1 Juli 2011

cikgu??

Sore ini, kembali terdengar cerita ibu dan kakak tentang dunia keguruannya.. tentang sertifikasi yang banyak direka-reka, tentang korupsi waktu yang banyak dilakukan, tentang sistem pengajaran yang tidak profesional. Dan mereka menceritakan dalam dua hal berbeda, karena ibu guru SD dan kakak guru SMP. Ayah pun, yang mantan pegawai bukan guru, selalu memperhatikan dunia pendidikan...dan beliau lah komentator atas percakapan ibu dan kakak.
Seperti sore ini, mereka membicarakan tentang sertifikat untuk sertifikasi. Beberapa guru melakukan semacam ‘penipuan’ agar bisa mendapatkan sertifikat dengan mengeluarkan uang berlebih untuk mendapatkan uang yang lebih banyak setelah sertifikasi.. dan ayah pun berkomentar, ‘apakah mereka juga terpikir untuk bersedekah dengan uang itu, kalau begitu?’.
Lalu pada suatu hari yang lain, kakak bercerita tentang bagaimana seorang guru harus menjaga waktunya. Karena di sekolahnya, mayoritas guru sangat suka memotong waktu belajar. Datang agak siang dan pulang lebih awal. Padahal ada beberapa muridnya yang harus berjalan sekitar 5 km dari rumahnya.. dan para murid yang adalah orang desa itu, tiada pernah menggerutu ketika sang guru berperilaku seperti itu. Dan dampaknya, kelulusan sekolah tersebut terbilang cukup rendah. Saya menganalisa, kalau memang guru-gurunya bersungguh-sungguh mengajar dengan baik, murid-murid desa itu akan berkembang dengan baik.
Teringat cerita Laskar Pelangi-salah satu cerita yang memotivasi saya untuk menjadi pendidik-bahwa bu Muslimah mampu menumbuhkan semangat belajar pada anak-anak didiknya, padahal kondisi di sana sangat terbatas. Bukan hanya masalah fasilitas, tapi juga murid, jumlah guru, tempat terpencil, dan masalah sosial ekonomi... tapi kini, ketika para guru menggerutu karena bayaran yang dianggap tidak sesuai dengan usaha, dan berujung pada ketidaktuntasan dalam mengajar, mengandalkan keajaiban pada muridnya saat ujian akhir, membanggakan telah berjasa ketika semua berhasil.
Memang, masih banyak guru-guru yang berdedikasi tinggi-termasuk guru-guru saya SD,SMP dan SMA, kakak, dan juga ibu saya- tapi jika kembali saya dengar cerita dari ibu dan kakak mengenai rekan sesama guru mereka yang masih bersikap tidak terdidik, apakah salah jika saya mengira bahwa kebobrokan negeri ini adalah juga karena peran guru yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya oleh beberapa guru??
Pernah juga saya mendengar cerita seorang guru yang berbuat mesum dengan seorang murid SMP di kuburan dan berujung kepada kematian sang guru saat sedang berbuat. Apakah ini potret guru Indonesia?? Tidak, dan jangan sampai ada guru seperti itu lagi. Cukup satu saja.
Dulu, dan sampai sekarang, keinginan saya sangat kuat untuk menjadi guru. Dan jurusan peternakan adalah pilihan terakhir di hari terakhir. Namun, kenyataan kini saya kuliah di peternakan, malah membuat saya makin bersyukur karena tidak dimasukkan ke dalam barisan para calon pendidik. Karena saya yakin, mereka yang telah terpilih untuk meneruskan profesi sebagai seorang guru, adalah mereka yang dapat menggantikan model-model guru jaman sekarang, yang mampu melahirkan generasi terbaik untuk negeri ini, dan mungkin, Allah tidak mengijinkan saya berperan di sana. Karena mungkin, bisa jadi apabila saya masuk ke sana, saya tidak akan mampu merubah bangsa ini menjadi lebih baik..
Semoga para calon guru sadar bahwa kebiasaan mereka kini akan membentuk diri mereka nanti. Maka apabila calon guru masih suka mencontek saat ujian, menitip tanda tangan absen saat kuliah, sibuk pacaran, tugas hanya mengopi teman, skripsi dikerjakan orang lain, tidak suka bekerjasama, dan masih suka melakukan hal-hal tidak bermanfaat lainnya, jangan heran generasi penerus yang akan menjadi murid mereka adalah generasi penerus kerusakan negeri ini...
Betapa saya termasuk menjadi orang nomor satu yang akan membinasakan guru-guru tidak bertanggungjawab itu nanti.
Saya berterimakasih pada Allah yang telah menakdirkan saya untuk hidup bersama makhlukNya yang lain, demi menumbuhkan generasi cemerlang dengan cara yang lain,,
Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru,
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku,
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku,
Sebagai prasasti terimakasihku tuk pengabdianmu,
Engkau bagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan,
Engkau patriot pahlawan bangsa,
Tanpa tanda jasa...

Maka apabila seorang guru masih merengek meminta tanda jasa hanya berupa sertifikat, jangan harap namanya akan hidup dalam sanubari murid-muridnya,

2 komentar: