibu sudah tidak boleh lagi diminum'. Tapi pengalaman sebelumnya, saat saya ingin menyapih yang pertama kali, saya menghindar dari Fathan dan dia dibawa Bapaknya, kadang Mbahnya, lalu saat bertemu saya, saya menolak untuk menyusui, saya bilang, "Gantian sama adik, ya.." Fathan jelas sekali terlihat tidak terima.

Maka kini, selain saya sounding terus saat dia nenen, saya juga menyiapkan mental saya. Juga menyiapkan apapun, sebisa mungkin Fathan segera disapih. Demi kesehatannya, saya, dan adiknya yang masih di dalam kandungan.

Dengan amat sangat terpaksa, saya mengikhlaskan Fathan merasakan sedikit 'pedas' saat ingin nenen. Saya memarut jahe dan mengolesi sedikit pada puting saya saat dia mau nenen.

"Pedes, hahah.." kata Fathan sambil geleng-geleng. Dan dia tidak mau.

Lalu saya beri dia susu UHT, dan dia mau minum. Selain itu juga camilan, apa saja, biskuit, wafer, bolu, gethuk, juga mainan mobil-mobilan, puzzle karpet, dan lainnya.

Karena Bapaknya sedang ada di rumah, akhirnya dia ditimang-timang Bapaknya sampai tertidur jam 9 pagi. Jam 10 sudah terbangun, minta nenen lagi, tapi dia sadar, dia bilang "Pedes" sambil menangis..

Lalu kami bawa ke luar kamar. Di depan, Ibu dan Bapak saya sedang bersiap pergi kondangan. Akhirnya Fathan diajak ke kondangan, tanpa saya. Sementara mereka kondangan, suami saya juga bersiap untuk pergi ke Banjarnegara, jual ikan. Jadilah saya sendiri di rumah.

Sepulang kondangan, seperti biasa Fathan sudah ceria, lupa kalau dia butuh nenen. Begitu terus sampai malam menjelang. Tiap kali lihat saya dan pengen nenen, dia bilang "Pedes..hahah".

Kasihan sebenarnya, tapi sekali lagi, demi kebaikan bersama, insyaallah..
Lalu tibalah waktu tidur malam, menjelang tidur dia sangat ingin nenen, tapi dia sendiri tahu kalau nenen Ibunya pedes. Ya sudah agak rewel sedikit. Lalu saya ajak gendong, saya timang-timang saat dia sudah ngantuk sekali. Dan tertidur.. Saya taruh di ranjang.

Jam 11 malam dia terbangun, saya sodorkan nenen saya yang sudah dioles jahe sebelum tidur. Ternyata dia tidak merasa pedas, ya sudahlah, saya mengalah untuk malam ini. Dan bertekad malm berikutnya sudah tidak ada aktivitas nenen lagi. Bismillah..

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

11 November 2018

Menguras Energi


Pulang dari Semarang, di hari berikutnya, saya merasa sangat lelah. Rasanya ingin tidur saja. Fathan sudah tidur dari jam sembilan, masih saya nenenin. Jam sebelas, saya masih menemaninya di tempat tidur. Dia terbangun, minta nenen lagi, saya kira akan bangun, ternyata tidur lagi. Saya beranjak dari tempat tidur untuk makan, tapi tidak seenak biasanya. Saya rasa terlalu lelah. Akhirnya jam 12 saya tidur menemani Fathan. Hujan turun. Lengkap sudah suasana siang ini. Fathan masih tertidur. Jam satu saya beranjak untuk shalat dzuhur. Gantian Bapaknya menemani Fathan yang masih belum mau bangun.

Akhirnya dia bangun jam dua. Alhamdulillah setelah saya sudah lumayan segar. Langsung saya tawari dia makan. Lalu dia makan sambil bermain karpet puzzle favoritnya. Jam tiga Mbah Yayi pulang, membawa nasi kuning sisa lomba menghias tumpeng Hari Guru pagi tadi.

Setelah mandi, Fathan makan nasi kuning, lumayan banyak. Tidak 'nembung' nenen.

Baru malam hari menjelang, saat dia sudah ngantuk sekali, dia minta dikelonin di kamar, minta nenen. Setelah dia tertidur, saya merasa sangat lemas kembali. Tengah malam, saya utarakan niat saya pada suami untuk betul-betul menyapih Fathan. Adik Fathan yang sedang tumbuh di dalam rahim, ditambah Fathan yang aktivitasnya sudah sangat banyak, belum saat dia masih minta nenen, benar-benar menguras energi saya. Padahal kadang saya dilanda rasa mual, yang tidak memungkinkan banyak makanan masuk seperti saat tidak mual..

Bismillah, pagi hari menjelang, kami sudah akan menyiapkan keperluan menyapih Fathan..

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

Ke Semarang


Hari ini, jadwal saya bimbingan tesis di Semarang. Setelah kemarin janjian dengan dosen pembimbing, beliau siap menerima mahasiswa maksimal jam 9 pagi. Jadilah saya bersiap sepagi mungkin dari Temanggung. Sampai Semarang pukul 8 lebih, saya hubungi dosen saya lagi. Alhamdulillah menunggu sebentar dan akhirnya bimbingan hingga pukul setengah sepuluh.

Selesai bimbingan, kami memutuskan untuk makan, lalu lanjut silaturahmi ke guru ngaji saya dulu, yang juga mentaarufkan saya dan suami waktu itu.

Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Fathan menyusu saat berangkat dari Temanggung, tertidur sampai Ungaran. Lalu bangun, minta minum air putih. Sepanjang menunggu saya bimbingan, dia aman bersama Bapaknya. Minum air putih, makan bolu, mangga, dan camilan lain. Sampai selesai di tempat guru ngaji saya pun, dia sama sekali tidak minta nenen. Dan karena saking ngantuknya, keluar dari guru ngaji, naik mobil, langsung tertidur.

Sebenarnya Fathan sudah tidak terlalu bergantung dengan ASI saya, dia sudah kenyang kalau makan dan minum macam-macam, tapi dia merasa aman dan nyaman dengan aktifitas nenen. Maka saat dia ngantuk dan ingin bersama saya, dia pasti minta nenen. Padahal kalau sedang tidak dengan saya, dia bisa saja tertidur di gendongan Baoak atau Mbahnya.

Di tengah perjalanan pulang ke Temanggung, kami berhenti di Sumowono untuk shalat ashar. Fathan terbangun, sekalian ikut ke Masjid. Cuci muka, main-main sebentar. Lalu kami mampir ke warung, beli jus dan sup buah untuk teman perjalanan. Di jalan, Fathan ingin duduk sendiri di depan, menemani Bapaknya, jadilah pakai jaket, kaos kaki, duduk di depan dengan mengencangkan sabuk pengaman. Saya memang sedang agak tidak enak perut, maka saya biarkan saja.. Melihat pemandangan begitu saja, saya masih trenyuh. Masih sering tidak menyangka kalau Fathan sudah bisa dibiarkan sendiri, tidak harus menempel Ibunya. Tapi saya menenangkan diri, membiarkan dia belajar mandiri, melatih kecerdasan emosinya saat jauh dengan saya.

Tapi hanya sekitar 15 menit, dia kedinginan, saya tidak tega, akhirnya saya peluk, saya nenenin lagi sambil dipijat punggungnya. Setidaknya, Fathan sudah seharian bersama saya tapi tidak 'nembung' nenen, insyaallah hari-hari berikutnya akan lebih mudah untuk disapih..

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

8 November 2018

Ditinggal Setengah Hari


Hari ini, jadwal saya mengikuti tes CPNS di Magelang. Jadwal tes jam 4, tetapi saya harus sudah di sana maksimal jam 3 sore untuk registrasi. Kami putuskan untuk tidak membawa serta Fathan. Karena pasti akan sampai rumah malam-malam, dan dia sudah keseringan kami ajak bolak-balik Temanggung-Semarang.

Pukul 12 siang, saya dan suami bersiap untuk pergi. Fathan sudah dibawa Ibu saya main ke tetangga. Saya shalat, makan, dan menyiapkan barang-barang yang perlu dibawa. Jam 1 kurang kami berangkat. Saya meyakinkan diri dan suami, Fathan akan aman bersama Mbah Yayi dan keponakan kami.

Alhamdulillah saya menjalani tes dengan lancar, meskipun belum lolos di tahap tersebut. Setidaknya jadi lega, dan mantap melanjutkan apa-apa yang harus diselesaikan. Setelah shalat maghrib, kami keluar dari kompleks gedung tes. Karena lapar, kami putuskan untuk makan dulu sebelum sampai rumah yang jaraknya kurang lebih satu setengah jam.
"Fathan sudah bobok, ngga rewel" begitu bunyi WA dari Ibu.
Alhamdulillah, saya makin tenang.

Sampai rumah sudah sekitar jam setengah sembilan malam. Saya tengok, Fathan sudah pulas tidur bersama Mbah, di kamar depan, kamar yang biasa Ibu saya tempati saat istirahat siang.
"Ga rewel Pak, Buk tadi?"
"Nggak. Nggak nanyain segala malah.." kata Bapak saya
"Trus ini bobok digendong?"
"Iya mimik susu trus bobok.. Jam setengah tujuh tadi wes.."
"Ooh.."
"Coba biar tidur sini. Ibu sudah siapin susu sama air anget. Nanti kalo kebangun biar mimik susu ini.." ujar Ibu
"Gapapa Buk?"
"Ora popo, jajal ya.. Nek rewel ta balikin.."

Jam setengah sepuluh, saya dan suami sudah mau istirahat.
"Itu Fathan beneran gapapa di sana sama Mbah?" tanya suami
"Iya, nanti kalo rewel kan dibawa ke sini.."

Sepuluh menit kemudian. Fathan menangis. Lalu Ibu memangkunya, memberinya susu. Dia mau minum, karena tidak lihat saya. Tapi Ibu sepertinya tidak tega.
"Ibuuk.." Ibu memanggil saya, menirukan Fathan.
"Iyaa.." saya beranjak ke depan
"Sek sek.. Jangan nongol dulu coba.." kata Bapak

Saya hanya mengintip, dan Fathan sedang minum susu sama Mbah, tapi tampangnya sama sekali tidak ikhlas, hehe..
"Wes, Buk.." kata Ibu
Akhirnya saya nongol di depannya.
"Ibuk sekolah ya.." kata Ibu lagi..
"Emoohh.. Ibuuk.." lalu Fathan menghambur pada saya, saya sodorkan cangkir minumnya, dia sudah tidak mau.
"Mimik,, kamar.." tanda dia sudah sangat ngantuk, minta nenen di kamar.

Aahh. Belum tega rasanya melepas sapih Fathan. Apalagi saat dia tidur malam. Saat siang, dia sudah mulai terbiasa untuk tidak nempel terus pada saya, bisa dicarikan alternatif. Tapi saat malam, hanya Ibunya yang mampu meredam rewelnya. Tekad saya masih tetap untuk WWL, kapanpun saat kami berdua siap, insyaallah kami menyapih dengan cinta.

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

Belajar Alfabet


Dulu ketika masih awal-awal belajar jalan, kami memboyong Fathan ke Semarang untuk ikut saya menyelesaikan penelitian. Kami membawa serta mainan Fathan, salah satunya poster-poster gambar hewan, buah-buahan, dan huruf hijaiyah. Karena tinggal di lingkungan mahasiswa, teman main Fathan tidak banyak. Kami sering berduaan di kamar kos, mainannya ya itu-itu saja. Tapi ketika kami kembali ke Temanggung, Bapak Ibuk senang karena ternyata di usia Fathan yang baru satu tahun lebih sedikit, sudah bisa mengerti beberapa gambar. Sudah bisa mengikuti saya menyanyi huruf hijaiyah a la Upin dan Ipin, meski ikut di pengucapan 'ya' saja, huruf terakhir.

Kini, ketika hampir menginjak usia dua tahun, Fathan sudah sering di rumah. Mainan favoritnya adalah karpet puzzle pembelian kakak saya bertahun lampau. Fathan suka sekali menyusun angka dan huruf-hurufnya, SETIAP HARI. Karena memang kami tidak banyak membelikan mainan, jadi ya itu-itu saja mainannya. Sambil menata, sambil saya tunjukkan,
"Ini eN, eN.."
"Endi eN, endi eN?"
"Kalo ini eFF, eFF.."
dia menirukan, "eFF..", sambil air liurnya muncrat-muncrat! Hehe..
Kadang juga saya ajarkan pelafalan a, be, ce, de,, dia malah tertawa. Sepupunya, terpaut usia 11 bulan lebih tua, belum bisa mengucap huruf 'S', maka saya bersyukur karena Fathan sudha sangat jelas melafalkan huruf 'S'.

Saya bersyukur karena Fathan termasuk anak yang mudah diajari. Tapi juga mudah menerima larangan sebagai perintah. Maka sebagaimana dia belajar, saya juga belajar mencari celah bagaimana mengatasi keaktifannya dengan tanpa melarang macam-macam.

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

6 November 2018

Kecerdasan Bahasa


Tidak dipungkiri, saat-saat Fathan bersama saya adalah saat yang sangat berharga. Sering saya ingin menyambi menyusui dengan membuka HP, membalas chat, atau sekedar baca-baca. Tapi, suami juga sering mengingatkan,

"Fathan dicuekin Ibu, ya? Ibu, Fathan kan pengen sama Ibu,, jangan lihat HP terus mbokan.." dengan lembutnya.

Lalu saya sering menyesal. Iya ya? Kesempatan emas menyusui itu hanya berlangsung dua tahun, selebihnya sudah bukan kewajiban lagi, Fathan akan sudah asyik dengan dunianya. Dan kini, ketika anak masih menyusu, harusnya kita sebagai Ibu tidak menyambi apapun. Saat menyusui adalah saat emas untuk bisa mengajarkan anak bicara, untuk memperkuat bonding Ibu dan anak, dan yang lebih penting lagi, menyusui adalah kegiatan ibadah, melaksanakan kewajiban sesuai tuntunan Al Quran.

Maka lalu, sering saya disadarkan oleh anak tetangga saya, ada yang sehari-hari diasuh oleh neneknya, karena Ibunya bekerja, berangkat pagi pulang sore. Waktu bersama Ibunya sangat pendek, dan nuwunsewu karena neneknya kurang telaten mengajak si anak 'ngobrol', jadilah usia dua tahun lebih, belum bisa bicara seperti teman-teman sebayanya. Bahkan dengan Fathan pun masih lebih cerewet Fathan.

Hal tersebut jadi penyemangat bagi saya untuk lebih intens melatih Fathan berbicara. Selain saat menyusu, saya berusaha untuk ngobrol apa saja dengan Fathan. Mengajaknya menjemur pakaian, membiarkan makanan atau minuman tergeletak di meja, lalu ternyata saat dia pengen, dia bilang sendiri, "Maem, maem, bukaak.." atau "Mimik, susu" dengan pelafalan S yang sangat jelas.

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

5 November 2018

Harus Ikhlas dan 'Benar-benar Cinta'

Hari ke 2

Weaning With Love, yang saya tahu, adalah menyapih dengan cinta. Bukan dengan nenen Ibu dikasih pait-pait, merah-merah, dan atau 'memaksa' anak yang belum siap sapih, segera disapih. Dan pekan lalu kami pernah begini, memaksa Fathan untuk berhenti nenen. Seharian sudah kami menawarkan Fathan minum susu dari cangkir atau gelas. Tiap kali ingin nenen saya, saya kasih kunir agar dia merasa tidak enak. Dan waktu itu Fathan seharian beraama Bapaknya. Tiap kali pulang dan lihat saya, seperti patah hati, "Ibu sudah tidak sayang aku lagi, kayaknya", mungkin itu yang Fathan pikirkan.

Bagaimana pun, kami menghabiskan hari-hari selalu bersama. Dimana ada Ibu, di situ ada Fathan. Dan kami harus dipisahkan karena masalah pernenenan, sungguh kami seperti putus cinta.

Dan saat malam menjelang, Fathan masih sangat ingin menyusu. Tapi kami larang. Dan khirnya dia tertidur saat saya timang-timang. Tapi waktu hampir tengah malam dia terbangun, dia sudah tidak bisa dirayu lagi. Dia hanya ingin nenen.

Saya juga masih belum rela, masih belum ikhlas. Saya tidak mengalami tegang perut, saya baik-baik saja hamil sambil menyusui. Maka malam itu penyapihan masih gagal. Dan hari-hari selanjutnya, masih ada sesi nenen sebelum tidur, selalu.

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

2 November 2018

Family Project : Weaning With Love

Ikut Kelas Bunda Sayang di Institut Ibu Profesional, membutuhkan semangat yang selalu membara. Tantangan-tantangannya semakin bikin semangat. Diawali dengan Komunikasi Produktif, kemudian Melatih Kemandirian, dan kini kami masuk di level 3, Melatih Kecerdasan Anak. Jujur, di level ini, saya makin merasa bodoh. Banyak sekali ilmu yang masih harus saya pelajari, sebelum saya mengajari anak saya. Padahal anak saya terus bertumbuh setiap hari, dan selalu ada kecerdasan baru yang ditunjukkannya. Apakah saya yang mengajarkan semuanya? Ternyata tidak! Karena Allah memberi kemampuan bagi tiap anak untuk mampu belajar lewat perantara apapun di sekitarnya. Tapi tetap, kita sebagai orangtua wajib mengarahkan, agar anak kita tumbuh menjadi manusia cerdas yang bermanfaat.

Kecerdasan yang harus kami latihkan antara lain :
✅Kecerdasan Intelektual
✅Kecerdasan Emosional
✅Kecerdasan Spiritual
✅Kecerdasan Menghadapi Tantangan

Dan dalam memenuhi semua itu, tugas di level 3 ini adalah agar kami sekeluarga memilih satu partner menjalani tantangan, dan menentukan satu proyek yang akan kami jalani berkaitan dengan beberapa kecerdasan tersebut. Selain panduan dari materi level 3 Kelas Bunda Sayang ini, saya juga sempat mendapatkan salinan Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Poin-poin kecerdasan yang menjadi panduan di Permendikbud tidak berbeda jauh dengan yang ada pada materi Kelas Bunda Sayang, ada 6 poin yaitu, nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Dan dalam panduan Permendikbud ada rincian-rincian per usia anak, dari 0-5 tahun.

Dari kedua pedoman materi tersebut, saya ingin mengajarkan semuanya, ya! SEMUANYA. Tapi saya pikir, saya tidak akan ngoyo. Saya berencana membuat sebuah proyek agar Fathan, anak saya, bisa mencapai beberapa kecerdasan yang sesuai dengan usianya kini, yang sudah mencapai bulan ke-21.

Proyek yang akan kami jalani adalah "Weaning With Love", atau " Menyapih dengan Cinta". Mengingat sebentar lagi usianya akan genap dua tahun, dan kini usia kehamilan saya sudah masuk minggu ke-7, saya harus lebih rajin sounding tentang WWL ini pada Fathan. Meski alhamdulillah saya tidak merasa kencang-kencang di perut selama menyusui Fathan, tapi (mohon maaf) p*ting saya rasanya perih ketika proses menyusui. Dan ini lumayan mengganggu.

Sebenarnya minggu lalu kami sudah ingin menyapih Fathan, tapi ternyata saya belum benar-benar siap. Malam hari saat dia ingin menyusu, dan kami tawarkan susu dari cangkirnya, dia menolak, dia menangis, berontak. HANYA INGIN MENYUSU PADA IBU!. Okelah, saya malah ikut menangis, dan akhirnya luluh setelah seharian saya tidak menyusui nya.

Bismillah, semoga WWL kali ini berhasil.. Lalu bagaimana hubungannya dengan kecerdasan anak yang akan kami ajarkan, tunggu saja ya di tulisan-tulisan saya nanti.. Hehe..

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam