14 April 2015

Balanced Ration, Protein Supplement and Total Digestible Nutrient

Balanced Ration
Balanced ration atau ransum seimbang adalah pakan dengan kandungan nutrisi dalam jumlah dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi ternak. Balanced ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara proporsional bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang tepat. Ransum untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Penyusunan ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Untuk memilih bahan-bahan pakan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat pakan dapat saling menutupi dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan tersebut. Standar kebutuhan pakan harus yang digunakan sebagai acuan kebutuhan ternak disesuaikan dengan kondisi ternak dan dengan tabel komposisi pakan yang menyediakan informasi berhubungan dengan komposisi nutrisi pakan yang digunakan dalam balance ration (Cullison,1979).
Ransum seimbang harus menyediakan protein, energi, mineral dan vitamin dari beberapa sumber pakan seperti fodder, konsentrat, suplemen mineral dan lain-lain, jumlah yang tepat memungkinkan performa ternak mencapai optimal dan menjamin kesehatannya (Garg, 2012). Untuk mencapai ransum yang seimbang, peternak harus mengerti kebutuhan nutrisi ternak, kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan dalam ransum, dan perhitungan matematis yang dibutuhkan sehingga ransum tersebut mencapai kebutuhan ternak. ransum yang seimbang mensuplai nutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat untuk mencapai kebutuhan ternak (Endecott dan Mathis, 2006).
Penyusunan ransum tidak boleh merugikan peternak, misalnya meningkatan berat badan yang tidak dapat memenuhi target, salah pemberian pakan karena terlalu banyak dalam memperkirakan kandungan nutrien pakan ataupun karena adanya zat anti nutrisi. Penyusunan ransum seimbang diperlukan tahapan sebagai berikut 1) Menyiapkan tabel kebutuhan zat nutrien; 2) Menyiapkan tabel komposisi/kandungan nutrien bahan pakan; 3) Penyusunan formula ransum; 4) Pencampuran bahan pakan (Ibrahim, 2013).
 

Protein Supplement

Protein Suplemen merupakan bahan pakan yang mengandung protein diatas 20% misalnya tepung kedelai (SBM-soy bean meal) (Prawirokusumo, 1994). Apabila pakan mengandung protein kasar kurang dari 7%, pemberian suplemen protein dapat meningkatkan status energi dan protein pada ternak dengan meningkatkan konsumsi dan pencernaan pakan. Suplementasi protein tersedia dalam berbagai bentuk. Bahan pakan dan ransum mengandung sekitar 10 – 60% PK tersedia. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa protein kasar dapat berasal dari sumber protein alami, sumber non protein nitrogen (NPN), atau campuran keduanya. Pertimbangan tambahan adalah mengenai rasio RDP (ruminally degredable protein) dengan protein bypass. Salah satu contoh penggunaan NPN adalah penggunaan urea. Tetapi penggunaan urea sangat dibatasi mengingat sejatinya urea dapat mengganggu kesehatan ternak apabila dosisnya tidak sesuai (Mathis, 2003). Ternak ruminansia dapat memanfaatkan senyawa nitrogen bukan protein sebagai sumber protein karena bantuan mikroorganisme dalam rumen dan retikulum. Mikroorganisme tersebut dapat mengubah nitrogen bukan protein menjadi protein mikroba. Jumlah pemberian nitrogen bukan protein ini, misalnya urea tidak boleh lebih dari 3 % dari seluruh bahan kering yang dikonsumsi. Suplementasi protein biasanya diberikan pada ternak dalam masa pertumbuhan. Ketika suplementasi protein harus diberikan, biasanya suplementasi energi juga dibutuhkan. Oleh karena itu, pakan suplemen yang mengandung protein tinggi, juga harus mengandung energi yang tinggi (Wahlberg, 2009)
Sebagian besar ransum bijian untuk ternak mensuplai protein yang cukup untuk kebutuhan protein sebesar 10 – 12%. Tetapi, saat ternak dalam kondisi diberi pakan kurang protein seperti jerami jagung atau jerami padi saja, suplementasi protein sangat dibutuhkan. Pada unggas, defisiensi protein yang hebat atau sebuah asam amino tunggal ternak akan mengalami kehilangan pertumbuhan rata-rata 6 – 7%, pada ayam petelur dapat menyebabkan molting yang hebat dan produksi telur berhenti (Ranjhan,1980). Dari jenis asam amino esensial tersebut, metionin dan lisin yang lebih banyak defisien. Asam amino lisin dan metionin biasanya dipakai dalam jumlah 0,1 hingga 0,2% tergantung banyaknya pemakaian protein nabati. Semakin banyak protein nabati yang digunakan, maka penambahan asam amino tersebut semakin dibutuhkan (Soetanto, 2002). Pakan yang mengandung asam amino yang seimbang akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein dapat dicerna sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak diretensi oleh tubuh ternak.

TDN

TDN atau Total Digestible Nutrient merupakan sebuah pengukuran kecernaan pakan dalam skala laboratorium, berhubungan dengan nilai energi pakan tersebut. Sebagai contoh, seekor sapi yang mengkonsumsi hijauan dengan nilai TDN sebesar 57 %, diharapkan akan mencerna sekitar 57% hijauan yang dikonsumsinya (Endecott dan Mathis, 2006). TDN biasanya merupakan porsi terbesar dalam pakan ternak. Nilai TDN pakan seringkali sulit untuk ditentukan karena beberapa sebab, 1) Kandungan TDN pda pakan pabrikan tidak dicantumkan dalam label; 2) Kandungan TDN diperoleh dari analisis hijauan atau pakan yang diestimasi menggunakan persamaan prediksi; dan 3) Nilai TDN untuk beberapa pakan berubah sesuai dengan perubahan jumlah pada pakan, khususnya saat hijauan diganti dengan konsentrat, dan pati diganti dengan bagian besar pakan konsentrat (Wahlberg, 2009).
Namun, penggunaan TDN sebagai satuan energi memiliki kelemahan yaitu tidak menghitung hilangnya zat-zat nutrisi yang dibakar saat metabolisme dan energi panas yang timbul saat mengkonsumsi pakan (Anggorodi, 1994). Total Digestible Nutrient (TDN) merupakan suatu asumsi bahwa selisih antara zat gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi yang terdapat di dalam faeces merupakan nilai zat gizi yang tercerna dan dapat diubah menjadi energi. Oleh karena itu nilai TDN dapat dihitung dari konversi nilai DE (digestible energy) atau nilai ME (metabolizable energy). Padahal kenyataannya energi tidak dapat dicerna atau dimetabolisir, melainkan hanya akan diubah sesuai dengan hukum kekekalan energi. TDN secara umum dipakai untuk ruminansia dan sedangkan unggas memakai DE (Digestible Energi) dan ME (Metabolisme Energi).

 DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc. Reston, Virginia.
Endecott, R. L. dan C. P. Mathis. 2006. Ration Balancing on the Ranch. NM State University.
Garg, M. R. 2012. Balanced Feeding for Improving Livestock Productivity – Increase in milk production and nutrient use efficiency and decrease in methane emission. FAO Animal Production and Health Paper No. 173. Rome, Italy.
Ibrahim, T.M. 2013. Formulasi Ransum pada Usaha Ternak Sapi Penggemukan. Sinar Tani Edisi 4-10 September 2013 No. 3522 Tahun XLIV, Badan Litbang Pertanian.
Mathis, C.P. 2013. Protein and Energy Supplementation to Beef Cows Grazing New Mexico Rangelands. Cooperative Extension Service, New Mexico National University.
Prawirokusumo, S. 1994.  Ilmu Gizi Komperatif. BPFE, Yogyakarta.
Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Soetanto, H. 2002. Kebutuhan gizi ternak ruminansia. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan – Universitas Brawijaya, Malang
Wahlberg, M. L. 2009. Alternative Feeds for Beef Cattle - Virginia Cooperative Extension Publication 400-230, Virginia State University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar