11 November 2012

between marriage and death


Bulan-bulan ini, saya lebih banyak main perasaan daripada pikiran dan fisik. Meski juga tidak berarti porsi dua hal terakhir sedikit...
Karena bulan-bulan ini adalah bulan-bulan pernikahan dan kematian..
Di desa saya saja, waktu tanggal 26 oktober 2012 yang bertepatan dengan Idul Adha, ada rencana pernikahan dari sahabat kecil saya, tetapi malah pada hari itu juga ada berita kematian dari tetangga saya yang lain.. Maka kurasan perasaan itu bercampur baur...
Ada lagi, beberapa minggu sebelum tanggal 26, kakak kelas, tetangga, rekan kerja kakak, teman saya, ataupun di jalan-jalan, banyak yang mengadakan pesta pernikahan tanda berakhirnya masa lajang mereka... dan juga tidak sedikit yang mengibarkan bendera putih tanda berakhirnya masa hidup seseorang.. teman satu angkatan saya, kena mal praktik dokter dan meninggal, ada lagi yang mengalami kecelakaan di jalan, ada juga orang-orang tua dari teman-teman saya yang menderita sakit dan berujung pada hari akhirnya...
Saya dan teman-teman selalu sumringah saat undangan pernikahan sudah jauh-jauh hari kami terima dan kami sudah heboh mempersiapkan diri untuk hadir... Namun tidak jarang tiba-tiba tertohok karena berita mengejutkan dan menyedihkan tentang kematian yang menimpa seseorang yang cukup dekat dengan kami... Maka fluktuasi perasaan itu amat sangat terasa, dan kami harus pintar-pintar berekspresi,,melatih diri untuk menempatkan ekspresi di waktu yang tepat..
Dan ujung-ujungnya adalah, saya dan teman-teman selalu berpanjang-panjang dalam membicarakan perkara pernikahan, tentang kostumnya, tentang makanannya, tentang pasang-pasangan, tentang semuanya... karena memang pembicaraan mengenai pernikahan adalah perkara yang mudah dimulai dan sulit diakhiri... SEMENTARA, sekali saja mendengar berita kematian, kami langsung diam tanda berpikir, membicarakan sebentar dan seperti buru-buru mengakhiri dan mengalihkan pembicaraan...
Entahlah, memang sudah fitrah, membicarakan kebahagiaan memang membuat bahagia... membicarakan kesedihan akan membuat kita sedih... PADAHAL, kita akan lebih banyak mengambil hikmah dari pembicaraan tentang kesedihan, oh, tidak, lebih-lebih tentang kematian..
Karena persiapan yang harus benar-benar kita siapkan, sesungguhnya bukan hanya untuk pernikahan (yang semoga hanya sekali seumur hidup), bukan hanya tentang menyiapkan sebaik-baik diri untuk sebaik-baik pasangan hidup. Persiapan yang sungguh-sungguh harus kita lakukan benar-benar adalah persiapan kematian : apakah kelakuan kita hidup di dunia ini sudah cukup untuk menyelamatkan kita di alam selanjutnya nanti??
Wallahua’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar