Ah yaaa... dan
kini telah berselang hampir lima tahun semenjak pertama kali mengenal Rohis.
Dan saya berbanyak-banyak teman di Rohis, setidaknya, orang-orang yang punya
latar belakang Rohis. Di bangku kuliah, saya juga masuk lagi ke Rohis.
Makin lama di
Rohis, saya makin mengenal apa itu Rohis dan apa yang harus ada dan tidak harus
ada pada pribadi-pribadi pengurus Rohis... ada banyak fenomena yang tidak
sepantasnya saya ceritakan di sini, tapi menjadi peristiwa yang umum melanda
para aktivis Rohis..
Salah satunya,
pasti sangat familiar : Keterjangkitan Virus Merah Jambu di kalangan para
aktivis...
(Lho kok saya
malah cerita??)
Ah, bukan untuk
menjelek-jelekkan seseorang, pun tidak akan menceritakan pengalaman pribadi
(karena memang saya tidak mengalami, insyaAllah tidak akan dan tidak ingin,
semoga saya dan Anda istiqomah ya..). saya hanya ingin bercerita, betapa
menantangnya medan Rohis ini, kawan.
Lalu tentang
judul, “Benar-benar mencintaimu sejak di Rohis” ini, insyaAllah akan ditemukan
setelah cerita ini selesai J..
Oke, saya tadi
bilang, bahwa medan Rohis begitu menantang, ya kan?
Mari saya kupas
satu persatu,,, (tidak semua, yang ingin saya ceritakan hanya yang ingin saya
ceritakan saja kok..).
Rohis adalah
Lembaga Dakwah di kalangan pelajar. Namanya saja Dakwah (Beramar ma’ruf nahi
munkar)..
Dakwah adalah
kata terberat yang pernah saya dengar.. mengapa begitu? Karena dakwah berarti
mengajak pada yang kebaikan, dan mencegah dari keburukan...dan dakwah ini,
simpelnya seperti saat kita mengajarkan matematika kepada junior kita,
dimanapun.. bahwa kita harus menguasai matematika itu dulu, sebelum mengajarkan
kepada junior kita.. terlepas dari junior kita boleh lebih cerdas dari kita,
cara terbaik mengajarkan matematika adalah dengan lebih dulu menguasai (diulang
lagi), dan mengerti cara-cara mengatasi kesulitan di dalamnya.. kita disebut
sudah ‘baik’ dalam pemahaman dan pengajaran matematika, adalah ketika junior
kita menanyakan hal-hal paling sulit, kita mampu memecahkan masalahnya, dengan
cara apapun yang kita mampu..
Nah, begitu pula
dakwah, tapi, sayangnya, dakwah malah jauh lebh rumit dibandingkan matematika.
Karena, ya prinsipnya sama seperti tadi, kita harus menguasai ‘dakwah’ dulu,
sebelum ‘mendakwahi’ orang lain... padahal, sejauh yang saya tahu, dakwah
adalah perkara yang wajib kita lakukan, meski hanya sebatas menyingkirkan duri
di jalan, meski hanya sebatas tersenyum kepada saudara kita...meski ilmu kita
masih sebatas satu ayat Al Quran...
Beuh,, rumitnya,
dalam dakwah, kita tidak harus ‘mahir’ dulu baru kita berdakwah, tapi kita
harus berdakwah, maka kita akan ‘mahir’. Ahhh... saya yang terlalu merumitkan
keadaan..padahal sebagai seorang ‘pendakwah’, seharusnya seseorang harus
‘mahir’ dulu, sebelum akhirnya ‘berdakwah’...
Rumit? Memang!!
Itu intinya,
bahwa Rohis itu menantang, karena Rohis adalah lembaga Dakwah.. bahwa apapun
yang kita lakukan, harus bernuansa “mengajak pada kebaikan dan mencegah kepada
kemungkaran”.
Saya menulis
begini juga bukan berarti saya telah terbebas dari segala macam keburukan,
tidak, sama sekali! Tapi saya sedang dalam tahap berusaha untuk mampu
melebihkan kebaikan, daripada memperbanyak keburukan.. J
Maka ketika
pertama kali saya menjadi ‘anak Rohis’, saya berpikir bahwa saya HARUS
berpenampilan macam kakak-kakak senior saya yang lemah lembut, menebar senyum
kemana-mana, rajin, anggun, dan lain-lain...
Saya pun
seketika sempat berputus asa karena kenyataannya saya sangat jauh dari
keharusan-keharusan yang semestinya...;(..
Tapi kawan, Anda
tahu? Menjadi bagian dari Rohis adalah suatu keajaiban, catat ini : keajaiban..
bahwa ketika kita merasa putus asa, ada saudara-saudara kita yang menyadarkan
kita sehingga kita jauh dari keputusasaan...
Ini saya rasakan
sungguh-sungguh. Karena banyak kegiatan Rohis yang memeras otak untuk berpikir,
hati untuk lebih peka, dan fisik yang mau berlelah-lelah. Tapi kenikmatan
setelah itu, beuh,,,,,
Lalu kenapa
fenomena ini bisa muncul? Merasakan nikmat setelah berlelah-lelah,
bersakit-sakit, dan berpusing-pusing??
Semua ini karena
ada sesuatu yang selalu menjadi penyemangat di Rohis, khususnya bagi saya, yang
akhirnya merasakan jatuh cinta ini, dan semakin hari semakin bertambah, dan
semakin mematangkan semangat saya... J
Seketika
bertemu, merasa selalu disayang
Seketika
bersama, merasa selalu didampingi
Kenyataan
menunjukkan bahwa di Rohislah, rasa itu pertama ada..
Maka apakah saya
akan rela meninggalkan Rohis begitu saja?
Karena jika saya
meninggalkan Rohis, itu berarti saya meninggalkan cinta pertama saya, dan saya
akan sangat kesulitan menemukannya kembali, karena ia ada di sela-sela, ada di
kerumunan, ada di setiap detak bernama Rohis...
Ah... lebay,
parah!
Tapi sungguh,
pertama kali saya menemukannya di Rohis dan saya akan sangat terluka jika saya
meninggalkannya.
Meski mungkin,
Anda atau yang lain dapat dengan mudah menemukannya dimanapun, kapanpun, dari
siapapun, dan dalam keadaan bagaimanapun. Tapi saya merasakan sensasi jatuh
cinta itu di sini..
Ah, berbelit
sekali..
Langsung saja
lah,
Saya tahu, hal
itu sudah ada sejak dulu, dan semua orang pasti pernah merasakan jatuh cinta
sampai tergila-gila semacam perasaan saya sekarang ini..
Tapi kawan,
bagaimana saya tidak bertekuk lutut, bagaimana saya tidak berbunga, ketika
setiap saat ada pertemuan di Rohis, semua perkataan adalah tentangnya. Ketika
apapun yang kita lakukan, semua menjurus tentangnya.
Semua
tentangnya,
Hingga saya
jatuh cinta untuk pertama kali, hingga kini pun tak pernah henti..
Ah, lancang
sekali saya menyamakannya dengannya yang biasa..
Sungguh, ingin
sekali saya mengatakan secara langsung, dari lubuk hati terdalam, tanpa maksud
dan tujuan lain, tanpa demi apapun, tanpa diminta siapapun,,,
Bahwa :
Saya,
benar-benar mencintainya sejak di Rohis.
Ah,
Nya,
Ya, saya
benar-benar mencintaiNya sejak di Rohis.
Allah, saya
benar-benar mencintaiMu sejak di Rohis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar