12 Juni 2012

Standar Molases untuk Ternak-tgs SPMP 2012


Nurul Arifah H2A 009 210
Standar Molases untuk Ternak

            Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. Menurut SNI 01-1679-1989 definisi molases atau tetes tebu adalah hasil samping pabrik gula, berupa cairan kental berwarna coklat kehitam-hitaman, berbau khas, berasa sepat manis, sebagai produk dari proses pemisahan terakhir gula kristal dari masakan tebu (Saccharum officinarum L) tanpa penambahan air dan bahan lainnya.Kandungan nutrien pada molases antara lain protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
            Molases dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001).
            Kadar air dalam cairan molases yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molases yang diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat kandungan mineralnya cukup tinggi. Molases dapat diberikan pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian molases pada ransum ternak ruminansia adalah sebanyak 5 % yang terdiri dari jagung, dedak padi, tepung ikan, rumput gajah secara nyata dapat meningkatkan bobot badan. Akan tetapi penggunaan lebih dari 5 % akan berdampak negatif, yaitu berkurangnya peningkatan bobot badan karena energi pakan yang dihasilkan terlalu tinggi.
            Molases sering dimasukkan ke dalam ransum sebanyak 2 sampai 5 % untuk meningkatkan palatabilitas pakan. Molases dapat berfungsi sebagai pellet binder yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitas pelet. Penggunaan molases pada industri pakan dengan level diatas 5 – 10 %, molases dapat menyebabkan masalah, karena kekentalan dan terjadi pembentukan gumpalan pada mixer. Molases juga dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk sejumlah industri fermentasi.
            Contoh dari penggunaan molases dalam ransum pakan yaitu melalui pengolahan pakan UMB (Urea Molasses Block) yang merupakan sumber protein (Non Protein Nitrogen), energi dan mineral yang banyak dibutuhkan temak. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan urea molasses block antara lain molasses sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan bahan pengisis berupa dedak padi,gandum, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, sebagai bahan pengeras dipakai bentonit, tepung batu gamping dan sebagai bahan tambahan dipakai garam dapur dan mineral campuran.

            SNI 01-1679-1989 Menetapkan 3 jenis mutu tetes tebu sesuai standard internasional dari United States Standards for Grades of Sugarcane Molasses yaitu mutu A (Fancy), mutu B (Choice) dan mutu C (Standard). Syarat mutu untuk tiap jenis mutu berdasarkan kadar gula total diberikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Pembagian mutu menurut SNI
Jenis Uji
Persyaratan
Mutu A (Fancy)
Mutu B (Choice)
Mutu C (Standard)
Kadar gula total sebagai invert (min.)
60,0
52,0
47,0
*Ukuran dalam % (bobot/bobot)
Sumber : SNI  01-1679-1989

           
Sementara itu, standar lain yaitu dari Amerika adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Syarat persentase kepadatan Brix, total gula, abu dan total sulfit
Mutu
Kepadatan Brix (min.)
Total Gula (min.)
Abu (maks.)
Total sulfit (ppm)
Rata-rata
Limit
Rata-rata
Limit
Rata-rata
Limit
rata-rata
Mutu A
79
78,5
63,5
63,0
5,00
5,25
200
Mutu B
79
78,5
61,5
61,0
7,00
7,50
250
Mutu C
79
78,5
58,0
57,0
9,00
10,00
250
SStd
< 79,0
N/A
< 58,0
N/A
> 90,0
N/A
> 250
Sumber : United States Standards for Grades of Sugarcane Molasses, 1959.
            Pengujian mutu dilakukan dengan cara pengambilan sampel dari setiap tangki/container dalam tiap partai barang dengan menggunakan pipa berdiameter dalam 2,54 cm (inch) dengan panjang sekurang-kurangnya dapat menyentuh dasar tangki. Pipa dibuat dari bahan yang tidak mempengaruhi ataupun bereaksi dengan tetes tebu (misal pipa pvc) dan tidak lentur. contoh dari tiap tangki dikeluarkan dari pipa kemudian dicampur menjadi satu wadah dan diaduk sehingga merata.
            Beberapa uji yang diterapkan berkaitan dengan pengujian mutu molases adalah uji penentuan gula total, gula mereduksi dan gula sukrosa dalam tetes tebu (molases) menurut cara Lane Eynon. Semua keterangan uji tersebut dijelaskan secara terperinci dalam SNI 01-1679-1989. Selain itu juga dilakukan uji terhadap kandungan zat terlarut (derajat Brix) serta kandungan abu sulfat. Penentuan derajat Brix menggunakan prinsip kandungan zat padat terlarut ditentukan dengan penentuan berat jenis tetes tebu kemudian dikonversikan ke dalam derajat Brix mempergunakan tabel Brix.
            Selain uji secara kimiawi, standar pengendalian mutu juga ditentukan dengan flavor (palatabilitas), warna, dan kerusakan. Flavor dibagi menjadi tiga yaitu good flavor, reasonably good flavor, dan fairly good flavor. Warna dan kerusakan dibagi menjadi empat yaitu klasifikasi A, B, C dan Sub standar.
            Tetes tebu dikemas dalam bentuk curah. Penyimpanan dan pengirimannya dilakukan dengan menggunakan tangki/container yang bersih yang dapat menghindarkan kerusakan akibat fermentasi dan reaksi kimia lanjutan.

Sumber :
SNI  01-1679-1989
United States Standards for Grades of Sugarcane Molasses, 1959
www.ilmupeternakan.com

1 komentar:

  1. hallo, aku kirim message ke fb kamu, kalo sempet tolong dibalas.
    terima kasih.

    BalasHapus