Jadi inget waktu temen saya yang Nasrani tiba-tiba nanya..
“Kalau udah pake jilbab, berarti harus terus pake ya Rul? Ga
bisa dilepas di sembarang tempat dan ga boleh sembarang orang boleh lihat,
kan?”
“Iya..”
“Wah, berarti berat juga ya..”
“Nggak juga, kalo kita udah mantep, ya insyaAllah gak
kenapa2”
“Keren...terus, perilakunya juga harus dijaga kan ya?”
“He’em.. Nah, itu yang berat..hehe..”
Atau waktu temen lain, ketika saya masih SMP dan memutuskan
untuk berjilbab ketika masuk SMA..
“Nurul gak usah pake jilbab lah... kan sayang”
“Tapi aku pengen..”
“Yah...”
“Udah gapapa, kan Cuma pake jilbab tok..”
Atau waktu kuliah,,,dosen saya beragama Hindu..
Teman saya bilang InsyaAllah pada dosen atas pemenuhan
tugasnya..
“Jangan bilang InsyaAllah!!!! Karena tidak pasti!! Tidak
seratus persen!!” (Sang Dosen yang sudah agak sepuh sambil ngos-ngosan...)
“Iya Pak...” (kata teman saya)
Berapa lama kemudian... Pak Dosen mengklarifikasi (demi
menjaga ketertiban kuliah kami waktu itu..)
“Mohon maaf jika saya terlalu keras. Karena menurut saya,
kalimat insyaAllah selalu dijadikan alasan bagi kebanyakan muslim... jadi saya
mohon agar jangan lagi menggunakan kata itu, gunakan kata lain ya..”
“Ah..dan lagi,,saya jauh lebih menghargai
perempuan-perempuan muslim yang berkerudung tetapi tetap sopan.. seperti
Anda-anda ini... (sambil menunjuk ke arah kami yang satu deret berkerudung)..
bukan yang berkerudung tapi, mohon maaf, dadanya masih terlihat, kalau
menungging sedikit, pantatnya terlihat... itu kan sama saja, menguntungkan bagi
kami kaum laki-laki,,,ya kan?”
Ya sudah, perbedaan itu sebenarnya ada, dan biasa.. hanya
orang-orang yang sensi saja yang menjadikannya sebagai senjata untuk saling
meruntuhkan ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar