30 Juni 2012

tentang beasiswa dan PD 3

Beberapa saat yang lalu, saya menemukan hasil pengumuman seleksi penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Dalam beberapa periode, alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk memperoleh beasiswa PPA, tapi untuk periode ini, saya sedang diuji untuk tidak memperolehnya.
Beberapa teman saya yang lain juga tidak mendapatkannya (lagi). Dan ini menjadi introspeksi besar-besaran bagi kami. Namun, bersamaan dengan pengumuman beasiswa PPA dan BBM, ada pembukaan penerimaan beasiswa dari sebuah yayasan. Lantas kami berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri sebagai calon penerima beasiswa tersebut, setelah secara terlunta-lunta tertolak oleh beasiswa langganan kami.
Hal yang menjadi pemikiran saya terutama mengenai beasiswa PPA BBM ini adalah, ketika beberapa dari kami cukup memenuhi syarat IPK dan organisasi untuk mendaftar beasiswa, kami tertolak karena dari pihak terkait mengutamakan angkatan di bawah kami, bagaimanapun keadaan IPK mereka. Tapi itu sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, karena bagaimanapun, kami (saya dan teman-teman) sudah besar dan harus mengalah demi kepentingan adik-adik kami. 
TAPI, ada sesuatu hal yang baru saya ketahui setelah dengan seksama saya amati angka-angka yang tertera di bagian belakang pengumuman. Ada beberapa, banyak bahkan, teman seangkatan saya yang nilainya sama atau lebih rendah sedikit dari saya, dengan jelas tertera sebagai penerima beasiswa PPA. Lalu saya berpikir, lama sekali, dari sejak saya lihat papan pengumuman, lalu shalat, lalu makan, lalu kuliah.. saya masih belum terima. Kok bisa itu terjadi..
Lalu ketika saya memutuskan untuk pulang ke kontrakan, saya diam sejenak, masih memikirkan, kenapa hal tadi bisa terjadi. Dan seketika, alhamdulillah, saya ingat perkataan bapak PD 3 Fakultas di mana saya belajar sekarang tentang penerima beasiswa yang intinya begini :
"Kalau IPK mu itu cukup, daftar beasiswa! kalau kamu itu aktivis, daftar beasiswa! Tapi kadang ada beberapa yang memang sengaja tidak kami loloskan untuk menerima beasiswa PPA/BBM karena kami tahu ada potensi dari kalian. Jadi jangan buruk sangka, kami memang tidak menerima kalian, biar kalian itu bisa mencari beasiswa yang lain yang lebih bisa mengembangkan diri kalian!!! Niat kami baik, tapi kadang mahasiswa tidak tahu dan tidak mencari tahu alasannya"
Nah! Seketika itu pula saya menjadi sumringah karena PD dan optimis, pasti ada beasiswa lain yang jauh lebih baik dibanding PPA untuk saya mencobanya.
Itu pemikiran positif saya. Sementara yang lain, ada saja yang masih terkecewakan dengan keputusan pihak penyeleksi. Lalu saya hanya bisa menyemangati agar mereka berusaha untuk mencari kesempatan beasiswa lainnya. Karena menurut hemat saya (-__-) ada beberapa kemungkinan luputnya mahasiswa dari daftar penerima beasiswa yang diharapkan :
1.     Pihak penyeleksi tau potensi yang ada pada diri kita, sehingga dengan baik hati memberikan kesempatan bagi kita untuk mencoba beasiswa lain yang lebih bonafit. Dengan kata lain, kita terlalu brilian untuk mendapatkan beasiswa itu (PD ne puolll).
2.     Berkas pendaftaran kita terselip sehingga luput dari pantauan penyeleksi. (kasihan banget...).
3.     Pihak penyeleksi mengutamakan mahasiswa lain karena kita jauh lebih tidak terkenal dibanding mahasiswa lain tsb (nasib, terdzolimi, kita doakan saja agar pihak penyeleksi segera bertaubat dan memohon ampun sama Allah, karena ini termasuk praktik nepotisme).
4.     IPK dan potensi kita memang KURANG PANTAS untuk mendapatkan beasiswa tsb (nasib juga, hanya perlu introspeksi, lebih giat belajar, lebih serius menghadapi kehidupan, lebih banyak berdoa, agar terjadi keajaiban dariNya, meski mungkin kita KURANG PANTAS).

2 komentar:

  1. Jangan dendam, jangan dengki, jangan dongkol. (Selesaikan!)

    BalasHapus
  2. iya Ikhwal,,,lanjutkan cari yg lain!, atau bikin usaha agar dapat penghasilan!

    BalasHapus