Dan hari ini,
Senin.. mendapat banyak sekali pelajaran mental, meski saya sedang tidak
mengikuti pelatihan mental :P.
Pagi-pagi, masih
se-gerimis ketika ahad kemarin (dan berkali-kali bapak mengirimi sms yang
isinya ‘hanya’ mengabarkan cuaca di rumah..*he’s worried*). Biasalah, kesenduan
gerimis tidak hanya tampak di langit, tapi juga memunculkan stimulus-stimulus
kemalasan di dalam diri.. hehe..
Tapi, karena tanggal
3 Juni 2013 merupakan hari bersejarah bagi saya dan tim PMW (Program Mahasiswa Wirausaha)
Salon Jilbab Annisa, maka, pagi gerimis tadi malah memicu kami untuk segera
melangkahkan kaki ke PKM Tembalang guna mengikuti wawancara review proposal
PMW 2013, pukul 09.00. (padahal cukup telat juga gara-gara mandinya kesiangan
-_-).
TAPI, yang jadi
masalah adalah, dedengkot PMW Salon Jilbab Annisa baru bisa hadir di Tembalang
sekitar pukul 11.00. Muti namanya, dia baru saja pulang kampung, ditahan
keponakan yang memintanya menyuapi sarapan.
Alhasil, hanya saya
dan dua teman se tim (Nurul HM dan Jend) yang pergi terlebih dahulu ke PKM
Tembalang. Dengan kepasrahan seutuhnya, kami melangkahkan kaki ke gedung PKM,
di lantai dua. Dan tanpa ba bi bu, kami yang hanya tahu kalau acara hari ini
adalah review, kami menyiapkan hanya diri dan kenekatan kami, tanpa menyiapkan
proposal kasaran yang mungkin bisa membantu kami jika terjadi sesuatu yang
kurang nyaman..
Dan ternyata benar!
Baru membaca pengumuman lagi beberapa menit sebelum nongol di PKM, bahwa
ternyata acara hari ini adalah WAWANCARA REVIEW PMW 2013... poin pentingnya di
WAWANCARA, dan kita datang tanpa persiapan..
Dengan 90 tim yang
telah lolos seleksi administrasi, kami mengantri seperti pasien klinik,
menunggu dipanggil satu-satu. Tapi kami tidak ikut mengantri, hanya karena Muti
belum datang.
Akhirnya kami
menunggu sampai Muti muncul, ceritanya mau pamitan baik-baik ke ibu-ibu penjaga
wawancara :
Jend : mohon maaf
ibu, ini nanti teknis wawancaranya seperti apa ya bu?
Ibu : ya nanti tak
panggil satu-satu.. gimana? Mau kuliah dulu?
Jend : ...
Ibu : kalau mau
kuliah dulu, kuliah dulu saja.. nanti kesini lagi..
Jend : ... oh, iya
bu.. (dan pergi bersama kami).
*bukan bohong,
karena kami lapar, ceritanya kami mau pamit makan dulu, lalu ngeprin proposal
untuk bahan belajar sebelum wawancara, malah diijinkan dengan amat sangat
elegan oleh sang Ibu, ya sudah..:P*
Setelah kami makan,
dan lalu menunggu Muti datang, kami shalat dhuhur, lalu kembali lagi ke PKM
Tembalang untuk mengantri. Dan ternyata masih sangat banyak peserta. Nomor urut
kami seharusnya 60, tetapi teknis pemanggilan didasarkan pada jenis usaha yang
diusulkan di proposal. Jadilah kami ikut berjejalan mengantri di depan pintu.
Ibu : jasa-jasa,
mana yang usahanya jasa..
Kami : saya bu..
saya saya..
Ibu : ya sudah
ngantri dulu..
Okelah kami
mengantri dengan tertib, menunggu giliran..
Tiba di dalam,
ketemunya sama dosen sendiri -_-“..
Bapak : Salon Jilbab
Annisa... (sambil lihat-lihat muka kami yang keempatnya berkerudung lebar,
tanpa kreasi..)
Kami : ....
Kami melalui sesi
wawancara yang cukup memalukan menginspirasi.. intinya, sang bapak
kurang percaya jika kami mengajukan proposal tentang salon, karena tampilan
kami yang kurang mencerminkan ‘anak salon’. Tapi alhamdulillah kami dengan pd
meyakinkan beliau.. karena memang kami hanya ingin mengembangkan usaha, jadi
memang, tampilan kami sederhana, tapi riasan kami, luar biasa :D.
Ah, lagi, saya
perempuan, yang senang dengan keindahan. Alam, muka, bentuk, dan segala macam,
jika sudah indah, senang saja melihatnya. Dan usaha kami, jika nanti diloloskan
untuk didanai, sangat berkutat dengan ‘menampakkan keindahan’. Bukan berarti
kami ingin mengajarkan tabarruj untuk muslimah, bukan itu.. tapi kami juga
belajar berdakwah lewat ini :D. kami ingin memberitahu dunia, bahwa kecantikan
memang baik, tapi akan lebih baik jika sepenuhnya untukNya. Perlahan, ijinkan
kami memberitahu dunia bahwa hijab syar’i itu indah, bahwa indah itu hijab
syar’i. Dukung kami dalam mengampanyekan hijab syar’i ya! Yang tanpa punuk
onta, yang menutup dada..