29 September 2012

Ada tugas dari seorang guru...


Pernikahan, antara Kepentingan Pribadi dan Dakwah
Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)
Sejatinya, menikah adalah sebuah prosesi untuk menyatukan dua keluarga yang berbeda. Bukan hanya menyatukan dua orang yang saling mencintai. Lebih dari itu, menikah merupakan penyatuan dua pribadi yang berbeda, meski saling mencintai, menyatukan dua keluarga besar, meski nyatanya sendiri-sendiri. Karena menikah adalah hal seperti itu, maka segala pertimbangan harus dipikirkan dengan matang. Menikah tidak diputuskan dengan melihat, merasa cocok, dan ya, saya bersedia.. Menikah memerlukan proses yang tidak main-main untuk mengenal seseorang yang terjamin akhlaknya, mengetahui keadaan keluarganya, hingga siap mengucap janji sehidup semati. Maka kadang, pertimbangan-pertimbangan yang baik memang membutuhkan waktu cukup panjang.
Tidak cukup hanya sampai di situ saja, tidak cukup hanya pertimbangan pribadi dan keluarga saja. Pertimbangan lebih jauh-terlebih bagi yang sudah mengenal kata dakwah-adalah mengenai dakwah itu sendiri. Bahwa sabda Rasulullah tentang calon pendamping yang baik akhlaknya, bukan hanya berdasar pada pertimbangan pribadi. Dengan calon pendamping yang baik secara akhlak, menjadi harapan awal masih adanya kata dakwah dalam keberlangsungan pernikahan, karena setidaknya, ada barakah Allah dalam ikatan tersebut.
Semua yang kita lakukan, kembali kepada niatan awal kita. Jika menikah karena untuk memiliki seseorang yang telah menjadi idaman, insyaAllah keinginan terebut tercapai, tapi ya hanya sampai di situ saja. Namun jika niat kita karena Allah, maka itulah yang kita dapat, kita mendapat segala yang akan Allah berikan pada niat kita. Bahwa mungkin saja, begitu banyak barakah yang akan didapat. Bahwa mungkin saja, pendamping kita memiliki rupa yang biasa, tetapi tiap kita memandang, ada kebahagiaan karena tidak mungkin ada yang iri. Bahwa mungkin saja, anak-anak kita nanti begitu memenuhi ruang tamu, dengan penghasilan kita yang sebegitu-begitu saja, tetapi ketenangan selalu meliputi. Bahwa mungkin saja, kedudukan keluarga yang akan kita bentuk nanti biasa-biasa saja di mata manusia, tetapi cinta Allah meninggikan kita sewajarnya. Bahwa mungkin kita merasa terhimpit, tetapi Allah senantiasa mencurahkan rahmatNya hingga barakah itu semakin tidak pernah sempit.
Maka, antara pribadi dan dakwah, agaknya kita akan lebih bijak jika memilih karenaNya dalam dakwah. Meski berat, semoga kita termasuk dalam golongan yang mempertimbangkan sesuatu dengan baik. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar