23 Desember 2013

Berlari

Mana kutahu. Aku hanya mengerti jika ternyata kebosanan itu ada. Saat kita ingin dan sedang berusaha untuk berlari lebih kencang demi menempuh jarak yang cukup jauh untuk menemukan sesuatu, tapi kita juga diharuskan menunggu 'yang lain' untuk dapat memiliki satu kecepatan dengan kita, kadang, atas nama cinta, kita mau ikut menunggu. Tapi, adakah jika tiba-tiba kita sangat ingin berlari dan mulai mengayunkan kaki untuk meninggalkan 'yang lain' demi pertemuan kita dengan sesuatu, dalam waktu yang lebih cepat daripada 'yang lain', adalah sebuah bentuk kekurangajaran?

Bukankah manusawi jika kita jenuh ketika menghadapi 'yang lain' cenderung merangkak dan tidak mau kita ajak berlari? Bukankah manusiawi jika kita jenuh saat berusaha menuntun 'yang lain' ke jalan yang lurus dengan kecepatan berbeda, tentu dengan kata lain, kecepatan yang sama berarti membentuk harmoni?

Ah, bisa-bisanya aku mengutamakanmu. Kini, saat aku jenuh, aku sangat ingin meninggalkanmu segera. Namun aku akan tetap panjatkan permohonanku padaNya. Hingga mungkin jika aku telah seperti mereka yang berlari lebih kencang dan meninggalkanmu, kau masih bisa menyusulku dengan kecepatan yang berlebih, dan menyeretku untuk berlari bersama :).

17 Desember 2013

Melangkah



Sudah melangkah sejauh ini, dan janganlah pernah berpikir untuk berbalik arah dan mencari jalan lain yang kau anggap nyaman. Meski kau cintai seorang pemuda yang baik secara awak dan rupa, biarlah, biarlah Tuhanmu menuntunmu untuk menjadimu yang luar biasa. Lupakan dia. Bukan untuk tak kau ingat lagi. Tapi lupakanlah dia untuk kau jauh lebih banyak mengingatNya.
Sudah melangkah sejauh ini, janganlah kau berpikir untuk mengulang segala problema masa lalu. Biarlah, biarlah masa lalu itu berlalu seperti debu yang pernah tertiup angin. Biarlah ia mengendap di sana. Dan jika Tuhan berkehendak debu itu tertiup lagi oleh angin yang berbalik arah, semoga debu itu ada untuk menyucikan. Menyucikanmu yang mungkin tak lagi temukan air yang membersihkanmu saat perjalanan. Biarlah debu itu ada untuk membersihkanmu..
Sudah melangkah sejauh ini, janganlah kau berani menantangNya (lagi), dengan tingkahmu yang serba gegabah. Lihatlah lebih dekat, pandanglah lebih lekat, dengarlah lebih kuat, peluklah lebih erat, Dia masih menyayangimu melebihi apapun, Dia masih memberimu kesempatan untuk menjadi lebih baik, Dia masih membiarkanmu bertingkah semaumu, namun erat memelukmu, Dia, membiarkanmu tetap berpikir agar kau selalu sadar bahwa yang harusnya menjadi perhatianmu adalah bukan seberapa kecil kecerobohan yang kau perbuat, tetapi seberapa besar Dia yang menaungimu. Bukan seberapa sepele kesalahan yang kau perbuat, tetapi seberapa besar Dzat yang kau tentang.
Maka sudah melangkah sejauh ini, melangkahlah lebih jauh, hadapi segala rintangan yang mungkin kau temui nanti. Melangkahlah, berlarilah, lebih jauh, lebih cepat, hingga lebih dekat padaNya..

10 Desember 2013

Mereka yang Mengagumkan



Saya selalu mengagumi mereka yang berubah menjadi lebih baik. Dan mereka menikmati proses perubahan itu dengan riang gembira. Tanpa pernah mengeluh. Semakin hari semakin baik.
Yang dulu tidak berjilbab, berusaha untuk mengetahui hakikat jilbab dan menjadi lebih anggun bukan hanya penampilan luar tapi juga penampilan batin. Menjadi yang pertama dalam mendahulukan kebaikan. Menjadi yang selalu berpegang teguh pada agama-Nya. Menjadi yang pertama dalam membela kebenaran.
Yang dulu begajulan, sekarang menjadi yang pertama dalam mendirikan shalat wajib berjamaah. Yang pertama mendirikan shalat sunnah apapun. Yang pertama bersedekah. Yang pertama menyeru pada kebaikan tanpa malu.
Dan pada mereka yang begini. Sangat susah untuk kembali ada mereka yang dulu. Karena mereka mencari dan menemukan. Karena mereka tahu mengapa mereka berpindah dari mereka yang dulu ke mereka yang sekarang. Karena mereka mengerti mengapa mereka memilih jalan yang lurus meski banyak rintangan. Mereka tahu betul. Karena mereka memahami bahwa jalan tersebut menuju Tuhan-Nya.
Saya selalu mengagumi mereka yang tidak gengsi untuk menjadi berbeda dengan teman-temannya yang ‘biasa’. Menjadi pionir dalam menegakkan kebenaran. Menjadi yang pertama peduli. Menjadi yang pertama mengiyakan seruan kebaikan.
Saya selalu mengagumi mereka.

7 Desember 2013

Fenomena Wisuda



Ada fenomena yang cukup menarik saat peristiwa penting di akhir masa studi strata satu yang saya tempuh sepanjang beberapa tahun ini : WISUDA. Langsung saya tembak pada intinya, bahwa beberapa muslimah masih menganggap enteng waktu shalat. Di kampus saya, upacara wisuda fakultas dan universitas dilakukan dalam satu hari. Pagi untuk wisuda fakultas, dan siangnya wisuda universitas. Guess what point that I want to tell..
DANDAN.
Ya, dandan. Bahwa beberapa perempuan muslim lebih sibuk menjaga dandanannya dibanding mendahulukan waktu shalat. Karena jadwal wisuda yang sehari itu, biasanya dimulai jam tujuh pagi, berakhir jam setengah duabelas, lalu lanjut lagi jam setengah satu untuk wisuda universitas. Dalam waktu istirahat yang hanya satu jam, biasanya wisudawan sudah disibukkan dengan hadangan teman-teman atau saudara yang ingin mengabadikan foto bersama. Jadilah kurang lebih molor paling tidak setengah jam. Sisanya yang setengah jam, digunakan untuk istirahat di kosan dan makan siang. Dan hap! Sudah jatuh jam setengah satu untuk langsung melaksanakan upacara wisuda universitas yang harus tepat waktu. Dan jadwal ini, jika tidak diatur dengan baik, hanya akan digunakan untuk seperti itu, tentu dengan konsekuensi menunda waktu shalat. Padahal, jam setengah satu masuk upacara wisuda universitas sampai sekitar jam setengah lima. Mana bisa menyempatkan shalat dhuhur???
Dengan begitu, beberapa masih menyayangkan biaya dandan yang cukup mahal. Karena sekali dandan, minimal seratus ribu harus dikorbankan. Dan kalau waktu satu jam saja sudah terpotong untuk foto, istirahat dan makan, akan butuh waktu lebih lagi untuk mengusap dandanan, wudhu, dandan lagi. Maka yang dikorbankan adalah waktu shalat. Dengan dalih : bisa dijamak dengan shalat  ashar. Hmmm... padahal  tempat wisuda masih terhitung dekat dengan kosan atau tempat istirahat, bukan di luar pulau atau luar kota.
Sedih, tapi beberapa yang saya jumpai, berani memutuskan begitu dengan jawabannya yang tak terbantahkan.
Maka yuk, jadi perempuan muslim yang lebih memilih waktu shalat dibanding mempertahankan dandanan. Keluar uang lebih tidak apa lah, daripada dapat sanksi yang lebih berat dari Allah, gara-gara ngentengin waktu shalat ;(.
Kalau masih pengeeen banget tampil cantik, ya memang harus berkorban lebih.. Misalnya dengan mengeluarkan uang berlebih karena harus dandan lagi, menahan lapar karena harus merelakan waktu untuk shalat dan dandan lagi tanpa sempat makan siang, atau kalau perlu, ya mengorbankan mereka yang ingin berfoto bersama demi bisa istirahat, makan, shalat, dan dandan lagi. Hmmmhhh...
Atau yang lebih asik lagi, ya sudah, dandan seadanya tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam, lalu kalau waktu istirahat siang, puas-puaskan foto bersama siapapun, shalat, makan siang, dandan lagi seadanya. Beres kan? Intinya, wisuda yang cuma sebentar itu, jangan sampai jadi penyesalan seumur hidup ;). *semoga saya juga bisa menjaga ya*


Aku bersedia kau ajak naik gunung. Tentu setelah kau datang baik-baik pada orang tuaku, lalu diiyakan mereka, lalu membawa keluarga besarmu, membicarakan hari, tanggal, tempat, perlengkapan, orang-orang yang mungkin akan diundang, dan lain-lain. Dan dengan lantang kau ucapkan apa-apa yang seharusnya diucapkan laki-laki jantan di depan penghulu, saksi, dan segenap perlengkapan peresmian hubungan kita. Begitu, lalu kita bisa naik gunung manapun yang kau mau kenalkan medannya padaku :D. Lagi ngaco tingkat nasional inii!! Bukan untuk siapa-siapa.

Bupati Temanggung Meresmikan Jalan Desa Campuranom



MINTA DOA DULU >>Kepulangan saya kali ini, meski hanya dua hari, membawa berita yang cukup membahagiakan bagi keluarga saya. Saya akan segera mengakhiri kuliah saya, dengan sidang skripsi pekan depan. Begitu saja, mohon doa ya! :D
Tapi yang lebih menggembirakan lagi adalah, bahwa Bapak Bupati Temanggung menyempatkan hadir untuk menyambut saya di sini. Eh, sekenanyaaaa.. Ndak, ndak, Pak Bupati memang akan berkunjung ke desa tempat saya tinggal. Tapi bukan untuk menyambut saya :D..
Jadi, saat saya sampai di rumah hari Jumat (6/12), saya melihat ada undangan untuk bapak sekeluarga di atas meja. Lalu yang menjadi tagline di undangan itu adalah bahwa Drs. H. M. Bambang Sukarno selaku Bupati Temanggung akan hadir di acara peresmian gedung TPM dan jalan beton Desa Campuranom Kecamatan Bansari, hari ini, sabtu (7/12) pukul 13.00 di Gedung TPM dekat Lapangan Volley Dusun Tegalrukem Desa Campuranom.
Kata Pak Jumar, tokoh pemuda desa Campuranom yang saya temu tadi malam, (sengaja ketemu karena sekaligus nengokin anaknya yang habis nyungsep di sawah sampai dagunya sobek), rencananya Pak Bupati akan disambut di jalan ujung desa ini dan diarak sepanjang jalan paving+beton Tegalrukem-Getas, Campuranom, untuk kemudian melangsungkan upacara peresmian di tempat yang sudah disiapkan. Selain peresmian, akan ada pengajian tasyakuran yang diisi oleh K. H. Usman Ridho, dan juga pertunjukan seni oleh anak-anak Desa Campuranom.
Ya, Campuranom sedang sibuk beberapa bulan ini. Mulai dari musim tembakau, perombakan jalan dari jalanan batu ke paving+beton, pembangunan gedung TPM dan pemilihan kepala desa (ada lagi?). Itu sih informasi yang saya dapat dalam beberapa kali kepulangan saya ke rumah. Yaa.. semoga dengan dibangun dan diresmikannya jalan desa ini, akan menjadikan Campuranom semakin maju.
Daann... di tempat terpisah, akan ada pertunjukkan wayang selama dua hari dua malam di rumah Bu Lurah yang telah terpilih kembali dalam Pilkades beberapa hari lalu. Itu dulu lah, ada lagi?
Ah iya.. ini ada beberapa foto jalanan yang belum jadi, cuma biar pada tahu sih kenapa saya excited banget sampe nulis beginian :D.. (salah satunya ya gara-gara sering diece jalanan yang kayak gula kacang, udah lama ga dibener-benerin). Nyoh!