28 Maret 2011

tentang keluarga...

Hanindyo Purnomo Adi, keponakan jauhku suatu hari saat berjalan di depan rumahku nyeletuk “Aku manggil Pak Joko, apa Mas Joko, Apa Mbah Joko???”
Dan semua orang di pelataran rumahku, termasuk Pak Joko, yang adalah kakak iparku, bingung menjawabnya. Memang unik keluarga kami. Ceritanya panjang. Dimulai dari pernikahan yang terjadi antara Mbah Budiyono dan Mbah Jinariyam...
Mereka berdua bersatu karena sebuah cinta,,,ah indah sekali, kisah cinta jaman dulu yang kadang membuatku bertanya-tanya, kenapa mereka bisa langgeng sampai umur mereka beranjak senja.. berbeda dengan pernikahan kebanyakan manusia jaman sekarang yang pacarannya lama berabad-abad namun umur pernikahannya hanya sepanjang perjalanan merangkak Semarang-Jakarta.
Hmmm... sudahlah, tidak ada gunanya memperpanjang masalah pernikahan jaman dulu dan jaman sekarang.. Namun ini kisah nyata, yang semoga selalu abadi di dunia dan akhirat.
Budiyono dan Jinariyam, menikah dengan indahnya dan menetap di dusun Getas, desa Campuranom, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Mereka tinggal bertetanggaan dengan Arsorejo, yang adalah kakak dari Budiyono. Arsorejo yang beristrikan Sartinah, memiliki tiga anak laki-laki bernama Sudarsono, Daryadi, dan Munardi.. ketika itu umur pernikahan Budiyono dan Jinariyam belum lama..sehingga belum dikaruniai momongan.
Jinariyam sendiri, adalah anak ketiga dari delapan bersaudara, Sudiyono, Budi Sisworo, Jinariyam, Sudarno, Suroyo, Suyudi, Susilo dan Sariningsih. Kedelapan bersaudara ini berasal dari dusun Tegalrukem, masih satu desa dengan Getas. Karena memang mayoritas saudaranya adalah laki-laki, sementara di rumah barunya beliau tidak ditemani siapa-siapa kecuali suaminya, Budiyono, Jinariyam kadang meminta Sariningsih, adik bungsunya untuk sekedar menemaninya di Getas, sementara sang suami pergi ke sawah.
Rumah Budiyono dan Jinariyam tepat berada di samping rumah Arsorejo sekeluarga, dapur mereka pun berdekatan, jadi jika sama-sama sedang memasak, dua tetangga bersaudara ini saling bertukar cerita, tentang kehidupan, tentang pengalaman dari yang lebih tua, tentang nasehat kepada pasangan baru.
Dan suatu hari, Sariningsih sedang membantu Jinariyam memasak. Di dapur sebelah, anak bungsu Arsorejo, Munardi juga sedang sibuk di dapur.. mereka pun berkenalan. Dan lama waktu berselang, karena kecocokkan yang ada dan anugerah kasih sayang dari Yang Maha Kuasa, mereka pun menikah, menggenapkan separuh agamanya.
Lama waktu berselang, Budiyono dan Jinariyam dikaruniai dua orang anak, Jumardi dan Wuryadi. Sementara Munardi dan Sariningsih yang sudah menikah itu, dikaruniai tiga orang anak, Widiyasari Handayani, Dwi Nofiyanti, dan Aku. Dan posisiku ini, membingungkan... aku memanggil Budiyono dengan sebutan ‘mbah’, karena beliau adalah adik dari Kakekku, Arsorejo, dan juga beliau adalah paman dari ayahku. Namun aku memanggil Jinariyam dengan sebutan ‘bude’ karena beliau adalah kakak dari ibuku.
Dan kini, ada lagi yang menambah kebingungan silsilah keluargaku, walaupun pernikahan mereka masih dalam koridor syar’i..
Kakakku, Widiyasari Handayani, menikah dengan seorang laki-laki bernama Joko Winarno. Joko ini adalah anak dari pak Pur, seorang laki-laki yang merupakan paman ibuku dari pihak nenek. Jadi, seharusnya aku memanggil Joko dengan sebutan ‘Paman’. Namun kenyataan sekarang berputar, karena dia menjadi suami dari kakakku, maka aku bisa memanggilnya ‘Mas’. Hmmm...ini baru satu kesusahan yang aku doakan terus berlanjut...
Kenyataan agak susah yang lain adalah, yang berhasil membuat seorang anak kecil berumur empat tahun nyeletuk “Aku manggil Pak Joko, apa Mas Joko, Apa Mbah Joko???”. Ya, Hanindyo Purnomo Adi adalah anak bungsu dari Jumardi, yang merupakan anak dari pasangan Budiyono dan Jinariyam. Karena memang, dari garis neneknya, yang adalah budeku, Hanin memanggilku ‘Bibi’. Tetapi dari garis kakeknya, yang adalah adik dari kakekku, dia memanggilku ‘Mbak’, karena kami berada pada garis yang sejajar jika dilihat dari posisi ini. Dan kakakku, menikah dengan pamanku, yang bermakna ganda bagi Hanin.
Makna pertama untuknya adalah, Mbak Yani –panggilan akrab kakakku-, menikah dengan seseorang bernama Joko, yang kemudian bisa dipanggilnya Mas Joko.
Makna kedua, Bibi Yani menikah dengan seseorang bernama Joko, yang kemudian dapat juga dipanggilnya Pak Joko.
Dan yang ketiga, seseorang bernama Joko Winarno, adalah sepupu jauh dari Jinariyam, nenek Hanin, jadi, dia bisa memanggilnya Mbah Joko, yang menikah dengan Yani, yang kini bisa dipanggilnya Mbah Yani juga...
Begitulah, maka pertanyaan anak kecil ini, adalah pertanyaan retoris yang suatu hari nanti akan bisa dia jawab sendiri dengan kebingungannya yang dia doakan selalu langgeng.

2 komentar: