28 Januari 2013

Benar-benar mencintaimu sejak di Rohis (2)


Ah yaaa... dan kini telah berselang hampir lima tahun semenjak pertama kali mengenal Rohis. Dan saya berbanyak-banyak teman di Rohis, setidaknya, orang-orang yang punya latar belakang Rohis. Di bangku kuliah, saya juga masuk lagi ke Rohis.
Makin lama di Rohis, saya makin mengenal apa itu Rohis dan apa yang harus ada dan tidak harus ada pada pribadi-pribadi pengurus Rohis... ada banyak fenomena yang tidak sepantasnya saya ceritakan di sini, tapi menjadi peristiwa yang umum melanda para aktivis Rohis..
Salah satunya, pasti sangat familiar : Keterjangkitan Virus Merah Jambu di kalangan para aktivis...
(Lho kok saya malah cerita??)
Ah, bukan untuk menjelek-jelekkan seseorang, pun tidak akan menceritakan pengalaman pribadi (karena memang saya tidak mengalami, insyaAllah tidak akan dan tidak ingin, semoga saya dan Anda istiqomah ya..). saya hanya ingin bercerita, betapa menantangnya medan Rohis ini, kawan.
Lalu tentang judul, “Benar-benar mencintaimu sejak di Rohis” ini, insyaAllah akan ditemukan setelah cerita ini selesai J..
Oke, saya tadi bilang, bahwa medan Rohis begitu menantang, ya kan?
Mari saya kupas satu persatu,,, (tidak semua, yang ingin saya ceritakan hanya yang ingin saya ceritakan saja kok..).
Rohis adalah Lembaga Dakwah di kalangan pelajar. Namanya saja Dakwah (Beramar ma’ruf nahi munkar)..
Dakwah adalah kata terberat yang pernah saya dengar.. mengapa begitu? Karena dakwah berarti mengajak pada yang kebaikan, dan mencegah dari keburukan...dan dakwah ini, simpelnya seperti saat kita mengajarkan matematika kepada junior kita, dimanapun.. bahwa kita harus menguasai matematika itu dulu, sebelum mengajarkan kepada junior kita.. terlepas dari junior kita boleh lebih cerdas dari kita, cara terbaik mengajarkan matematika adalah dengan lebih dulu menguasai (diulang lagi), dan mengerti cara-cara mengatasi kesulitan di dalamnya.. kita disebut sudah ‘baik’ dalam pemahaman dan pengajaran matematika, adalah ketika junior kita menanyakan hal-hal paling sulit, kita mampu memecahkan masalahnya, dengan cara apapun yang kita mampu..
Nah, begitu pula dakwah, tapi, sayangnya, dakwah malah jauh lebh rumit dibandingkan matematika. Karena, ya prinsipnya sama seperti tadi, kita harus menguasai ‘dakwah’ dulu, sebelum ‘mendakwahi’ orang lain... padahal, sejauh yang saya tahu, dakwah adalah perkara yang wajib kita lakukan, meski hanya sebatas menyingkirkan duri di jalan, meski hanya sebatas tersenyum kepada saudara kita...meski ilmu kita masih sebatas satu ayat Al Quran...
Beuh,, rumitnya, dalam dakwah, kita tidak harus ‘mahir’ dulu baru kita berdakwah, tapi kita harus berdakwah, maka kita akan ‘mahir’. Ahhh... saya yang terlalu merumitkan keadaan..padahal sebagai seorang ‘pendakwah’, seharusnya seseorang harus ‘mahir’ dulu, sebelum akhirnya ‘berdakwah’...
Rumit? Memang!!
Itu intinya, bahwa Rohis itu menantang, karena Rohis adalah lembaga Dakwah.. bahwa apapun yang kita lakukan, harus bernuansa “mengajak pada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran”.
Saya menulis begini juga bukan berarti saya telah terbebas dari segala macam keburukan, tidak, sama sekali! Tapi saya sedang dalam tahap berusaha untuk mampu melebihkan kebaikan, daripada memperbanyak keburukan.. J
Maka ketika pertama kali saya menjadi ‘anak Rohis’, saya berpikir bahwa saya HARUS berpenampilan macam kakak-kakak senior saya yang lemah lembut, menebar senyum kemana-mana, rajin, anggun, dan lain-lain...
Saya pun seketika sempat berputus asa karena kenyataannya saya sangat jauh dari keharusan-keharusan yang semestinya...;(..
Tapi kawan, Anda tahu? Menjadi bagian dari Rohis adalah suatu keajaiban, catat ini : keajaiban.. bahwa ketika kita merasa putus asa, ada saudara-saudara kita yang menyadarkan kita sehingga kita jauh dari keputusasaan...
Ini saya rasakan sungguh-sungguh. Karena banyak kegiatan Rohis yang memeras otak untuk berpikir, hati untuk lebih peka, dan fisik yang mau berlelah-lelah. Tapi kenikmatan setelah itu, beuh,,,,,
Lalu kenapa fenomena ini bisa muncul? Merasakan nikmat setelah berlelah-lelah, bersakit-sakit, dan berpusing-pusing??
Semua ini karena ada sesuatu yang selalu menjadi penyemangat di Rohis, khususnya bagi saya, yang akhirnya merasakan jatuh cinta ini, dan semakin hari semakin bertambah, dan semakin mematangkan semangat saya... J
Seketika bertemu, merasa selalu disayang
Seketika bersama, merasa selalu didampingi
Kenyataan menunjukkan bahwa di Rohislah, rasa itu pertama ada..
Maka apakah saya akan rela meninggalkan Rohis begitu saja?
Karena jika saya meninggalkan Rohis, itu berarti saya meninggalkan cinta pertama saya, dan saya akan sangat kesulitan menemukannya kembali, karena ia ada di sela-sela, ada di kerumunan, ada di setiap detak bernama Rohis...
Ah... lebay, parah!
Tapi sungguh, pertama kali saya menemukannya di Rohis dan saya akan sangat terluka jika saya meninggalkannya.
Meski mungkin, Anda atau yang lain dapat dengan mudah menemukannya dimanapun, kapanpun, dari siapapun, dan dalam keadaan bagaimanapun. Tapi saya merasakan sensasi jatuh cinta itu di sini..
Ah, berbelit sekali..
Langsung saja lah,
Saya tahu, hal itu sudah ada sejak dulu, dan semua orang pasti pernah merasakan jatuh cinta sampai tergila-gila semacam perasaan saya sekarang ini..
Tapi kawan, bagaimana saya tidak bertekuk lutut, bagaimana saya tidak berbunga, ketika setiap saat ada pertemuan di Rohis, semua perkataan adalah tentangnya. Ketika apapun yang kita lakukan, semua menjurus tentangnya.
Semua tentangnya,
Hingga saya jatuh cinta untuk pertama kali, hingga kini pun tak pernah henti..
Ah, lancang sekali saya menyamakannya dengannya yang biasa..
Sungguh, ingin sekali saya mengatakan secara langsung, dari lubuk hati terdalam, tanpa maksud dan tujuan lain, tanpa demi apapun, tanpa diminta siapapun,,,
Bahwa :
Saya, benar-benar mencintainya sejak di Rohis.
Ah,
Nya,
Ya, saya benar-benar mencintaiNya sejak di Rohis.
Allah, saya benar-benar mencintaiMu sejak di Rohis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar