Beberapa saat yang lalu, saya
menemukan hasil pengumuman seleksi penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Dalam beberapa periode, alhamdulillah
saya mendapat kesempatan untuk memperoleh beasiswa PPA, tapi untuk periode ini,
saya sedang diuji untuk tidak memperolehnya.
Beberapa teman saya yang lain juga
tidak mendapatkannya (lagi). Dan ini menjadi introspeksi besar-besaran bagi
kami. Namun, bersamaan dengan pengumuman beasiswa PPA dan BBM, ada pembukaan penerimaan
beasiswa dari sebuah yayasan. Lantas kami berbondong-bondong untuk
mendaftarkan diri sebagai calon penerima beasiswa tersebut, setelah secara
terlunta-lunta tertolak oleh beasiswa langganan kami.
Hal yang menjadi pemikiran saya
terutama mengenai beasiswa PPA BBM ini adalah, ketika beberapa dari kami cukup
memenuhi syarat IPK dan organisasi untuk mendaftar beasiswa, kami tertolak
karena dari pihak terkait mengutamakan angkatan di bawah kami, bagaimanapun
keadaan IPK mereka. Tapi itu sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, karena
bagaimanapun, kami (saya dan teman-teman) sudah besar dan harus mengalah demi
kepentingan adik-adik kami.
TAPI, ada sesuatu hal yang baru
saya ketahui setelah dengan seksama saya amati angka-angka yang tertera di
bagian belakang pengumuman. Ada beberapa, banyak bahkan, teman seangkatan saya
yang nilainya sama atau lebih rendah sedikit dari saya, dengan jelas tertera
sebagai penerima beasiswa PPA. Lalu saya berpikir, lama sekali, dari sejak saya
lihat papan pengumuman, lalu shalat, lalu makan, lalu kuliah.. saya masih belum
terima. Kok bisa itu terjadi..
Lalu ketika saya memutuskan untuk
pulang ke kontrakan, saya diam sejenak, masih memikirkan, kenapa hal tadi bisa
terjadi. Dan seketika, alhamdulillah, saya ingat perkataan bapak PD 3 Fakultas
di mana saya belajar sekarang tentang penerima beasiswa yang intinya begini :
"Kalau IPK mu itu cukup,
daftar beasiswa! kalau kamu itu aktivis, daftar beasiswa! Tapi kadang ada
beberapa yang memang sengaja tidak kami loloskan untuk menerima beasiswa
PPA/BBM karena kami tahu ada potensi dari kalian. Jadi jangan buruk sangka,
kami memang tidak menerima kalian, biar kalian itu bisa mencari beasiswa yang
lain yang lebih bisa mengembangkan diri kalian!!! Niat kami baik, tapi kadang
mahasiswa tidak tahu dan tidak mencari tahu alasannya"
Nah! Seketika
itu pula saya menjadi sumringah karena PD dan optimis, pasti ada beasiswa lain
yang jauh lebih baik dibanding PPA untuk saya mencobanya.
Itu
pemikiran positif saya. Sementara yang lain, ada saja yang masih terkecewakan
dengan keputusan pihak penyeleksi. Lalu saya hanya bisa menyemangati agar
mereka berusaha untuk mencari kesempatan beasiswa lainnya. Karena menurut hemat
saya (-__-) ada beberapa kemungkinan luputnya mahasiswa dari daftar penerima
beasiswa yang diharapkan :
1. Pihak penyeleksi tau potensi
yang ada pada diri kita, sehingga dengan baik hati memberikan kesempatan bagi kita
untuk mencoba beasiswa lain yang lebih bonafit. Dengan kata lain, kita terlalu
brilian untuk mendapatkan beasiswa itu (PD ne puolll).
2. Berkas pendaftaran kita terselip
sehingga luput dari pantauan penyeleksi. (kasihan banget...).
3. Pihak penyeleksi mengutamakan
mahasiswa lain karena kita jauh lebih tidak terkenal dibanding mahasiswa lain
tsb (nasib, terdzolimi, kita doakan saja agar pihak penyeleksi segera bertaubat
dan memohon ampun sama Allah, karena ini termasuk praktik nepotisme).
4. IPK
dan potensi kita memang KURANG PANTAS untuk mendapatkan beasiswa tsb (nasib
juga, hanya perlu introspeksi, lebih giat belajar, lebih serius menghadapi
kehidupan, lebih banyak berdoa, agar terjadi keajaiban dariNya, meski mungkin
kita KURANG PANTAS).
Jangan dendam, jangan dengki, jangan dongkol. (Selesaikan!)
BalasHapusiya Ikhwal,,,lanjutkan cari yg lain!, atau bikin usaha agar dapat penghasilan!
BalasHapus