4 April 2019

Anak Kedua

Kali ini saya tidak menceritakan Fathan, anak pertama saya. Tapi saya akan sharing tentang kehamilan saya yang kedua, tentang adiknya Fathan.

Di kehamilan kedua ini, alhamdulillah saya tidak merasa mual muntah. Hanya saja memang lebih sensitif dibanding kehamilan pertama. Awal hamil dulu, sempat lemas, gampang sakit, sensitif sama makanan. Sempat juga malas makan. Maunya makan ada sambelnya. Tapi beberapa hari kemudian sudah lain lagi seleranya.

Memang sih, ada saja kesibukan yg cukup menguras tenaga dan pikiran saat hamil kedua ini. Dari bulan pertama, saya masih menyusui Fathan, NWP. Lalu bulan kedua dan ketiga, saya mempersiapkan diri ikut tes CPNS. Bulan keempat, sempat terpeleset sampai jatuh di depan kamar mandi. Tapi alhamdulillah sehat2 saja hingga kini masuk bulan ke tujuh. Masuk bulan kelima, harus LDR sama suami karena mengejar sidang tesis. Dan saat di rantau, sering sakit macam2. Tapi tetep harus kuat.

Sering sakitnya karena masalah sepele. Misal beli camilan, ternyata perut menolak, akhirnya diare. Atau beli sup buah atau jus, padahal sudah minim es, paginya batuk2, tenggorokan sampai telinga gatal. Terlebih lagi, seperti waktu hamil Fathan dulu, masuk trimester ketiga ini, saya merasa gatal2 di kaki dan perut.

Waktu hamil Fathan yang 'ndableg', tapi hanya gatal2 di trimester tiga saja, awal2 kehidupan Fathan menunjukkan kalau kulitnya sensitif sama beberapa produk bayi.

Apalagi anak kedua ini? Kayaknya nanti lebih harus jaga2..

Tapii, saya buru-buru menepis pikiran2 aneh yg ada. Saya selalu ingat, bahwa semua anak adalah bintang.

Bahwa saya lebih sensitif dan mudah sakit di kehamilan kedua ini, bukan jaminan anak kedua akan juga sama sensitif dan ringkih seperti saat saya mengandungnya. Bisa jadi dia akan jadi anak yg kuat..

Karena ibu hamil yg sensitif dan mudah sakit, bukan hanya berarti 'bawaan janin'. Bisa jadi karena memang daya tahan tubuhnya yang lemah, terlalu banyak yg harus dikerjakan, terlalu banyak yg harus dipikirkan, jadilah lebih kurang kuat dibanding dulu..

Semoga selalu sehat sampai lahir dan tumbuh jadi anak shalih dan kuat ya nak! Kamu juga bintang di hati Ibu 💖. Yuk berjuang bersama 😉.

29 Maret 2019

=Telponan (lagi)=

Hari ini saya belum jadi pulkam. Berarti tertunda lagi pertemuan dengan Fathan. Maka barusan kami telponan lagi. Percakapan kami menggunakan bahasa Jawa, tapi di tulisan inu saya terjemahkan saja ya hehe..

"Halo,, assalamualaikum Fathan, lagi apa?"
"Lagi duduk.."
"Duduk sama siapa?"
"Halo.. Ibuk, lagi apa?"
"Ibuk lagi duduk.. Mau maem. Fathan udah maem?"
"Udah.."
"Maem sendiri apa disuapin?"
"Disuapin.."
"Sama siapa?"
"Bapak.."
"Bapak apa Mbah?"
"Mbah.."
"Mbah apa Bapak?"
"Mbah.."

Kadang kalo lagi ngeh, dia bisa jawab dengan baik dan benar sesuai kenyataan. Masih sering sih jawabannya dari pertanyaan terakhir.

Misal.

"Adik Fathan mau cewe apa cowo?"
"Cowo"
"Cowo apa cewe?"
"Cewe.."

Salah satu hal yg saya lihat membuat Fathan berbinar adalah ketika kami bercerita atau menyanyikan lagu baru atau mengaji. Dia akan mendengarkan, lalu lama-lama menirukan saat dia bermain.

Beberapa Jumat, alhamdulillah sudah sering diajak Bapaknya ke masjid untuk shalat Jumat. Awalnya saya was-was, gimana kalo rewel, ato kabur pas Bapaknya shalat..

Tapi alhamdulillah beberapa kali, meski kadang cerita sendiri, tapi tidak terlalu bikin gaduh. Yang biasanya bikin dia gaduh adalah kalau ada teman sebaya, yang lalu mengajaknya lari-larian di masjid..

Tapi kalo hanya ada Fathan yg paling kecil di masjid, Bapaknya bilang sudah bisa ikut gerakan shalat. Dan saat berdzikir, Fathan juga mengikuti.

Seperti tadi waktu kami melanjutkan telepon..
"Fathan sudah shalat?"
"Udah.."
"Udah ngaji?"
"Udah.. Alhamdulillah, alhamdulillah gitu.."
"Oh yaa.. Alhamdulillah.."

Alhamdulillah Fathan tergolong mudah diajari sesuatu yg baru, yang tentunya harus baik. Dan saya melihat dia sudah cukup mampu memposisikan dirinya saat sedang tidak bersama saya, bahkan kadang hanya bersama Bapak-Ibu saya karena suami juga harus ke luar kota mengantar ikan.

Dan masalah mengenal Allah, Insyaallah sedang kami rutinkan untuk ikut shalat dan mengaji, semoga istiqomah yaa.. Sambil pelan-pelan dijelaskan siapa itu Allah, Rasulullah, dan semua tentang agama kami..

26 November 2018

ALIRAN RASA Game Level 3

Awalnya, jujur, saya bingung dengan tantangan meningkatkan kecerdasan anak di game level 3 Bunda Sayang ini. Bingung karena suami bolak-balik Temanggung-Banjar, sementara anak saya juga masih usia 22 bulan. Mau bikin proyek apa ya yg mengasah kecerdasannya? Kecerdasan apa yang harus saya stimulasi lebih di usia nya ini. Lama tidak menulis, saya melihat postingan teman saya yang lebih dulu sudah menentukan proyek keluarganya. Pun saya menyimak diskusi di grup, membaca materi beberapa kali. Pesan penting yang saya tangkap dari fasilitator saya adalah, buatlah proyek keluarga yg melibatkan anak utk meningkatkan kecerdasannya, meski proyek itu simpel, tidak apa-apa, pasti nanti ketemu polanya.

Ada beberapa yang benar-benar membuat suatu 'proyek', melibatkan suami dan anak seusia TK-SD, dan menghasilkan karya. Saya pikir, memang sih Fathan, anak saya, sudah bisa diajak bikin ini itu, tapi masih saja saya ragu. Akhirnya, karena memang saya sedang meniatkan untuk menyapih Fathan dalam waktu dekat, saya putuskan untuk mengerjakan proyek berjudul "Weaning with Love" menyapih dengan cinta.

Waktu terus berjalan, dan memang mengalir begitu saja. Tidak setiap hari rencana saya berhasil. Pun tidak setiap hari kecerdasan anak saya kelihatan bertambah. Yang ada, dalam proses penyapihan kemarin, kami banyak melibatkan emosi. Konsep Weaning With Love yang kami jalankan juga tidak sesuai teori kebanyakan. Kami masih menerapkan cara menyapih orang-orang terdahulu dengan 'memaksa anak tidak mau menyusu' dengan cara yang kurang sesuai teori WWL dimana harusnya anak diajak berdialog hingga mau total meninggalkan aktivitas nenennya. Awalnya memang ingin begitu, tapi ternyata saya dikejar waktu, saya harus cepat-cepat menyapih Fathan karena kondisi kami yg sudah kami ceritakan di postingan2 kami di blog.

Jadilah Fathan berhasil disapih dalam kurun waktu satu minggu. Selama proses menyapih, kecerdasan yang ingin saya tingkatkan adalah kecerdasan intelektual terutama verbal dan kecerdasan emosi, untuk tidak selalu harus bersama saya. Alhamdulillah, sekarang, setelah selesai tantangan level 3 dan setelah selesai proses sapih, Fathan makin menunjukkan kecerdasannya.

Sebagai contoh, saat dulu dia lapar, ya dia tinggal bilang "Ibuk, mimik..". Lalu kini, dia bisa membedakan haus dan lapar. Dia akan lari ke dapur untuk minta dibuatkan susu, atau teh, atau jika hanya ingin minum air putih, ya dia bilang "mik putih..". Atau ketika lapar, dia akan mencari camilan atau makanan, sambil bilang "maem, nandi maem..". Atau saat ingin makan camilan, dia bilang "wafer.. roti..".. Atau saat dia mengantuk, dia bilang "bobook, kamar..". Yang saya pikir, kecerdasan verbalnya sudah ada peningkatan, sudah lebih spesifik dalam mengutarakan keinginannya.

Pun begitu dengan kecerdasan emosinya. Saat awal-awal proses menyapih, saya juga sering mengajaknya ngobrol. Bahwa,
"nenen Ibu sudah tidak enak buat Fathan", atau
"Fathan nenennya sudah ya, gantian sama adek, ini ada adek di perut Ibu..nanti kalau perut Ibu sudah besar, insyaallah adek lahir, owek-owek, terus nenennya buat adek.."
Lalu kini, dia pun sering bilang "adek, adek," sambil menunjuk perut saya.. Meski kini dia juga masih posesif, apa-apa masih harus dengan saya, tapi insyaAllah dia makin terlihat dewasa. Tidur sudah tidak harus nenen, tidak harus digendong, saat terbangun malam pun sudah tidak terlalu rewel. Saat bangun tidur juga langsung bangun, tidak banyak merengek, meski kadang saat dia masih capek, dia hanya ingin berguling-guling dulu di kasur, baru mau bangun dan turun dari kasur beberapa saat setelahnya.

Tugas saya selanjutnya, meski game level tiga sudah selesai, adalah bahwa saya masih harus memantau dan meningkatkan kecerdasannya. Yang berarti juga, kecerdasan saya juga harus ditingkatkan.

#KuliahBundaSayang
#AliranRasa
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

17 November 2018

Rewel Semalam



Saya pikir, setelah melewati malam pertama tanpa nenen dengan lumayan tenang, maka malam berikutnya akan makin tenang, hanya akan rewel sedikit seperti malam sebelumnya. Ternyata tidak, Fathan terbangun jam 10, menangis tidak mau ditenangkan. Saya gendong, salah, dia maunya tiduran sambil nenen. Lalu saya biarkan, saya tawari lagi UHT dan wafer. Dia masih belum mau. Akhirnya saya gendong, dia menunjuk-nunjuk luar, minta keluar.

Ah iya, karena saking keras suara tangisnya, Ibu saya sampai masuk kamar, ingin ikut menenangkan Fathan. Kebetulan suami saya masih belum sampai rumah, masih di Banjarnegara.

Melihat Ibu saya, suara tangis Fathan malah makin kencang, di tidak mau digendong Mbah, maunya Ibu! Jadilah saya keluar kamar bersamanya, menghidupkan semua lampu. Ibu menyalakan televisi, Fathan bisa ditenangkan, anteng melihatnya, minta saya duduk menghadap tivi dan dia tenang di pangkuan saya, sampai akhirnya mau tidur, tapi tidak mau tidur di kamar. Kebetulan kami memang menyediakan kasur di ruang tengah, jadilah dia terlelap di situ.

Saya berniat membersamai Fathan tidur di ruang tengah. Sambil menunggu kabar suami, karena beliau bilang malam ini mau pulang. Sampai jam 12 malam, saya belum bisa tidur. Lima menit berselang, suami datang.

"Loh tidur di sini? Pindah kamar aja yuk, kasihan Fathan dingin.." pinta suami

Baiklah saya pindah ke kamar. Dan memang, langsung bisa tidur. Jam dua Fathan terbangun, menangis lagi. Karena waktu terbangun jam 10 tadi dia belum mau minum, pasti jam 2 ini dia lapar. Benar saja, saat saya sodorkan wafer dan UHT, dia mau makan dan minum,, glundang-glundung, tertidur kembali.

What a Weaning With Love! Meski metodenya berbeda dengan ibu-ibu modern kebanyakan yang sungguh-sungguh menerapkan WWL, bukan berarti kami tidak menyapih dengan cinta, karena bentuk cinta pada masing-masing keluarga itu unik, tidak harus sama :).

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

16 November 2018

UHT Tengah Malam

Setelah sehari tidak nenen, lalu terbangun malam masih nenen. Hari berikutnya saya niatkan untuk benar-benar lepas nenen. Kami siapkan kesukaan Fathan saat ini, susu UHT dan wafer. Tidur jam setengah delapan di gendongan saya, Fathan terbangun jam 11, mencari nenen dan menangis. Saya tawari UHT belum mau, malah tertidur kembali saat saya usap-usap punggungnya.

Jam satu malam terbangun lagi, menangis lagi, lalu saya bujuk dia untuk minum susu UHT dan makan wafer. Dia malah langsung minta dibukakan wafer saja, baru mau minum susu. Setelah itu, dia melihat album foto yang siang tadi kami lihat bersama. Lalu dia tertawa-tawa melihat fotonya sendiri.

"Mipat, mipat..", katanya, 'mripat', saat melihat fotonya dengan matanya yang bulat.

Aah, Fathan, orang-orang saja gemas lihat matamu saat melolo begitu. Ternyata kamu baru sadar kalau matamu bulat, nak!

Setelah tertawa-tawa, dia balik lagi lembaran albumnya, dan melihat foto saat dia tidur wakty bayi dulu. Dan malah lalu dia minta berbaring..

"Bobok, kene.." bobok sini, katanya.

Dan malam itu kami bisa melewatinya, semalam tanpa nenen Ibu lagi. Semoga malam-malam berikutnya makin mudah..

#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam