28 Februari 2013

Memastikan Diri Ini Masih Punya Hati


Kemarin, saya mendaftarkan diri saya untuk mengikuti TOEFL di SEU UNDIP.. dan dijadwal untuk melaksanakan tes pada 4 April 2013.. (mohon doanya yaa..)
Sepulang pendaftaran, saya ke Java Mall untuk sekedar mengunjungi Pesta Buku Gramedia di lantai 3.. iseng saja, mencari buku murah untuk bahan bacaan.. dan setelah kurang lebih satu setengah jam berputar-putar, hanya ada dua buku yang menarik untuk saya beli : Majalah Bobo 2 buah seharga sepuluh ribu rupiah dan kitab Bulughul Maram seharga sembilan puluh tiga ribu rupiah, itu sudah hasil diskon 40%..
Dan sepulang dari Java, sebenarnya saya harus ke Rumah Sakit Roemani untuk menjenguk ibunya guru ngaji yang sedang dirawat, tapi karena lama menunggu konfirmasi dari teman-teman, akhirnya saya dan Mbak Titin harus pulang dulu ke Tembalang.. minum jus dan ke bawah lagi, ke RS. Roemani,,=)
Sampai di sana, menjelang maghrib, saya ngantuk.. *oh, bukan ini poinnya.
Saya menemui ibunya guru ngaji di ruang shofa utama 3 lantai 3.. beliau sakit kolesterol, jantung, dan sehabis jatuh dari kursi.. kasihan Mbah...

Dan guru ngaji saya itu, anaknya empat, yang dibawa ke RS, dua anak, mereka juga sedang sakit panas.. kasihan Ibu.. sementara dua yang lain, di-emong sama kakak kelas saya..
Nah, saya semakin ngantuk..
Dan pembesukan kami diakhiri dengan rawuhnya teman-teman guru ngaji saya, ibu-ibu kota begitu..
Akhirnya saya pulang, setelah terlebih dulu makan makaroni skutel (entah bagaimana tulisan yang benar), menunggui para rekan shalat maghrib, dan membesuk adiknya adik kelas salah satu rekan saya..
Yang membuat saya harus menuliskan cerita ini adalah, di tengah jalan menuju Tembalang, di tengah gerimis yang merintik (puitis =)), saya melihat ada kakek-kakek di pinggiran jalan, dengan kaki dibebat kain karena luka, tanpa payung, tanpa jas hujan, di dekat lampu merah, beliau hanya duduk saja sambil menengadahkan tangan, meminta sedikit harta dari para pengendara...
Kalau saya berani dan tidak terlalu mengantuk tadi malam, saya akan turun untuk sekedar menanyakan, di mana anak cucumu, Kek.. tapi apa? Saya memilih untuk melaju saja, melirik tanda tak mampu *cemen
Eh, tapi sungguh, betapa tega diri saya ini, membiarkan beliau hanya beralaskan koran, duduk memelas di pinggiran jalan, diguyur air hujan, luka kaki pula..
Itu baru satu, di dalam perjalanan saya kembali ke kasur yang hangat di kosan...
Ah, pemudi macam apa kau ini??

*Mari berdoa, agar kita lebih peka dan peduli, agar tak ada lagi yang menikmati kendaraan pribadi, sementara para orang tua menangisi keterlantaran diri.. dan mari memohon lebih lagi, agar masa tua kita, terpelihara..

1 komentar: