Saya masih ingat
ketika pertama kali (akan) masuk Rohis di SMA dulu. Saya melalui beberapa tahap
rekrutmen, seperti ketika akan memasuki organisasi pada umumnya.
Yang saya ingat,
dulu ada pengisian biodata, lalu baca quran, lalu interview oleh kakak-kakak
rohis yang seingat saya ketika itu ada empat orang, dua putra dua putri.
Dulu, bacaan quran
saya belum lancar, meski sekarang juga hanya meningkat sedikit. Lalu jawaban-jawaban
saya ketika diinterview oleh senior juga benar-benar apa adanya. Dan yang
paling saya ingat adalah ketika salah satu kakak menanyakan kenapa saya ingin
masuk Rohis.
Dengan lugunya,
saya hanya menjawab : saya ingin mempelajari agama Islam lebih dalam.. karena
hanya itu niat saya..
Masalah manajemen
organisasi, itu nomor sekian, karena saya telah berpengalaman selama satu tahun
di OSIS, yang pada tahun kedua saya tinggalkan..
Tetapi, saya
tidak pernah menyangka jawaban saya akan menjadi satu jawaban yang sangat
terkenang hingga kini..
Karena senior
yang menanyakan itu, langsung sedikit mencerca saya dengan beberapa pertanyaan
susulan..
“Beneran mau
mempelajari agama Islam lebih dalam di Rohis???”
“Iya”
“Kalau mau
belajar agama ya ikut pengajian-pengajian aja tuh di luar banyak!!”
“Ya kalau di SMA
sini saja bisa, kenapa harus ke luar?”
“Ya sudah, tidak
usah masuk Rohis saja, ikut saja pengajiannya, beres kan?”
“...”
“Iya kan?!!?”
(dengan nada yang mulai meninggi)
“Mmmm, iya sih..”
“Ya sudah!! Kami
membutuhkan orang-orang yang tidak hanya ingin mempelajari agama Islam saja di
sini.. anak Rohis harus bisa mengajarkan kebaikan Islam kepada orang lain,
kepada teman lain. Kalau niatmu masuk Rohis hanya untuk mempelajari Islam, ya
buat apa kami menerima kamu?!? Di luar sana banyak orang yang butuh diajari
juga.. kasihan teman-teman pengurus lainnya dong, kalo ada kamu, terus kamu
harus diajari tentang Islam oleh pengurus yang lain, padahal di luar sana masih
sangat banyak yang membutuhkan sentuhan dakwah Rohis!!??”
“Mmmm..” (dengan
telinga dan hati yang mulai panas)
Lalu, tidak
hanya beliau saja yang mulai mencecar saya,, rekan yang lain juga..
“Jadi gini dek, niat
awalmu aja udah begini, ya gimana temen-temen lain bisa kamu ajari?? Rohis itu,
ada untuk mengajarkan, atau membuat orang lain paham tentang Islam. Berarti seharusnya
kamu sudah harus paham dulu tentang Islam, baru ngajarin... kalo niatmu begitu,
kasihan Rohis Al Ikhlas lah...!!”
“(dengan gemuruh
yang tak bisa dibendung, saya menangis seketika, di depan para senior, putra
dan putri, what a..)”
“Jadi kenapa
kamu pengen masuk Rohis??”
“(saya lebih
terisak..)”
Dan seperti
tidak punya hati, mereka melanjutkan cercaan itu...
“Anak Rohis
harus lebih dari yang lain, baca Quran harus lebih mampu, ilmu agama harus
lebih mumpuni bla,bla,bla...” dan perkataan lain yang tinggi-tinggi dan belum
ada pada diri saya sepenuhnya..
“Sudah jangan
nangis dek..” kata salah seorang senior putri, dengan muka datar.
Sementara senior
putri yang lain, sekilas saya lihat sangat iba pada saya, tetapi beliau tidak
mampu berbuat apa-apa karena ditahan oleh senior putri yang lain.
Isak saya
semakin tidak karuan di sana..
Dan semakin
menjadi ketika ada salah seorang senior yang melongok masuk ke dalam ruang
interview, meski hanya membuka pintu dan keluar lagi..
Yang saya
rasakan, lama sekali di ruang itu..
Setelah isak saya
mereda, saya diam tanpa berkata apapun..
Dan interview
itu ditutup dengan ucapan basa-basi senior..
“Sudah ya,
terimakasih sudah mau kami wawancarai, sudah jangan nangis, karena memang
realitanya seperti itu.. Kamu belajar yang lebih ya tentang Agama Islam.. kalau
nanti diterima, ya harus selalu menebarkan kebaikan, kalau pun tidak diterima,
yaa, lakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan...”
Sudah.
Dan saya keluar
dengan mata berair padahal di depan ruangan ada beberapa calon pengurus yang
lain...
Lalu beberapa
hari berselang, nama saya tercantum sebagai salah satu pengurus Rohis Al Ikhlas
SMANSA..
Waw..
Tantangan? Ya! Karena
menjadi pengurus Rohis berarti saya harus kalem seperti kakak-kakak senior
putri. Berarti saya harus mampu menjadi ‘anak baik’ dan lain-lain...padahal
selama ini saya adalah sosok pribadi yang usil dan ‘parah’.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar