22 Maret 2014

Spidol

Kali ini, saya berani mengatakan kembali kalau menggambar itu juga bisa menyembuhkan. Karena tiap coretan adalah pelampiasan. Heselehhh...

Memangnya saya sakit apa sampai harus disembuhkan dengan menulis dan menggambar?
Tidak, saya sedang tidak sakit apa-apa. Hanya jika dibanding mengeluh dan cerita yang tidak-tidak, menggambar akan menciptakan karya tersendiri. Mungkin tiap coretannya, tiap warnanya adalah sebuah pelampiasan, yang akan dimengerti hanya oleh kita, sang penggambar. Dan seburuk atau sebagus apapun karya kita, kita masih bisa tersenyum mengingatnya. Mengingat apa yang ada di pikiran kita ketika menggambarnya, mungkin. Mengingat betapa kita sangat kekanak-kanakan, mungkin. Haha.

Ini, saya mau tunjukkan beberapa karya saya, yang sedang menggilai faber castell connector-pens dan spidol snowman. Masih sangat sederhana. Tapi biarlah, ya, saya bagikan sebagai pelipur lara. :D.

ini waktu saya ngerasa sendiri (gara2 adek2 wisma udah pada balik kalo gak salah)

kalo ini, lagi kangen rumah :D

 ini iseng :D

ini nyoba (yang katanya) 'doodle' buat KAMMI Semarang :D

21 Maret 2014

Sebuah Jalinan Cerita



Aku tak pernah berandai
Agar kita tak pernah diketemukan
Dalam sebuah jalinan cerita

Karena aku yakin,
Tuhan punya rahasia
Yang entah kapan
Akan kita ketahui
Dari hasil pertemuan kita dulu

Aku juga tidak pernah ingin berandai
Jika kita terpisah selamanya
Tanpa lagi pernah bertemu

Karena aku masih yakin,
Bahwa kita masih akan bertemu,
Saling sapa, berbanyak cerita
Mengenang pagi ketika senja menyapa
Seperti membayang senja sewaktu pagi..

Aku sangat tidak ingin berandai
Kita menjadi sesuatu yang lain
Yang tidak pernah saling tahu

Karena aku akan selalu yakin
Kita memang pernah bersama
Berputar mengiringi detak-detik
Bermain teka-teki
Menjalin sebuah cerita

Tak Banyak Kata



Ini tentang Cinta, Kerja dan Harmoni yang pernah dan sedang saya kenal. Ada banyak komentar tentang salah satu partai di Indonesia ini. Komentar bagus dan tidak. Komentar menyanjung dan mencela. Ada semua.
Komentar dari sesama muslim yang menyudutkan juga, sudah tak terhitung lagi. Ada bermacam-macam. Kalau Anda mau, cari saja di google dan masukkan keyword yang berhubungan dengan cinta, kerja dan harmoni ini.
Namun, beberapa kali saya lihat kampanye, partai ini adalah yang paling santun. Entahlah, ada aura lain darinya. Tanpa sibuk mempertontonkan tubuh perempuan, tapi mengedepankankan keluhuran budi.
Sudah itu saja, saya tidak bisa banyak kata. Jika Anda mau, silakan buka satu-satu, dan mungkin Anda bisa cari yang lain juga :) :
Saya jadi ingat nasehat salah satu orang yang cukup berpengaruh dalam barisan ini, kepada kami ketika SMA dulu : Islam akan menang pada masanya, tinggal kita memilih, hanya menjadi penonton atau ikut memperjuangkannya.

20 Maret 2014

Perpisahan

Saya tidak suka kata perpisahan. Karena ia menimbulkan sesak yang luar biasa. Namun, bagaimanapun, perpisahan adalah suatu keniscayaan. Ia ada karena adanya pertemuan. Dan tidak akan mungkin dihindari.

Sambil saya melangsungkan proses perpisahan, saya menyembuhkan diri dengan merasa yakin bahwa selalu ada yang indah dibalik perpisahan, yaitu pertemuan kembali. Entah mungkin terjadi atau tidak, tapi selama kita hidup, kita masih memiliki kemungkinan untuk bertemu kembali. Dan jika kita rasa pertemuan kembali itu tak mungkin terjadi di dunia kita sekarang, kita pasti bisa mengusahakannya untuk terjadi di akhirat, dengan ridhoNya. Bagaimana mungkin?

Ah, tidakkah kita ingat, bahwa kita pernah (bahkan mungkin sering) mendengar seseorang mengatakan, "Semoga kita bisa berkumpul kembali di surga nanti". Dan tentu, hal itu akan terjadi saat kita memastikan diri kita berbuat sesuatu yang menjadikan kita pantas untuk dipertemukan kembali di surga nanti, dengan rahmatNya.

19 Maret 2014

Percepatan Kehidupan



Well. Terimakasih atas segala nikmat yang Kau beri. Atas berbagai inspirasi dari dinding kamar mandi. Bahwa aku tidak boleh cupu lagi. Bahwa aku tidak boleh menjadi penakut kini. Semua harus dijalani.. :D.
Ah, akhir-akhir ini waktu berjalan saaangat cepat. Saat saya lulus kuliah, saya sangat ingin segera mendapat pekerjaan yang bisa menjamin hidup saya. Meski orangtua tidak pernah memaksa. Kalau pikir saya, mungkin karena mereka masih menganggap bahwa saya adalah bungsu mereka, jadi ‘jangan terlalu terburu-buru’. Tapi saya gerah, saya seperti sedang berjalan lamban sementara teman-teman saya sudah berlari sampai siap menjadi apapun selanjutnya.
Entahlah, padahal seperti biasa, orang-orang dulu juga banyak kan, yang menikah sebelum lulus kuliah? Eh, begini, ini saya sedang berbicara tentang waktu yang berjalan saaaangat cepat, dalam pandangan lain, yaitu menikah. Nah, kembali lagi, maksud saya menulis kalimat pertama tadi, orang-orang menikah sejak sebelum lulus kuliah itu, dari dulu sudah ada, kan? Atau, orang-orang menikah saat beberapa tahun bahkan beberapa bulan setelah lulus itu, biasa juga, kan? Dan biasa juga kan, kalau beberapa manusia masih belum sreg untuk menikah saat usianya hampir menginjak 30 tahun?? Jadi, menikah itu fenomena biasa, kan? Tapi bagi saya, beberapa hari ini, mmm.. beberapa akhir bulan-bulan ini, menikah menjadi hal yang luar biasa, karena beberapa orang yang saya kenal, memutuskan untuk menikah dalam waktu dekat-dekat setelah lulus kuliah bahkan sebelum lulus kuliah. Saya sempat berpikir, apakah zaman ini sudah berubah? Apakah semuanya harus serba cepat? Karena adik-adik kelas saya juga pun banyak yang sudah memutuskan untuk menikah. Ahh... sudahlah. Anggap saja semuanya masih biasa seperti dulu, seperti zaman orangtua kita.
Nah, jadi intinya adalah saya galau karena beberapa teman seumuran saya yang sudah lulus kuliah, banyak yang segera bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarganya, atau bahkan untuk menabung demi segera melangsungkan pernikahan. Hahaha.. *Galau mbak?*
Tidak, saya tidak galau, hanya akhir-akhir ini jarang menulis saja. Saya ingin berbagi tetapi sering saya urungkan karena tidak ingin membebani. Saya berjalan saja seperti biasa. Bolak-balik Temanggung-Semarang untuk meringankan beban pikiran, *tapi sepertinya malah menambah beban pikiran orang tua*, ah sudahlah, kata bapak saya, yang penting saya bahagia. Lakukanlah apapun yang baik dan membahagiakan.
Hahaha.. sempat membaca tulisan ini? Random dan memalukan, ya? Ya, semoga kelulusan kita, masa-masa kita setelah kuliah tidak membebani orang-orang di sekeliling kita. Belum mendapat pekerjaan pun, enjoy saja, yang penting menghasilkan. Ya kan? Eh, bukankah intinya begitu? Tidak menyusahkan dan bisa hidup mandiri. Daaann,, meski belum menemukan jodoh, tidak usahlah terburu-buru. Karena menikah bukan lomba lari. Biarlah jodoh kita datang di waktu yang memang paling tepat. Perkara orang-orang terdekat kita sudah menikah, yaa itu urusan dia. Santai saja, kan? Takkan lari Sindoro dikejar.
Hmmm.. percepatan, bagi sebagian orang memang mengagumkan. Dalam usia sekian sudah mendapat prestasi begini dan begitu, sudah menjadi ini dan itu, sudah mencapai titik ini dan itu. Tapi semoga kita digolongkan dalam orang-orang yang selalu sabar dan ikhlas atas segala yang menimpa, ya? Tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, selalu bijak dalam bertindak.
Tidak ada yang tahu mengapa kita belum bekerja sekarang, kita belum menikah sekarang, atau kita belum memiliki anak, sekarang, sebelum itu sudah terjadi dan kita mengerti hikmahnya.
Hanya orang-orang yang tidak mengerti saja yang akan selalu sibuk mengomentari. Pernah ada yang berkomentar, saat dulu saya belum selesai kuliah
“Sibuk apa, Rul?”,
Saya jawab, “Masih kuliah, Mas”
“Weleh.. kapan cari duitnya??”
“Yaa, kuliah sambil cari duit to ya..”
Glek, bagi saya, waktu itu, pertanyaan tersebut sedikit mak jleb karena memang saya belum punya penghasilan apapun. Tapi lalu saya memutuskan untuk mendapat uang dari kerja ini itu semasa kuliah. Yaa, cukup menghibur, lah.. Haha.
Dan kalau misal orang itu kini menanyai saya lagi, saya pikir jika saya menjawab sekenanya, saya pasti akan kena bully. Tapi ya sudahlah, kalau beliau tanya, saya akan jawab sejujurnya, tentu dengan sedikit bumbu agar lebih sedap didengar. :D.
Kini, saya sedang menjalani masa-masa berkabung, banyak berpikir. Makanya, saya sering posting tulisan sampah inspiratif seperti ini. Semoga bermanfaat. :D.

Danger is Real. Fear is a choice


Ketakutan tidaklah nyata. Satu-satunya tempat ketakutan menjadi nyata, hanya dalam pemikiran kita akan masa depan. Ketakutan merupakan produk akan imajinasi kita. Membuat kita takut akan hal yang tak ada di saat ini, dan mungkin tak pernah ada. (and may not ever exist). Itu hampir sama dengan kegilaan, Kitai. Jangan salah paham dengan ucapanku. Bahaya, itu sangat nyata (Dangerous is real).  Tapi ketakutan itu pilihan (fear is a choice). Kita bercerita kepada diri kita sendiri, dan pada hari itu, pikiran kita berubah. 

After Earth-Jenderal Cypher Raige for Kitai Raige

PadaNya

Selalu, aku masih berharap Tuhan mengetuk pelan pintu hatimu. Bukan, bukan agar kau membukanya untukku. Tapi untukNya. Karena aku berharap, hanya Dia yang langsung mendekapmu. Bukan aku.

Hingga meski waktu yang kita jalani selama ini hanya hiasan, aku akan sangat bahagia melihatmu bersamaNya. Ya, bersamaNya.

Aku tidak akan pernah berharap sesuatu yang berlebih dari siapapun, kamu, kamu, kamu atau mereka. Aku ingin selalu menjadi yang pertama berharap padaNya. Aku ingin setiap pagi, kubuka mata dan mengingatNya. Aku ingin setiap malam aku menutup mata, aku mengingatNya. Dan jika suatu pagi atau petang aku tiada, aku masih mengingatNya. Bukan mengingatmu, kamu, kamu dan atau mereka.

17 Maret 2014

Menjadi Mereka

bagaimana rasanya menjadi mereka?
ah, selalu saja, aku sibuk membandingkan diriku dengan mereka.
tapi hanya mereka tertentu yang kupilih.
tidak dengan mereka yang lain.

padahal, jika menjadi mereka yang lain, aku pasti merana.
seperti ini saja, aku jengkel luar biasa.
apalagi seperti mereka yang lain.

aku jengkel bukan karena aku diperbudak,
bukan pula karena aku tinggal tanpa atap.
aku jengkel karena aku tak mampu berbuat suatu apa.

namun ajaibnya, aku masih merasa bahwa Tuhanku masih mau mendengar
mendengar segala celotehku yang asal

ajaibnya, aku merasa Tuhan masih selalu mengasihaniku
memberiku kesempatan menjadi jauh lebih baik dari hari ini

ajaibnya, hanya dengan melihat mereka,
dan membandingkan dengan mereka yang lain,
dan lalu aku merasa bahwa aku wajib merasa,
merasa bahagia, merasa perlu mendengar mereka yang lain
merasa perlu memberikan sesuatu
pada mereka yang lain

tanpa harus berandai
menjadi mereka
atau
mereka yang lain

6 Maret 2014

Mohon maaf telah mengganggu



Jika ternyata aku hanya membuat hidupmu terganggu,
ijinkan aku pergi dari sini.
Untuk tak lagi mengganggumu,
Untuk tak lagi membuatmu menambah daftar dosa
Karena telah membenci sebagian ciptaanNya karenaku

Jika ternyata aku hanya membuat luka di hatimu,
Biarkan saja aku berbuat semauku,
Tentu tanpa pernah lagi memunculkan muka,
Di hadapanmu yang sempurna

Jika ternyata aku hanya mengganggu tiap langkahmu,
Teruslah berlari, tanpa pernah kau lihat aku
Teruslah, perbanyak langkahmu tanpaku..
Dan biarkan aku mencari yang lain,

Biarkan aku mengenal Tuhanku, diam-diam..
Tanpa kau harus tahu bagaimana adaku
Jika memang akulah pengganggumu,
Katakan, sampaikan, maka kau takkan lagi pernah kuusik..