8 Mei 2012

mari berislam secara UTUH


Menjadi keprihatinan bagi saya,,,setelah selama ini dicekoki dengan pemahaman aneh yang sejatinya liberal atau sekarepe dewe..
Dan paham itu sangat berpengaruh untuk membentuk saya menjadi pribadi yang ragu-ragu terhadap keyakinan saya sendiri..
Disadari atau tidak, pendidikan yang kita terima selama ini,,sangat berpengaruh untuk membentuk umat Islam menjadi pribadi yang ‘kurang utuh’..
Padahal jika boleh merenung, menjadi pribadi Muslim yang utuh tidak akan mengurangi kinerja kita sebagai manusia.
Bisa diambil contoh, mereka yang duduk di organisasi bernama Rohis... yang benar-benar Rohis tentunya,,mereka adalah orang-orang yang insyaAllah memiliki pemahaman utuh mengenai agamanya, Islam.. Meski ‘terbatas’ dengan aturan-aturan syariat, toh mereka masih bisa berkarya melejitkan potensinya.. yang perempuan, memakai pakaian ‘besar-besar’..yang laki-laki juga menampakkan ‘kezuhudannya’...tapi mereka tetap bisa mengadakan event besar yang mengundang orang-orang banyak...
Memang, tidak seperti perhelatan akbar keduniawian yang sarat dengan hura-hura..event2 anak-anak Rohis cenderung berbuah inspirasi..tapi setidaknya, ini menjadi bukti konkrit tidak adanya keterbatasan dalam berkarya meski mereka adalah orang yang sungguh-sungguh dalam beragama.
Itu baru contoh kecil tentang bagaimana keislaman seseorang yang utuh tetap bisa menjamin kesuksesan seseorang.
Karena  sekali lagi, disadari atau tidak, dulu kita pernah mengenyam pendidikan yang cenderung tidak membentuk umat Islam menjadi Muslim seutuhnya. Kita dididik untuk menghargai bahwa semua agama itu baik dan mengajarkan kebaikan. Memang sih, dilihat dari wujud luarnya, terutama masalah toleransi dan persaudaraan, semua agama baik.
TAPI yang jadi masalah adalah, ketika pemahaman tersebut menjalar sampai pada ibadah-ibadah serta hal-hal lain yang sejatinya pada tiap agama memang sudah dari sananya berbeda,,
Misalnya, pada awalnya kita meyakini bahwa agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu serta Konghucu sama-sama mengajarkan kebaikan dalam hal kedamaian antarsesama makhluk Tuhan,, tapi lama-kelamaan, kita malah makin meyakini bahwa semua agama di atas baik untuk diikuti..asal masih menyembah satu Tuhan (seperti bunyi Sila Pertama Pancasila), itu baik-baik saja..lalu kita menjadi orang yang samar-samar.. Islam iya, Kristen iya, Katolik iya, Buddha iya, Hindu, bahkan Konghucu juga..memang hal ini tidak mungkin terlihat secara nyata.. tapi secara sederhana bisa terjadi seperti ini : mungkin dia Islam secara KTP atau identitasnya, tapi dia masih meyakini pokok-pokok ajaran agama lain. Mungkin dia Kristen secara KTP, tapi dia masih melaksanakan ritual-ritual agama lain.
Setahu saya, dan memang begitulah adanya,,praktek pelaksanaan ritual-ritual agama lain atau sekedar meniru-niru ibadah agama lain, tidak pernah dibenarkan dalam Islam.. entah bagaimana kebijakan yang ada pada agama selain Islam..jika iya, maka akan sangat menjijikkan jika sebagai umat agama A, seseorang masih meyakini bahkan melaksanakan ibadah agama B..
Tapi, fenomena yang terjadi sekarang ini, menunjukkan bahwa umat Islam kebanyakan sudah kehilangan identitas Muslim Taat-nya. Padahal cara paling baik dalam melakukan sesuatu atau meyakini sesuatu hingga sesuatu tersebut membentuk sebuah jati diri, adalah dengan pelaksanaan sungguh-sungguh dan seratus persen. Menjadi Muslim juga begitu, beriman Islam seratus persen, dengan menghindari praktek2 pelaksanaan ibadah agama lain, bahkan hanya sebatas meyakini saja tidak boleh.
Dan dalam agama Islam, kita harus meyakini seratus persen kata-kata Allah dan RasulNya yang tersurat dalam Al Quran dan Al Hadits, tanpa boleh melakukan penyanggahan.. Dengar, dan taati..jika ada yang meragukan, kita boleh bertanya tapi tetap dengan keyakinan sepenuhnya bahwa apa yang diwahyukanNya adalah benar.. hanya mungkin akal kita yang belum sampai ke sana..
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al Baqarah 269)
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al Baqarah 285).
Wallahu a’lam..semoga kita termasuk umat Islam yang utuh, tanpa pernah merasa kurang dengan kesempurnaan agama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar