26 Oktober 2018

Aliran Rasa : Melatih Kemandirian


Alhamdulillah saya bisa 'menyelesaikan' Tantangan Melatih Kemandirian kemarin. Dibanding gane pertama 'Komunikasi Produktif', penyetoran tulisan kali ini mengalami peningkatan, meski hanya dua biji. Hehe. Tapi saya merasa berhak untuk memnerikan reward pada diri saya, agar semangat dan selalu istiqomah menjalankan peran menuju Ibu Profesional.

Awalnya, saya ingin melatih beberapa aspek kemandirian bagi Fathan, anak saya. Yang terdiri atas toilet training, makan sendiri, membereskan mainan, dan belajar memakai sandal jepit. Tapi untuk poin toilet training, saya masih belum bisa melakukan, jadi saya ganti dengan membiarkan Fathan tidak selalu bersama saya, Ibunya. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, dan masih tetap saya latihkan hingga sekarang, setelah tugas setor-menyetor selesai.

Bagi saya, melatih kemandirian membutuhkan banyak syarat. Tapi satu syarat penting bagi saya adalah, mulai saja! beranikan diri, tega.. Selain itu, tentu diperlukan penerapan Komunikasi Produktif yang benar.

Usia Fathan kini hampir 21 bulan, bagi sebagian orang, usia tersebut masih tergolong terlalu kecil untuk dilatih mandiri. Tapi bagi sebagian yang lain, melatih mandiri sudah bisa dimulai, bahkan dari usia yang lebih kecil dari 21 bulan. Sekecil apapun kemandirian yang kami ajarkan, insyaallah akan membuat anak kami kuat, serta mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi. Apalagi kini insyaallah saya sedang menjalani kehamilan meski baru 6 minggu, dengan Fathan dibiasakan mandiri dalam beberapa aspek, semoga nanti bisa menjadi contoh baik untuk adik-adiknya.

#AliranRasa
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

20 Oktober 2018

Tidur 'sendiri'

Masih dalam rangka "Tidak harus bersama Ibu", saya sedang melatih Fathan untuk tidur sendiri. Maksud saya, tidak harus nenen dan bablas tertidur dengan masih menempel saya. Dua malam ini, Fathan minta nenen sebelum tidur, tapi saat sudah puas, dia lepas nenen dan berpaling dari saya, memilih guling-guling di kasur.

Beberapa waktu lalu juga sudah sering begitu, tapi lalu saya mengelus punggungnya agar tertidur. Kalau sekarang, saya temani saja di sampingnya tanpa saya elus punggungnya. Dan saat dia sudah kenyang dan mengantuk, akhirnya mau saja tertidur lelap.

Kadang ada rasa tidak tega karena dia masih sangat kecil bagi saya, dia belum sapih. Tapi, melatih kemandirian tidur sendiri insyaallah akan ada manfaatnya untuk Fathan.

#Harike12
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Makan Tidak Harus Nasi, Bu

Hari ke 11

Susah-susah gampang memang, ketika anak menolak makan nasi. Seolah-olah dia tidak akan kenyang. Tapi alhamdulillah, saya sekarang mau menurunkan standar, tidak mudah sensi saat anak tidak mau makan nasi. Kalau kemarin-kemarin, saya gorengkan nasi dan Fathan mau makan. Sekarang saya berpikir juga, kalau kebanyakan nasi goreng juga tidak baik.

Akhirnya hari ini saya masak jagung, dicampur wortel dan triwis (bagian kubus yang tumbuh setelah panen), lalu saya gorengkan telur dadar. Dan saya sodorkan nasi, sayur, telur di hadapan anak saya. Alhamdulillah dia lahap, lahap makan telur, wortel dan jagung. Nasinya tidak disentuh. Selain itu, ternyata Bapak saya mengukus ubi, jadilah setelah selesai makan besar, anak saya 'ngemil' ubi. Bagi saya, it's oke, yang penting kenyang dengan makanan bergizi. Seolah Fathan ingin menyampaikan, "Makan itu tidak harus dengan nasi, Ibu..". Iya nak, Ibu tahu, tapii... :D

#Harike11
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Tidak Selalu Bersama Ibu (2)

Hari ke 10

Pagi ini saya beranikan cek kehamilan pribadi dengan test pack, setelah saya mengalami keterlambatan haid selama satu minggu dan badan rasanya nano-nano. Kemarin saya bilang ke Ibu saya kalau saya telat datang bulan, lalu Ibu bilang, "Jangan-jangan hamil lagi?".. Tapi pagi itu saya cek, garisnya masih satu, artinya masih negatif.

Dan hasil dari cek pagi ini adalah, ada satu garis tegas dan satu garis samar-samar, hamil lagi kah saya? Kalau memang iya, alhamdulillah. Iya, alhamdulillah meski anak saya masih 20,5 bulan dan masih menyusu. Alhamdulillah meski saya masih harus bolak-balik Temanggung-Semarang untuk mengurusi kuliah saya. Alhamdulillah masih diberi kepercayaan oleh Allah untuk merawat janin di dalam rahim.

Pagi-pagi, saya beritahu suami lewat SMS, dan beritahu Ibu agar Ibu mengerti. Alhamdulillah beliau menasehati saya untuk merawat pemberianNya. Saya sengaja memberi tahu Ibu, karena saya sangat membutuhkan bantuan beliau saat-saat saya harus mengurusi kerjaan rumah, menyicil tugas akhir, dan yang terpenting, merawat Fathan, di saat Ibu tidak bekerja.

Tapi ada satu yang sedikit mengusik saya, Ibu bilang, "Fathan segera disapih aja..". Mungkin itu bentuk kasih sayang beliau pada kami bertiga. Agar kehamilan saya lancar, Fathan juga terpenuhi nutrisinya. Hmmm, seharian ini, setelah betul-betul tahu saya hamil, saya sering merasa perut saya kencang-kencang saat menyusui Fathan. Tapi tidak mulas. Ah, semoga hanya asumsi saya saja.. Beberapa hari ke depan saya berencana memeriksakan kehamilan ke bidan atau dokter, semoga masih bisa memenuhi kewajiban saya, hak Fathan, dalam memberi dan memperoleh ASI.

Bagi saya, menyapih Fathan adalah juga melatih kemandiriannya untuk tidak selalu bersama saya. Pagi tadi sudah saya latih untuk jalan-jalan bersama Ibu dan kakak ipar saya, lalu siang setelah tidur, dia jalan-jalan sebentar bersama Bapak saya. Pelan-pelan, semoga kemandirian emosi dan sosialnya terlatih.

#Harike10
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

18 Oktober 2018

Tidak Selalu Bersama Ibu..

Beberapa hari lalu saya sakit karena kelelahan perjalanan darat dari Banjarnegara-Temanggung-Semarang-Grobogan-Semarang dan Temanggung lagi. Badan terasa panas, tapi saya kedinginan. Hidung berair terus-terusan. Akhirnya saya minta ijin suami untuk masih menemani saya dua hari lagi, juga mengurus anak. Dua hari saya hanya ingin tiduran, yang mengurus keperluan anak, semuanya suami, saya hanya menyusui dan kadang bermain ringan sebentar.

Selain karena sakit, saya sengaja membiarkan Fathan tidak all day long bersama saya terus. Karena beberapa bulan ke depan, saya berencana masih harus bolak-balik Temanggung-Semarang tanpa membawa Fathan. Saya biarkan dia bersama Bapaknya, atau juga Mbahnya agar saat saya tinggalkan seharian kapan hari nanti, dia sudah terbiasa.

Tapi alhamdulillah, hari ini sudah lebih baik. Bapaknya pun sudah berangkat kerja lagi ke Banjarnegara. Dan Fathan, sore ini sedang asyik jalan-jalan bersama Mbahnya.

#Harike9
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

11 Oktober 2018

Ketemu Adik Bayi

Hari ke 8
Hari ini saya mengajak Fathan menengok sepupunya, keponakan saya, yang lahir prematur pada bulan Juli lalu. Alhamdulillah dia sudah besar untuk ukuran anak yang lahir dengan BB 1,4 kg. Di usianya yang 3 bulan ini, beratnya sudah 4,3 kg.

Yang menarik perhatian saya adalah selalu, Fathan masih asing dengan adik bayi. Tidak seperti saat melihat anak di atas usianya, Fathan tidak begitu tertarik dengan adik bayi. Mungkin karena belum bisa diajak lari-lari. Haha. Saya merasa perlu juga mengajarkan dia mau momong adik bayi. Agar nanti saat dia punya adik, dia tidak asing dengan bayi, juga agar memperkecil kemungkinan sibling rivalry. Saat saya berusaha memperlihatkan video perkembangan janin sampai lahir, dia juga belum tertarik.

Mungkin nanti ketika saya sudah hamil, berapapun usia Fathan, akan saya ceritakan tentang perkembangan janin hingga lahir. Hal ini menurut saya akan sangat penting bagi perkembangan kemandirian emosi dan sosialnya. Bahwa kami, sebagai orangtuanya, insyaallah akan memiliki anak-anak lain selain Fathan, yaitu adik-adiknya. Agar Fathan mu berbagi. Mengajari dia mandiri, mau momong, juga adalah wujud kasih sayang kami..

#Harike8
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

10 Oktober 2018

Mandiri Emosi dan Sosial

Hari ke 7

Awal mendapat tantangan Melatih Kemandirian, saya menuliskan list tugas bagi Fathan, tapi ternyata semuanya masih berkenaan dengan diri Fathan sendiri. Ada empat poin dalam list yang saya buat, toilet training level 1, memakai sandal jepit, makan sendiri, dan membereskan mainan. Tapi lalu, setelah mendapat materi camilan di tengah-tengah masa menjalani tantangan, ada poin yang lebih penting untuk diajarkan pada Fathan. Yaitu tentang mandiri emosi dan sosial.

Beberapa kali saat Fathan bertemu sepupunya yang sama-sama laki-laki dan ternyata lebih 'gagah' dibanding dia, Fathan selalu merasa kalah. Didorong, dia menangis mencari saya atau Bapaknya. Rebutan mainan, dia teriak minta tolong pada saya atau Bapaknya. Beberapa waktu lalu saya turun tangan menolong karena sepupunya main tangan dan membahayakan. Tapi pada beberapa waktu, saya pikir seharusnya dia sudah bisa belajar membela diri. Kalau ingin mempertahankan mainan, ya harus kuat, pikir saya.

Yang saya amati dari 'selalu hadir'-nya saya dalam mengatasi beberapa masalah Fathan, menjadikan dia selalu ingin ditemani. Yaa nggak papa sih, toh saya Ibunya. Tapii, saya menganggap kemampuan mandirinya sedikit berkurang. Kemarin-kemarin ketika saya tinggalkan dan dia bersama Mbah atau Bapaknya, dia biasa saja, merengek sebentar di awal, selanjutnya asyik bermain. Begitu pula ketika ditinggal Bapaknya kerja, dia santai saja sama saya. Tapi karena beberapa hari ini saya dan suami banyak waktu bersama, dia seperti mengharuskan kami berdua ada terus di sampingnya. Bapaknya ke kolam, ditangisi sampai kejer, padahal ada saya. Saya ke toilet untuk buang hajat juga digedor-gedor, padahal sudah bersama Bapaknya.

Hari ini masih gagal saat melatih dia mandiri emosi dan sosial. Dibandingkan dengan sepupu-sepupunya, Fathan kurang bisa dititipkan pada saudara yang jarang bertemu. Selalu hanya sebentar, langsung mencari saya atau Bapaknya. Sepertinya ini memang 'kesalahan' kami, terlalu sering membersamainya haha. Karena kondisi saya yang masih kuliah, kadang kami di Semarang, beberapa hari, lalu pulang ke Temanggung, lalu ini beberapa hari di Banjarnegara. Fathan terlalu banyak gonta-ganti orang dekat. Dan saat sudah dekat, harus pergi lagi. Bismillah lah, saya tidak mau memaksa, tapi ingin mengajarkan dia untuk mampu cepat beradaptasi pada orang dan lingkungan baru, serta menjadikan dia pribadi yang lebih berani membela diri.


#Harike7
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

9 Oktober 2018

Burung Dara Mainanku

Hari ke 6

Kemarin-kemarin saya menulis tentang latihan Fathan untuk memakai sandal jepit dan makan sendiri, kali ini akan saya tuliskan tentang bagaimana Fathan bermain. Kalau bicara perihal mainan, kadang pandangan saya adalah pada mainan2 plastik yang warna-warni. Padahal, bagi anak seusia Fathan, semua bisa jadi mainan. Ingat beberapa bulan lalu Fathan asyik sekali bermain bulu burung dara, diterbangkan dan dicari-cari. Atau kali lain, dia mainan daun dan dia jatuhkan ke aliran sungai kecil di dekat rumah kami. Iya, begitu, murah tapi seru dan tidak harus dibereskan, paling cuci tangan setelahnya, atau ganti pakaian jika terlalu kotor dan basah.

Seperti hari ini, di tempat mertua saya tidak banyak mainan (di rumah kami juga begitu sih, tidak begitu banyak mainan, iyaa yang tidak begitu banyak saja beresinnya capee minta ampun karena habis beres, disebar lagee..). Maka mainan di sini salah satunya adalah kelinci dan burung dara, selain ikan air tawar di kolam untuk dilihat-lihat dan kucing untuk dielus-elus.




Melihat dan memberi makan burung dara, membuat Fathan sedikit anteng. Fokus di situ-situ saja. Kebetulan mertua saya punya warung kelontong. Sering sedia beras jatah ataupun jagung untuk pakan burung dara. Awalnya lari-lari ingin menyusul Bapaknya di kolam, tapi lalu saya ajari untuk memberi pakan burung dengan beras, ambil di karung dalam warung. Awalnya saya yang mengambil lumayan banyak, lalu dia mengambil dari tangan saya. Lama-lama, dia datang sendiri ke warung, ambil beras, tercecer di lantai, disebar seenak hati. MasyaAllah, anak kecil memang peniru ulung. Strategi saya kurang tepat, harusnya saya ambilkan di wadah kecil tanpa Fathan harus tahu kalau saya ambil di karung, jadilah maka jadilah begini.
"Dodoh, dodoh.." cara kami memanggil burung dara agar mendekat.

Saya tidak enak hati sama mertua melihat beras tercecer di lantai, jadilah saya ajari Fathan untuk membereskannya, mengambil sapu dan memberikannya pada burung dara. Meski agak ngeyel tidak mau menyapu, saya nyerocos saja..

"Ini kasihan Mbah kalo kebanyakan di lantai berasnya, dodoh nya juga sudah selesai makan, ituu sudah kenyang mereka, sudah terbang lagii"
"Tebang, wuuushh.." sambil memancungkan bibir mungilnya.

#Harike6
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Jijik? Pakai Sandal..

Hari ke 5

Fathan termasuk anak yang tidak suka berkotor-kotoran, kalau sedang ingat. Tapi kalau sedang asyik ya lupa, sampai selesai bermain dan sadar kalau tangan dan kakinya kotor, dia akan teriak-teriak minta 'diwijiki'. Menyodor-nyodorkan kaki dan tangannya untuk sehera dibersihkan.

Hari ini kembali membersamai Bapaknya mengurus ikan. Beliau mengambil benih ikan dari petani dan mensortirnya, memilih yang sesuai pesanan pelanggan. Fathan sangat ingin membantu, padahal basah-basahan, amis-amisan. Dia keasyikan. Dan saat ingat dia tidak pakai sandal, langsung dia sodorkan tangan dan kakinya minta dicucikan.

"Wijik, wijik" katanya..

Setelah cuci tangan dan kaki, saya ganti bajunya yang basah, saya pikir dia sudah puas, ternyata balik lagi merecoki Bapaknya. Langsung saya bilang,

"Sandalnya mana Fathan? Yok dipake, basah itu sama Bapak.."


Dan dia pakai sandal, bermain lagi. Ganti baju lagi...

#Harike5
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Fathan dan Lidahnya

Hari ke 4

Mengajari anak untuk bisa makan sendiri memang gampang-gampang susah.. Pernah membaca di salah satu artikel tentang MP-ASI, bahwa kegiatan makan anak selain untuk memenuhi gizi bagi tumbuh kembangnya, juga melibatkan berbagai macam keterampilan berkaitan dengan perkembangan motoriknya. Antara lain koordinasi tangan dan mulut, perkembangan indera pengecap, dan kemampuan reflek mengunyah, memindah-mindahkan makanan di dalam mulut menggunakan lidah juga perlu dilatih. Maka dari itu salah satu faktor pentingnya adalah perlu adanya peningkatan tekstur makanan dari semi cair - kental - kasar- hingga sama persis dengan makanan orangtuanya. Selain tekstur, rasa makanan juga harus diperhatikan, kalau yang saya tahu, pada masa-masa awal MP-ASI dianjurkan untuk tidak banyak memberi bumbu pada makanan, agar anak kita tahu rasa alami sebuah makanan.

Hari ini, bangun tidur siang, Fathan saya ambilkan bubur kacang hijau, makanan kesukaan Bapaknya. Karena Fathan sudah umur 20 bulan, tekstur dan rasanya sudah sama dengan kami. Dia langsung reflek menyendoki sendiri. Sesekali dia mau mengambil dengan tangan, tapi karena tahu hal itu akan susah, dia lanjutkan makan dengan sendok.

"Enak!" katanya, satu kali menyendok, lanjut sendok-sendok selanjutnya.

Bubur kacang hijau yang saya buat, lumayan banyak airnya, sengaja karena konsumennya banyak, mertua, dua kakak ipar dan keluarganya dan keluarga kecil kami. Maka saat Fathan makan, konsekuensinya adalah belepotan, baju, celana, tikar tempatnya duduk, karena kami tidak punya high chair/booster chair khusus batita makan.

Semakin belepotan, saya selalu makin geregetan untuk menyuapinya saja, tapi Fathan tidak mau, dia tarik kembali sendoknya. Memang harus ekstra sabar dalam mengajari makan. Karena saat dia muncul selera dan ingin makan sendiri, lumayan banyak yang masuk mulut alhamdulillah.

"Wis, ampung..." tanda dia sudah kenyang.

Selesai makan, saya bersihkan sisa makanan di wajah, tangan, kakinya, di tikar, lalu ganti bajunya, semuanya.. Repot? Iyaaa, tapi kalau hal ini membuat Ibu terlatih sabar dan anak belajar mandiri, kenapa tidak? Semangat, Ibu!

#Harike4
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

6 Oktober 2018

Sendal Jepit Pertamaku

Fathan, seperti kebanyakan batita, suka sekali jalan-jalan. Kalau dalam satu hari kurang porsi jalan-jalan, hampir dipastikan malamnya akan susah diajak tidur, terus saja jalan muter-muter kamar, kadang minta keluar, lalu nenen lagi, lalu bangun, jalan-jalan lagi seantero ruangan. Maka seringnya, saya dan suami, juga mbah-mbahnya, kalau sedang longgar, mau saja menemaninya menjelajah sana-sini. Seperti hari ini, dari sejak bangun tidur pagi, Fathan sudah diajak keluar lihat ikan oleh Bapaknya. Saya bersyukur jadi bisa pegang kerjaan lain, tapi ternyata cuma sebentar karena air di kolam menyusut padahal suami sedang memijahkan ikan lele. Jadilah saya membersamai Fathan bermain lagi, karena dia sudah terlanjur dibawa keluar rumah oleh Bapaknya pagi-pagi.

Meski tidak bisa pegang kerjaan di pagi hari, ini adalah momen bagi saya untuk melatih Fathan memakai sandal jepit nya.

"Ayo pake sendal jepitnya kalo mau jalan-jalan.."

Dan kami menjelajah kolam yang satu ke kolam yang lain dengan harus memutar satu RT. Tapi dia tidak lagi meminta sandalnya dilepas. Beda dengan hari kemarin,

"Copot, copot," kata Fathan kemarin.

Hari ini berjalan lancar, pagi jalan-jalan, lalu sarapan, mandi, main sebentar, tidur lagi. Bangun tidur, kami mengupas mangga, dia makan sendiri lumayan banyak, lalu kami main lagi menyusul Bapaknya yang masih asik di kolam. Setelah dari kolam, kami ke kebun untuk memetik kelapa muda dan menikmatinya. Sorenya setelah mandi dan tidur sebentar, Fathan kembali jalan-jalan ke mushola, 'meninjau' Bapaknya yang sedang membantu mengecor mushola, masih dengan sandal jepit nya. Meski saat berjalan, jari-jari kakinya masih mencengkeram sandal karena takut lepas, setidaknya hari ini berhasil tidak dicopot di tengah jalan.. Besok kami siap belajar lagi..

#Harike3
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

5 Oktober 2018

Makan saat Lapar

Hari ke 2
Bagi seorang Ibu, perkara kegiatan makan anak adalah hal yang maha penting. Karena berkaitan dengan kesehatan, kebugaran, tumbuh kembang dan pada suatu titik, akan memunculkan kemandiriannya.

Saya adalah salah satu yang pernah mengalami ketidakmandirian dalam hal makan. Saat sekolah sampai SMP dulu, saya sering makan sambil nonton TV, atau menunggu diperintah Ibu baru makan, yang parah adalah sampai perut saya sering melilit, karena jadwal makan saya yang berantakan. Baru ketika kuliah dan waktu makan saya sedikit teratur, saya menyadari bahwa saat masa-masa sekolah dulu, saya sedikit kesulitan mengenali rasa lapar, saya belum mengerti jika makan adalah kebutuhan, meskipun Ibu sering mengatakan pada saya kurang lebih begini :
"Makan, Rul. Jangan sampai sakit perut lagi. Tanggung jawab sama kesehatanmu sendiri"
Atau Bapak, yang juga pernah mengidap sakit maag, "Bener ya kata Nabi, makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Kalau sarapan, porsinya ya buat 'sarap', jangan kebanyakan"

Dulu, saya lebih merasa bahwa saya melakukan apa-apa saat saya mood. Termasuk makan. Kalau saya pengen ya saya makan, kalau tidak ya nanti dulu. Dan sekarang saya bersyukur karena telah menikah dengan laki-laki yang menyadarkan saya tentang kesehatan melalui makanan, lebih tepatnya, menguatkan saya untuk lebih perhatian dengan asupan makanan, tentang waktu dan variasinya.

Suami saya sering menyampaikan, "Meski belum terlalu lapar dan tidak terlalu selera, sebaiknya makan teratur, biar sehat, sekarang kamu sudah jadi Ibu.."

Dan kini, saya sering sewot saat anak saya belum mau makan. Saya ingin menerapkan waktu makan agar dia disiplin. Ketika saya makan, saya ajak dia untuk juga ikut makan. Tapi beberapa hari ini, karena kami sedang berada di rumah Mbah yang banyak orang membagi makanan di jam-jam mendekati waktu makan, seringnya dia tidak mood untuk makan besar. Jadi lalu saya biarkan dia tidak makan dulu,  lalu beberapa waktu kemudian dia sendiri yang minta makan, menunjuk-nunjuk meja makan.
"Fathan mau maem?" saya jumput sedikit nasi dan menyuapkan padanya, dia tertarik. Lalu makanlah dia, dan saya ambilkan sendiri. Saya minta duduk dan makan sendiri. Alhamdulillah hari ini dia sarapan sendiri. Sementara makan siang dan sore masih lebih banyak saya suapi karena banyak godaan untuk main.

Ada beberapa hal yang saya pelajari agar anak saya mau anteng makan sendiri. Salah satunya adalah memunculkan mood nya untuk makan. Hal ini bisa disiasati dengan beberapa cara :
1) biarkan dia lapar dan hanya makan besarlah solusi penghilang laparnya;
2) kondisikan lingkungan yang mendukung untuk makan, hindari gangguan-gangguan seperti TV, mainan, atau lainnya;
3) buatlah makanan yang menarik dan mudah untuk dia ambil sendiri baik pakai sendok maupun tangan kosong.
Sederhana saja keinginan saya, minimal saat Fathan sudah usia sekolah, dia tahu bagaimana rasanya lapar dan mampu mengatasinya.

#Harike2
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

4 Oktober 2018

Melatih Kemandirian part 1

Hari 1

Alhamdulillah masuk di Tantangan 10 hari Level 2 di Kuliah Bunda Sayang IIP, tugas kami kali ini adalah untuk Melatih Kemandirian. Di IIP ini, membernya tidak hanya emak-emak, tapi ada juga gadis, atau pasangan-pasangan yang belum dikaruniai anak. Khusus untuk emak-emak yang sudah beranak, game Melatih Kemandirian ini diminta melibatkan anak, anak sebagai aktor utama untuk dilatih beberapa hal mengenai kemandiriannya. Dalam waktu satu bulan, kami diminta melatihkan minimal 1 latihan, maksimal 4 latihan per minggunya. Bagi anak saya, Fathan, yang kini sudah masuk usia 20 bulan, rencana kami adalah melatih beberapa hal :
- Toilet Training level 1
- Berjalan memakai Sandal Jepit
- Membereskan mainan
- Makan sendiri
Hari ini kami sedang berada di rumah mertua saya di Banjarnegara, kurang lebih akan kami jalani hari-hari di sini maksimal satu minggu. Saya sempat berdiskusi dengan suami, latihan apa yang kira-kira tepat bagi Fathan sekarang..
"Oke! Toilet training aja, udah pinter kok dia,, pokoknya tiap bangun dan mau tidur, diajak pipis dulu. Kamu semangat ya!"
Toeng,, saya jujur belum begitu siap untuk toilet training yang harus ngepel-ngepel begitu, maka saya meringankannya dengan memberi judul tantangan 'Toilet Training level 1', dimana saya meniatkan untuk membimbing dia pipis ketika akan dan bangun tidur, dan mungkin nanti sounding2 mengajarkan bagaimana bilang 'Ibuk, pipis' jika terasa kebelet. Tapi tetap saya pakaikan clodi di kesehariannya.. Untuk hari ini, tantangan ini masih gagal, hehe..
Tantangan lain adalah memakaikan dia sandal jepit untuk jalan-jalan di kampung. Hal ini karena, beberapa tetangga kami yang dulu ada di usia Fathan sekarang, sudah banyak yang mahir berjalan-jalan pakai sandal jepit. Sementara Fathan masih pakai sepatu sandal terus. Sudah dibelikan sandal jepit oleh Bapaknya, tapi sepertinya terlalu berat untuk dia pakai jalan-jalan, karena masih latihan, jari jempol dan telunjuk kakinya terlalu kencang menjepit, jalannya susah, dan sering minta dilepas.  Dan akhirnya hari ini kami belikan lagi sandal jepit dari karet yang ada penahan di bagian belakang, ringan dipakai dan terbantu dengan penahan di belakang. Alhamdulillah durasi jalan dengan sandal jepit tadi lumayan lama, meski masih minta dilepas karena Fathan terlalu heboh saat berjalan. Besok lanjut latihan lagi.

Untuk makan dan membereskan mainan, hari ini juga masih failed, belum selesai makan, sudah mau lari-lari mainan sama sepupunya. Mainannya karena barengan dengan sepupu, ya tergeletak saja di ruang tengah rumah mertua..

#Harike1
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional