29 Mei 2011

sebuah tulisan dari sebuah diskusi

mengikuti sebuah organisasi,,,bukan hanya untuk ajang mengeksiskan diri...tapi lebih kepada bagaimana kita mengembangkan diri untuk lebih bermanfaat bagi orang lain...hufth...Entahlah,,,tapi dari diskusi siang tadi,,saya semakin bersemangat untuk mengikuti organisasi di kampus, baik ekstra maupun intra...bukan hanya untuk mengembangkan diri, tapi bagaimana berdakwah dengan baik...

27 Mei 2011

Ibu (2)

kunyanyikan sebuah lagu, untukmu ibu...
sebagai wujud terimakasihku kepadamu,,,
tanpa lelah, kau berjuang membesarkanku
berikan yang terbaik untukku...

Mungkin memang Allah tidak menakdirkan saya untuk berani mengatakan sebatas ucapan terimakasih pada ibu,,pun menyanyikan lagu seperti Gita Gutawa, tak akan pernah...tetapi, saya sangat menyukai lagu ini dan hanya bisa memperdengarkannya di depan ibu,,dan saya tahu, ibu pasti tahu kalau saya menyayanginya.. meski mungkin untuk saat ini saya belum mampu menjadi yang terbaik di matanya,

ijinkanlah tanganmu kucium,
dan kubersujud di pangkuanmu,
temukan kedamaian di hangat pelukmu...
ada surga di telapak kakimu,
lambangkan mulianya dirimu,
hanya lewat restumu,
terbuka pintu ke surga...

karena Allah juga telah menakdirkan ibu untuk menjadi yang paling dihormati, begitu pula Rasulullah menganjurkan orang yang pertama kali dihormati adalah ibu...bahkan sangat-sangat dihormati sampai tiga kali pengulangan,,,
Hmmm...memang bukan tipikal orang yang ekspresif, apalagi di depan ibu,,tapi di saat saya sangat ingin pulang seperti ini, senyum ibu adalah kekuatan tersendiri...
terlebih sosoknya yang adalah seorang guru,,,sebuah cita-cita yang mungkin belum diperuntukkan  bagi saya kini...

25 Mei 2011

me and anmlagrcltr

Bukan hanya untuk menceritakan kisah saya di waktu sekarang, dimana saya sedang menempuh pendidikan di jurusan Peternakan, tapi untuk mengenang segala sesuatu yang tiba-tiba terasa begitu jelas mengenai masa kecil dulu, tentang saya dan segala sesuatu mengenai peternakan.
Dulu, saya sangat suka menemani Pakde, kakak pertama ayah, untuk memberi pakan sapinya yang ketika itu, bagi saya, sangat besar. Saya hanya tahu, bahwa Pakde memberi pakan sapinya dengan ‘komboran’, dedak yang dimasak dengan air dan beberapa campuran, seperti jagung, kulit kacang, kulit kacang merah, dan lain-lain.. setelah diberi komboran, saya yang masih kecil sangat suka memegangi rumput untuk disuapkan pada si sapi, dan saya sangat menikmati pemandangan ketika sapi mengunyah rumput-rumput itu, dengan lidah yang menjulur, lalu mengunyah dengan memutar-mutar bibirnya...ah,,sampai pernah, ketika saya sudah bisa diajak berbincang dengan ibu, beliau menceritakan bahwa sebetulnya ibu agak takut dengan sapi, tapi sejak saya sering main-main bersama Pakde di kandang, beliau ikut-ikutan suka dengan sapi.
Tentang dunia peternakan yang lain, ayah membelikan saya mainan kuda-kudaan dalam bentuk kursi kecil yang bisa digoyang-goyangkan...that’s my favourite stuff...
Beranjak besar, semakin banyak pengalaman saya bersama hewan ternak. Ketika itu saya kelas tiga SD. Pertama kali saya memperoleh mata pelajaran IPA, yang sampai sekarang saya menyukainya, pertama kali pula buku paket dari sekolah sangat menarik perhatian saya..dan pada bab pertama, ada gambar sapi disana...saya juga suka menggambar, meski hasil coretan saya acak-acakan...dan saya menggambar sapi itu, ah,saya suka gambar saya dulu...tapi sayang, tidak saya abadikan...semoga saya bisa menemukan buku itu lagi.
Pengalaman lain yang cukup berkesan adalah, ketika saya pulang dari sekolah, saya dikejar pedet, anak sapi. Dan larilah saya dengan cepatnya,,,ah...
Begitu banyak pengalaman saya dengan peternakan,,,bukan untuk bualan belaka,,hanya ingin mengenang, bahwa mungkin Allah mengirimkan berita kepada saya tentang bagaimana mencintai peternakan mulai sejak dulu, dan saya baru menyadari kini...

23 Mei 2011

tidak ada keberuntungan

Biarlah, saya cukup bangga memiliki teman yang berprestasi. Jauh di sini, sebenarnya saya ingin seperti mereka. Dan saya tahu saya pasti bisa. Namun, rasa sungkan dan mendahulukan saudara itu selalu muncul.
Saya hanya sedikit kasihan kepada mereka yang terbatas. Bodohnya lagi, saya tidak menginginkan kebahagiaan itu hanya ada pada saya. Saya ingin teman saya juga merasakan kebahagiaan yang saya rasakan.
Kadang mereka menyampaikan pada saya bahwa mereka sedang tidak memiiki uang sebatas hanya untuk makan. Dan alhamdulillah saya bisa menolongnya.
Kadang mereka mengeluhkan kenapa orang-orang bahagia dengan keluarga yang mereka punya di rumah, dan saya berusaha untuk selalu berperan sebagai yang menyayanginya di sini, di perantauan.
Sehingga yang ada pada diri saya untuk mereka, adalah saya yang tidak boleh pernah mengeluh. Saya yang harus terlihat mendahulukan kebaikan mereka. Saya yang ‘terpaksa’ selalu terlihat ‘baik-baik saja’.
Padahal jauh di sini, saya ingin berprestasi seperti mereka. Ingin memiliki talenta yang mereka punya. Ingin mengembangkan sesuatu yang memang sudah saya miliki.
Apalagi Allah, dalam firmanNya mengatakan bahwa kita sebagai manusia harus berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.
Dan dalam sebuah novel, saya pernah membaca, ‘Going the Extra Miles’, yang kurang lebih artinya adalah kita harus melebihkan usaha dibandingkan dengan orang lain. Bahwa apapun yang kita lakukan, jika itu sama dengan yang dilakukan orang lain, usahakan bahwa yang kita lakukan itu adalah jauh lebih banyak,jauh lebih baik dari yang dilakukan oleh orang lain.
Bukankah proposal karya tulis yang diterima adalah yang berinovasi karena belum pernah ada yang mencetuskan ide? Tidakkah Thomas Alfa Edison mencoba membuat bola lampu tidak hanya satu dua kali lalu berhasil menerangi dunia? Tidakkah Rasulullah pun menyerukan kebaikan pada orang-orang di sekitarnya secara berulang? Tidak ada satu keberhasilan pun yang hanya dilakukan dengan usaha sekenanya. Tidak ada keberuntungan karena tidak melakukan apa-apa, keberuntungan kita adalah karena usaha-usaha kita di masa lalu, dan karena kita menggenapkannya dengan berdoa.
Saya sangat senang hari ini. Enam April 2011. Entah kenapa ingin sekali menuliskan semuanya di sini.
Mulai Jumat kemarin, ketika saya dan satu teman lain diminta untuk membantu menjadi panitia teknis pelaksanaan Pelatihan Mujahid Dakwah. Ketika itu, saya hanya tsiqoh, percaya pada murabbi saya yang meminta saya ke sana. Dan saya berangkat dengan hanya bermodalkan kenekatan, karena hanya dalam waktu dua hari saya mempersiapkan semuanya, padahal saya masuk dalam kepanitiaan. Saya mengikuti rapat-rapat yang setiap saat diadakan, dan di sana saya mencoba sedikit-sedikit mengikuti alur rapat yang ada...
Dan akhirnya hari itu tiba, saya didaulat menjadi pendamping peserta Pelatihan Mujahid Dakwah, saat itu saya bersama Mbak Dida, mendampingi satu kelompok berisi sebelas orang..ngek ngok...saya harus mengoreksi amal yaumi anak-anak itu, yang adalah adik angkatan...saya harus menanyai berapa juz al quran yang mereka tilawahkan selama dua hari Sabtu Minggu...bagaimana hafalan doa-doa sehari-hari mereka, bagaimana hafalan surat yang disyaratkan panitia kepada mereka...ah, saya saja belum sesempurna itu. malu sekali.
Tapi dengan semua itu, saya jadi sadar, bahwa Allah selalu mengawasi saya. Lebih dari bagaimana saya mengawasi adik-adik dampingan saya di sana. Bahwa Allah selalu mengingatkan, lebih daripada saya mengingatkan adik-adik tentang hafalan dan amalan-amalan yang harus mereka penuhi selama pelatihan.
Lebih dari itu, meski saya tidak mengikuti acara pelatihan, karena memang yang seharusnya merasakan adalah mereka yang posisinya peserta, saya merasa sangat diingatkan oleh Allah. Karena di sana saya hanya panitia rekrutan baru, bukan panitia inti, saya hanya mendengar perintah dari para atasan, dan melaksanakannya. Atasan-atasan saya di sana, adalah manusia-manusia berkualitas di Universitas Diponegoro dan Politeknik Negeri Semarang yang tidak hanya cerdas, tetapi juga terjaga amalan hariannya, terjaga kebeningan hatinya, terjaga semangatnya untuk selalu berdakwah, menyebarkan kebaikan dan menggaungkan kalimat-kalimat Allah...
Dengan kesadaran yang Allah berikan, meski saya tidak mengikuti pelatihan yang keras seperti adik-adik, saya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja, bukan hanya untuk pengembangan diri sendiri, tapi juga untuk kemenangan dakwah Islam, untuk kebaikan sesama.
Karena fenomena yang saya dapatkan selepas dari sana, selepas dari pelatihan, dimana saya masuk ke dalam kehidupan yang sebenarnya, banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang sangat cemerlang dengan prestasinya, sangat gemilang dengan pencapaian-pencapaiannya, tetapi tidak peduli dengan keadaan jamaah, tidak peduli dengan keberlanjutan generasi di UNDIP.
Saya cukup bahagia dengan keadaan diri saya yang biasa-biasa saja. Bahwa teman-teman, saudara-saudara, kakak-kakak saya di sini, di tanah perantauan, selalu mengingatkan saya untuk selalu peduli pada sesama, peduli terhadap keadaan orang lain...meski kadang saya merasa, hidup saya tersita...tapi sungguh, perjuangan para pendahulu jauh lebih berat dari sekedar perjuangan saya melawan kemanjaan...