30 Oktober 2013

Ceracau-Nilai



Semakin kemari, semakin saya membuka buku wisuda teman-teman, semakin saya tahu dan sadar, bahwa memang masa studi saya tidak lama lagi. Indeks prestasi saya dulu, ketika pertama kali masuk bangku kuliah, sempat membuat beberapa teman berdecak kagum. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena memang sifat saya yang begini, malah cenderung menghindarinya. Menghindari untuk memiliki indeks prestasi yang luar biasa. Saya terlalu takut dengan angka.
Ah, tapi lalu, saya mencoba, hingga kini, setelah sekian tahun berada di perguruan tinggi, untuk selalu fokus pada apa yang jauh lebih bernilai dibanding angka. Meski sebenarnya, angka memang mencerminkan sesuatu. Dan manusia selalu memandangnya sebagai suatu capaian yang memukau, jika itu baik.
Namun saya benar-benar belajar banyak dari beberapa bahkan mayoritas teman saya, tentang nilai ini. Entah karena memang saya sudah beranjak lebih mampu berpikir, atau memang semua yang terjadi di bangku kuliah memberikan pelajaran yang amat berharga dan penting. Pelajaran bahwa memiliki nilai tambah, mutlak dimiliki oleh sesuatu bernama manusia. Dan nilai tambah itu kadang tidak terukur dengan angka. Saya belajar banyak tentangnya.
Namun lagi, ternyata pembelajaran mengenai nilai ini lebih berat dibanding belajar mengenai objek yang saya pelajari sekarang, peternakan. Karena ilmu peternakan masih dapat diukur. Sementara tidak begitu dengan ilmu tentang nilai.
Seperti dulu saya pernah menulis tentang nilai manusia, yang sengaja saya sebar ke beberapa teman, hingga kini saya masih berusaha memahaminya. Hingga, teman-teman yang saya beri tulisan itu kini sudah berani menentukan masa depannya, tentu bukan karena tulisan saya, karena saya sendiri masih dalam proses mencari makna nilai itu. Bisa jadi, sangat bisa jadi, mereka memang sudah jauh melampaui pemahaman saya tentang nilai yang ada di dalam hidup ini. Hingga hal-hal yang memang sudah seharusnya dilalui oleh kami, saya dan mereka, sudah mereka lalui terlebih dulu. Tetapi saya sangat merasa senang dan bahagia pernah diijinkan menjadi bagian dari mereka.
Maka jika sampai sekarang saya belum berhenti belajar dan menemukan makna nilai itu, saya akan terus berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam hidup saya. Meski mungkin Tuhan membiarkan saya untuk tidak berhenti mencari makna nilai itu. Meski mungkin makna yang saya cari, tidak pernah kunjung saya temukan.

29 Oktober 2013

Kisah Kita

Aku juga ingin merajutnya denganmu. Sebuah kisah yang mungkin tak sesempurna pertemuan Fatimah dan Ali. Atau kadang, bahkan sering, aku ingin kisah kita lebih indah dibanding Ainun-Habibie, Kugy-Keenan, Riani-Zafran, lebih-lebih dibanding Juliet-Romeo. Aku ingin menjadi bidadari yang selalu menjadi alasanmu untuk kembali ke rumah setelah lelah kerjamu nanti. Aku ingin menjadi sekolah pertama yang membekas sepanjang hidup anak-anak kita, membekas membentuk mereka menjadi pribadi terbaik sepanjang sejarah.
Meski kini aku belum juga menemukanmu, aku ingin menjadi yang terbaik bagimu, dariNya. Aku ingin Dia mempertemukan kita, aku dan kau dalam keadaan yang luar biasa.
Aku sedang belajar menjadi pribadi yang pantas untuk dipertemukan denganmu, pilihanNya. Entah kapan, semoga saja semua dalam keadaan baik, ketika kita bertemu.

22 Oktober 2013

Di luar sana

Di luar sana, ada banyak manusia yang mungkin luput terekam ingatan kita, tapi selalu mengingat kita. Di luar sana, ada jauh lebih banyak manusia yang berpikir baik tentang kita, meski mungkin kenyataan menunjukkan kita masih kurang baik, bahkan di mata kita sendiri.

21 Oktober 2013

Percaya

"Mas, aku pengen kayak mbak-mbak di kampus sebelah yang cantik-cantik itu lho.." adikku bungsu bercerita padaku
"Mbak-mbak yang mana?" tanyaku padanya
"Itu, mbak-mbak yang shalihah, senyum dimana-mana, pinter ngomong, cerdas, talent-nya juga keren..." jelasnya..
"Ya udah sana dandan.." timpalku.
"Bukan dandannya maaaass..ah.. Mas, kalo aku begini-begini aja, kira-kira ada yang mau gak ya sama aku?" dia mulai curhat.
"Maksudmu?" tanyaku sok tidak tahu, sambil terus mengetik di laptop.
"Iiih.. mas, dengerin aku.. Mbak-mbaknya itu kan cantik-cantik, mmm, bukan, kebanyakan perempuan sekarang cantik, pinter, cerdas, soft skillnya ada, ga susah deh kalo mau yang begitu-begitu. Nah aku? Aku gak pinter ngomong, gemeteran kalo di depan banyak orang, gak gampang gaul, cantik juga standar, masak gak bisa, nyuci sebisanya, apalagi softskill lain. Aku standar banget gitu lho mas.. Gak ada lebih-lebihnya. Shalihah juga enggak, hafal quran apalagi.. Gimana dong mas aku nanti??" ceracaunya.
"Kamu gak pinter ngomong? Lha itu tadi apa kalo bukan ngomong??"
"Aahh.. mas ki lhoo.."
"Heh, denger ya" aku mulai menatapnya, urung mengetik lagi. Kali ini aku mengambil posisi sebagai kakak laki-laki yang bijak. "Dengerin nih, setiap perempuan itu cantik. Meski mukanya standar kayak kamu. Meski skillnya nihil kayak kamu. Di luar sana pasti ada mata yang melihat jauh ke depan. Melihat sosokmu sebagai yang tercantik buat dia. Aku salah satunya"
"Lahh.. mas kan kakakku, aku mau yang lain, yang bisa jadi pangeran, jadi imamku, jadi suamiku mas, suami! Mas kan mahramku.." potongnya cepat-cepat.
"Husshh.. dengerin dulu.. Di luar sana, kamu percaya kan, masih 'ada' yang satu jenis sama aku, masmu ini. Yang lebih suka perempuan apa adanya, ya cantik lebih baik, tidak juga tidak apa-apa. Yang penting shalihah lah, minimal.. Haha.."
"Hmmm... tapi aku kan shalihah juga enggak mas..."
"Makanya, terus, apa yang kamu punya? Laki-laki yang akan tertarik sama kamu, pasti deh, karena memang Allah sudah tetapkan rasa tertarik itu. Sama apapun yang ada sama kamu. Udah deh, kalo jodoh ya pasti bertemuuuu..." sambil menyanyi a la Afgan.
"Masa iya?"
"Lha kamu percaya nggak sama Allah, kan Dia yang ngasih kamu jodoh, nantinya. Lagian sekarang masih SMA gitu, udah mikir yang nggak-nggak.. Masmu ini lho, belum dapet juga, biasa aja.."
"Halah... dalam hati siapa tahu, jangan-jangan mas juga lagi galau gara-gara nggak ada yang mau? Hahaha..."
"Hushh.. mas udah taarufan sama seseorang. Tapi masih rahasia. Nanti kalo udah waktunya, mas kasih lihat.."
"Hadehhhh..."

Aku dan kamu yang aku

Aku kadang ingin bercerita panjang padamu, tentang bagaimana mereka makan di river view cafe, atau cimory yang belum lama dibangun dekat semarang, atau di imperium cafe nya nissin, atau dimanapun mereka mau. Kata mereka, makanan di sana enak-enak. Tapi lalu kamu bilang, hanya ingin makan nasi rames saja, satu porsi saja satu hari, itu sudah cukup menyenangkan.

Atau ketika aku ingin bercerita dan mengajakmu, mungkin naik gunung, snorkling, naik atv, coba-coba naik kuda ke gedong songo, atau kemanapun kita mau. Tapi lalu kamu bilang, aku sudah jenuh berada di luar. Aku ingin melihat atap rumah. Tidur di atas tikar berselimutkan sarung, itu sudah cukup menghiburku.

Lalu aku bingung, akan cerita apa padamu. Kamu.

13 Oktober 2013

Karena Kita Manusia

      Sudah hampir satu bulan saya membantu dosen memelihara broiler. Untuk penelitian beliau yang bekerja sama dengan BPPT. Dan dari sini, saya belajar sangat banyak. Tentang memelihara ayam, mengatur waktu, bekerja bersama, bekerja untuk orang lain, mengatur pola makan dan seterusnya. Karena di sini, saya bekerja full day. Bekerja bersama dua orang teman dalam satu tim. Dengan shift yang kami atur sendiri. Dua orang perempuan, saya dan teman saya, dan satu teman laki-laki. Dari pagi sampai sore, saya dan teman perempuan saya. Dari sore atau malam sampai pagi, giliran teman yang laki-laki. Saya jalani saja sebagai pengalaman di akhir kuliah ini. Meski jujur, saya juga masih punya tanggungan yang besar : menyelesaikan skripsi dan amanah lain. Tapi untungnya, dosen-dosen pembimbing sangat baik dalam memperlakukan saya sebagai anak bimbing. Ah, jadi malu, karena skripsi saya tidak terlalu dipersulit oleh mereka. Bahkan kakak saya di wisma bilang, "Kamu itu ngurus skripsi kayak jalan Semarang-Purwokerto, belak-belok tapi lancar".. Ya, saya amini saja. Meski kadang semrawut di kepala.

      Kalau dibilang nekat, ya bisa jadi.. Karena pada umumnya mereka yang sedang menyelesaikan skripsi memilih untuk benar-benar fokus menyelesaikannya tanpa mengambil peran lain kecuali terpaksa. Tapi sudahlah, semua manusia berhak menentukan pilihannya. Dan jangan salah, sepanjang saya membantu dosen ini, saya sudah menangis beberapa kali. Tapi saya memilih untuk menikmatinya. Menghibur diri dengan terus meyakinkan diri bahwa "Jika diniatkan untuk menuntut ilmu, insyaAllah Allah tidak pernah kehabisan bahan ajar..". Dan yang saya harus lakukan hanya menjalani dengan ikhlas, sabar, serta terus bekerja keras. Meski kadang perasaan malas menyapa. Apalagi pekerjaan di kandang bukan pekerjaan ringan.

      Ya. Banyak sekali pelajaran yang dapat saya ambil dari sini. Apalagi dalam empat hari ini, partner saya yang perempuan sedang mengidap penyakit misterius. Hehe.. Maksud saya, dia sedang tidak enak badan. Dan saya kira cukup serius, karena sedikit saja kelelahan, punggungnya langsung nyeri. Katanya dia dulu pernah jatuh dalam posisi duduk, dua kali. Tapi waktu tulangnya dirontgen, tidak ada kelainan apa-apa. Setelah pamit untuk tidak masuk kerja beberapa hari pada dosen yang kami bantu, beliau menyarankan untuk memeriksakan ke dokter syaraf, karena siapa tahu bukan tulangnya yang bermasalah, tapi syarafnya. Dan sampai sekarang belum tahu penyakitnya apa, maka itu saya bilang penyakit misterius. :D.

      Nah, jadilah dalam empat hari ini saya menghandle shift pagi sampai sore sendiri. Dan dengan begitu, interaksi saya dengan ayam-ayam penelitian yang jumlahnya seratus dua belas ekor ini makin intensif. Alhamdulillah, saya jadi lebih mengenal mereka. Karena jujur saja, selama kuliah, saya belum pernah merasakan hal yang seperti ini. Maksud saya, beberapa kali dapat tugas memelihara ternak, pasti ada banyak partner, dan interaksi intensif sangat jarang terjadi. Maka itu, sekarang saya mendapat setidaknya satu pelajaran. Bahwa manusia memang berbeda dengan makhluk lain.

      Manusia berbeda dengan makhluk lain.

      Ayam-ayam broiler itu, sepanjang hari hanya tidur-tiduran, sedikit ribut dengan temannya satu flock, lalu makan, minum, buang ekskreta, tidur-tiduran lagi, ribut menunggui kami memberi pakan, makan, minum, dan seterusnya. Hingga bobot badannya berkembang hampir seratus gram tiap hari.. Begitulah mereka, yang sudah direkayasa manusia memang hanya untuk menetas, tumbuh, dan disembelih untuk kebutuhan manusia. Tanpa harus berpikir bagaimana menjalani hidup yang lebih bermakna. Karena mereka broiler, dan kita manusia. Kita berbeda dengan mereka. Kita dikaruniai akal untuk mampu berpikir, hati untuk lebih banyak merasa, dan karunia lain yang membedakan kita dengan hewan seperti broiler.

      Kadang saya berpikir, jika pun dalam satu bulan ini saya hanya menjalankan apa yang harus saya jalankan, saya tidak ada bedanya dengan mereka, ayam-ayam itu. Bahwa bisa jadi, saya hanya datang ke kandang, membersihkan kotoran mereka, memberi pakan, memastikan minum, membersihkan kandang, memastikan suhu tidak terlalu panas, menimbang sisa pakan, mencatat konsumsi, dan sudah itu saja, sambil menunggui perintah dari dosen harus apa selanjutnya. Kalau saya hanya memenuhi tugas-tugas biasa seperti itu saja setiap hari, bukankah saya sama saja dengan robot? Tapi beruntungnya, Allah menakdirkan saya untuk menjalani semua ini dengan penuh dinamika. Jiaaahh.. Bahwa saya masih diperkenankan untuk memikirkan teman saya yang sakit, skripsi saya, adik-adik kosan, dan lain-lain.

      Maka meski kalut dan sumpek atas pikiran yang kadang terlalu berdesakan dan membebani, kita sepantasnya harus bersyukur, karena itulah yang membedakan kita dengan makhluk lain. Karena kita manusia.

      Sudah itu saja, saya hanya sedang ingin menulis. Karena beberapa hari ini saya jarang mengungkapkan apapun pada dunia. Selamat beraktifitas!



11 Oktober 2013

Apapun Jadi Satu

Tidak ada yang mau diremehkan, dianggap biasa saja padahal mungkin punya segudang potensi yang mungkin bisa meledak tiba-tiba..

Aku kering, aku ingin dibasahi. Menjadi lebih lentur. Meski lebih lembek. Tapi sedikit basah lebih baik. Kering berarti dekat dengan kematian...

Ada sementara manusia yang merasa lebih hidup jika dibiarkan sendiri untuk beberapa waktu. Merasakan charge energi lebih banyak ketika sendiri. Bukan aneh, tapi begitulah.

Kadang aku takut untuk dicintai oleh manusia. Karena aku takut dia tidak akan memahamiku.

Susah memang, bicara tentang sesuatu yang kita ingin tahu, pada mereka yang sudah tahu banyak.. Sepele. Remeh temeh. Kurang menantang.. Tapi untuk tataran pendidikan saya, hal ini sudah cukup menantang, Pak.. Terimakasih telah memunculkan kemauan bagi saya untuk lebih tertantang :).. (yaelah Pak, gini aja nggak selesai-selesai :( )


4 Oktober 2013

Tahu Diri :)


Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi

Lelah

aku tahu bahwa kelelahan ini karena aku hanya urus diriku.
apa kabar dhuafa di sebalik senja?
apa kabar teman semeja?

di tiap tidurku, aku hanya berangan, bagaimana aku esok hari..

di tiap bangunku, aku hanya berpikir, bagaimana aku hari ini...

menabrak orang di pagi hari, masih untung dia mengajak damai dan tidak meminta ganti..
pengendara mobil yang baik, cantik, dan terdidik..
maafkan saya telah lancang mengganggu harimu, dik :)..
terimakasih telah bersedia dirugikan oleh saya..
semoga harimu menyenangkan ya,,