21 Januari 2010

istirahat?


Selama kurang lebih empat hari aku berada di rumah. Menenangkan pikiran dan sedikit mengistirahatkan badan yang begitu lelah dengan aktifitas kampus. Dua hari pertama, aku berbaring untuk meringankan sakit di leher yang kata orang jawa ‘gondong’, yaitu bengkak pada kelenjar getah bening yang ada di leher. Meski tidak sepenuhnya berbaring di atas tempat tidur, aku merasakan pegal-pegal di seluruh tubuh, seperti orang kebanyakan tidur. Hari ketiga, aku berpikir tentang kegiatanku di rumah yang tidak produktif sama sekali. Hanya terbayang wajah-wajah orang-orang besar di seluruh dunia. Dan aku berpikir, apa yang mereka lakukan dalam waktu senggang mereka. Aku yakin, mereka tak pernah ‘beristirahat’ seperti yang kulakukan saat ini. Aku yakin, sangat yakin, bahwa orang-orang besar, yang ada dalam bayanganku itu, selalu melakukan hal-hal penting dalam tiap detik hidupnya. Itulah yang membuat mereka menjadi orang besar.
Dalam masaku ‘istirahat’ ini, dengan alasan aku ingin, setidaknya, seperti ‘orang-orang besar’, aku banyak membaca buku yang berisi berbagai pengetahuan. Orang-orang di rumahku termasuk yang doyan membeli buku. Namun, untuk membacanya, kadang mereka tidak sempat karena kesibukan masing-masing. Ayah, sosok yang senang membeli buku tentang pertanian, termasuk peternakan. Ada banyak buku yang beliau beli. Tentang budidaya cabai, kaktus, kentang, maupun cara memelihara ayam petelur. Sapi potong, maupun kelinci. Semua buku-buku beliau sangat berguna untukku menambah pengetahuan. Kebetulan, aku satu-satunya anak beliau yang masuk jurusan peternakan di universitas di Jawa Tengah. Aku membaca sedikit buku-buku ayah, dan mendapat sedikit ilmu serta pencerahan tentang hidup.
Lain ayah, lain lagi kakak-kakakku. Mereka yang semuanya perempuan, kebetulan sudah menamatkan sekolahnya di perguruan tinggi dan sekarang Alhamdulillah sudah bekerja. Mereka gemar membeli buku tentang agama. Mulai dari buku-buku saku, hingga buku-buku tebal yang kadang untuk melihatnyapun malas. Namun, saat-saat seperti ini, alangkah berharganya jika kugunakan untuk menimba ilmu yang belum dan mungkin tidak akan aku dapatkan di bangku kuliah.
Sedikit buku-buku koleksiku, ayah, ibu, dan kakak, tertata rapi di sebuah rak di ruang tengah. Karena memang waktu itu aku berniat untuk beristirahat, aku hanya duduk-duduk saja di ruang tengah. Namun dalam hati aku membatin, aku harus mengisi waktu ini. Paling tidak dengan mencari ilmu melalui buku-buku yang sedari tadi hanya aku pandangi. Akhirnya kuputuskan untuk membaca buku ‘karangan’ Syeikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, judulnya Sirah Nabawiyah. Di dalam buku itu diceritakan lengkap soal perjalanan hidup Rasulullah Muhammad SAW, mulai beliau lahir hingga wafat. Memang tebal buku itu, tapi aku telah membaca separuhnya waktu liburan kemarin. Jadi sekarang tinggal melanjutkan.
Salah satu pelajaran yang dapat kutangkap dari buku tersebut adalah kisah Rasulullah pada masa-masa awal beliau diangkat menjadi nabi. Ketika itu, beliau sedang berada dalam situasi yang cukup sulit. Beliau diharuskan Allah untuk menunggu waktu turun ayatNya untuk kedua kalinya, setelah pertama kali wahyu Allah yaitu ayat 1-6 surat Al-Alaq turun. Dalam waktu-waktu tersebut, seperti digambarkan dalam Sirah, Rasulullah memiliki sedikit daya untuk hidup. Dan beliau hanya melakukan perjalanan ke gunung, untuk kemudian mati di sana. Namun, sungguh Allah begitu mencintai makhlukNya yang satu ini. Rasulullahpun urung melakukan bunuh diri karena Allah mengutus malaikat Jibril ke hadapannya. Dan dalam tiap-tiap Rasulullah mencoba untuk bunuh diri, karena tidak hanya sekali, Allah selalu melakukan hal yang sama, hingga beliau urung melakukannya.
Sungguh, pelajaran yang dapat kuambil adalah, Allah begitu menyayangi hambaNya, bagaimanapun keadaannya. Seperti cintaNya padaku, bahwa Dia tak menginginkanku untuk membuang waktu dalam hidupku. Maka bukan hanya karena buku-buku yang telah aku baca dalam masa ‘istirahat’-ku, tetapi juga karena cintaku yang besar pada ayah, ibu, kakak, semuanya, juga pada Rabb-ku, aku bertekad bahwa aku tak akan membuang waktuku dengan hanya duduk-duduk atau istirahat, meski pada saat ‘istirahat’ seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar