25 Juni 2012

Keamanan Pakan untuk Indonesia Lebih Baik



Nurul Arifah (H2A 009 210)           

            Selama manusia masih memerlukan protein hewani, peternakan akan terus berjaya. Itulah kesimpulan yang dapat diambil ketika banyak terjadi diskusi antara mahasiswa dan dosen peternakan baik di saat kuliah maupun saat beberapa diskusi informal.
Memang, peternakan adalah sektor yang tidak dapat terlepas begitu saja saat kita berbicara mengenai kehidupan. data-data statistik menunjukkan adanya keterkaitan antara peternakan dengan kecerdasan manusia, antara peternakan dengan kesejahteraan manusia, dan antara peternakan dengan yang lainnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pegiat peternakan untuk selalu memberikan yang terbaik di segala bidang yang berpengaruh terhadap peternakan itu sendiri.
Seperti banyak diketahui, bagian penting dalam membicarakan hal-hal mengenai peternakan adalah adanya segitiga emas. Segitiga emas tersebut terdiri atas bibit (breeding), pakan (feeding) dan manajemen (management).
Ketiga hal tersebut harus bersinergi agar membentuk suatu keamanan dan kenyamanan dalam peternakan yang berujung tidak hanya pada kehidupan ternak saja, tetapi juga pada kehidupan manusia pada umumnya. Satu bagian yang memberikan pengaruh terbesai yaitu sebesar 60-80% pada berlangsungnya peternakan adalah pakan (feeding).
Pakan merupakan hal penting karena selain menyita perhatian keuangan terbesar dalam industri peternakan, pakan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan ternak serta terhadap jaminan kualitas pangan hewani yang dihasilkan.
Salah satu contoh riil mengenai keterkaitan antara keamanan pakan dengan keamanan pangan adalah banyaknya kasus Bovine Spongioform Encephalophaty (BSE/Sapi Gila) di Amerika beberapa tahun silam. Berdasarkan informasi, salah satu penyebab munculnya penyakit ini adalah karena adanya pakan asal hewan seperti misalnya tepung tulang, tepung daging, tepung darah, dan tepung ikan yang diberikan pada sapi-sapi tersebut tanpa terlebih dahulu terpantau kualitasnya. Sehingga dampak yang ditimbulkan tidak hanya kerugian di farm saja karena banyaknya sapi yang menjadi gila, tetapi juga hingga ke sektor hilir yaitu menurunnya kepercayaan konsumen terhadap produk pangan hewani.
            Di Indonesia sendiri, keamanan pakan telah banyak diatur dalam berbagai peraturan, salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Dalam peraturan tersebut disampaikan bahwa “Keamanan pakan produk rekayasa genetik adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya dampak yang merugikan dan membahayakan kesehatan hewan dan ikan, akibat proses produksi, penyiapan, penyimpanan, peredaran dan pemanfaatan pakan produk rekayasa genetik”.
Kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara pengimpor segala termasuk bahan baku pakan, menjadi tantangan tersendiri bagi sektor peternakan untuk lebih waspada, terutama dalam mengimpor  pakan yang berkualitas. Bahkan jika mampu, Indonesia menjadi negara yang berdaulat dalam segi pemenuhan pakan sehingga sektor peternakan selalu stabil dalam kualitas dan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan pangan hewani dan dapat menjadikan Indonesia lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar