13 September 2011

Narnia,


Saya suka beberapa genre film. Baik action, drama, keluarga, maupun petualangan. Yang tidak saya sukai tentu saja film horror dan film biru...hehe.. karena mereka tidak mendidik. Apalagi malahan, dalam beberapa periode ini, industri film Indonesia dengan bangganya menyatukan dua genre film tersebut... aneh,


Namun kali ini saya tidak akan mengkritisi bagaimana film-film tersebut dibuat dan sampai cukup laris manis di kalangan penonton..


Saya hanya ingin menceritakan sedikit tentang film Narnia. Menurut saya pribadi, Narnia itu bagus, mendidik, penuh efek yang patut diacungi jempol, aktor dan aktrisnya berakting dengan sangat baik. Dan tentu saja, logat British English nya yang membuat saya jatuh cinta.
Namun tiba-tiba, ketika saya berbincang dengan adik kos yang baru, yang setahu saya juga penggemar berat Narnia, khususnya Skandar Keynes, pemeran Edmund Pevensie dalam Narnia –sama dg saya!-.. dia menyampaikan bahwa dia juga sangat menyukai film-film macam yang saya suka.. salah satunya Narnia dan malah dia sudah menamatkan bukunya (perasaan semua penggemar Narnia juga pernah membaca bukunya, mungkin kecuali saya!). dan yang lebih mengejutkan saya adalah ketika dia mengyampaikan bahwa film Narnia adalah sebuah misi terselubung untuk menyebarkan agama Kristen melalui cerita-ceritanya. 


Dan Aslan, sang singa sakti itu, digunakan untuk melambangkan Yesus.


Ah, entahlah benar atau tidak. Tapi setelah saya berpikir, mungkin saja iya. Karena pada Narnia ke (berapa ya, saya sedikit lupa), Aslan pernah diusahakan untuk dibunuh..dan memang dia dibunuh. Dan ketika Lucy, anak keempat yang imut-imut itu menemui jasad Aslan, sudah tidak ada di tempat pembunuhan, padahal oleh sang algojo, tubuh Aslan dibiarkan begitu saja teronggok di sana. Lalu lama setelah beberapa periode, tepatnya, kalau saya tidak salah, adalah ketika keempat anak itu memerlukan bantuan yang sangat mendesak pada akhir pertempuran, tiba-tiba Aslan datang dan bertindak selayaknya sang juru selamat.


Melihat fenomena tersebut, dan mungkin ada adegan lain yang mirip dengan kisah kehidupan Yesus, bisa jadi apa yang dikatakan adik kos saya juga ada benarnya, bahwa ada misi terselubung di sana.


Tapi, bodoh -atau bijak- nya saya, menganggap film itu berisi tentang pelajaran kehidupan yang penting untuk ditiru, dan saya melihatnya dari kacamata agama saya, kacamata Islam. Terlepas dari ada tidaknya misi itu, pelajaran yang dapat kita ambil dari film Narnia adalah, bagaimana kita harus senantiasa berjuang, untuk selalu membela kebenaran, untuk selalu siap sedia ketika ada panggilan jihad, dan yakin bahwa apapun yang terjadi, ada satu Dzat yang tak pernah tidur, selalu menolong saat diperlukan, Allah. 


(meski saya sungguh tidak menganggap Aslan sebagai Tuhan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar