Mana kutahu. Aku hanya mengerti jika ternyata kebosanan itu ada. Saat kita ingin dan sedang berusaha untuk berlari lebih kencang demi menempuh jarak yang cukup jauh untuk menemukan sesuatu, tapi kita juga diharuskan menunggu 'yang lain' untuk dapat memiliki satu kecepatan dengan kita, kadang, atas nama cinta, kita mau ikut menunggu. Tapi, adakah jika tiba-tiba kita sangat ingin berlari dan mulai mengayunkan kaki untuk meninggalkan 'yang lain' demi pertemuan kita dengan sesuatu, dalam waktu yang lebih cepat daripada 'yang lain', adalah sebuah bentuk kekurangajaran?
Bukankah manusawi jika kita jenuh ketika menghadapi 'yang lain' cenderung merangkak dan tidak mau kita ajak berlari? Bukankah manusiawi jika kita jenuh saat berusaha menuntun 'yang lain' ke jalan yang lurus dengan kecepatan berbeda, tentu dengan kata lain, kecepatan yang sama berarti membentuk harmoni?
Ah, bisa-bisanya aku mengutamakanmu. Kini, saat aku jenuh, aku sangat ingin meninggalkanmu segera. Namun aku akan tetap panjatkan permohonanku padaNya. Hingga mungkin jika aku telah seperti mereka yang berlari lebih kencang dan meninggalkanmu, kau masih bisa menyusulku dengan kecepatan yang berlebih, dan menyeretku untuk berlari bersama :).
23 Desember 2013
17 Desember 2013
Melangkah
Sudah melangkah
sejauh ini, dan janganlah pernah berpikir untuk berbalik arah dan mencari jalan
lain yang kau anggap nyaman. Meski kau cintai seorang pemuda yang baik secara
awak dan rupa, biarlah, biarlah Tuhanmu menuntunmu untuk menjadimu yang luar biasa.
Lupakan dia. Bukan untuk tak kau ingat lagi. Tapi lupakanlah dia untuk kau jauh
lebih banyak mengingatNya.
Sudah melangkah
sejauh ini, janganlah kau berpikir untuk mengulang segala problema masa lalu. Biarlah,
biarlah masa lalu itu berlalu seperti debu yang pernah tertiup angin. Biarlah ia
mengendap di sana. Dan jika Tuhan berkehendak debu itu tertiup lagi oleh angin
yang berbalik arah, semoga debu itu ada untuk menyucikan. Menyucikanmu yang
mungkin tak lagi temukan air yang membersihkanmu saat perjalanan. Biarlah debu
itu ada untuk membersihkanmu..
Sudah melangkah
sejauh ini, janganlah kau berani menantangNya (lagi), dengan tingkahmu yang
serba gegabah. Lihatlah lebih dekat, pandanglah lebih lekat, dengarlah lebih
kuat, peluklah lebih erat, Dia masih menyayangimu melebihi apapun, Dia masih
memberimu kesempatan untuk menjadi lebih baik, Dia masih membiarkanmu
bertingkah semaumu, namun erat memelukmu, Dia, membiarkanmu tetap berpikir agar
kau selalu sadar bahwa yang harusnya menjadi perhatianmu adalah bukan seberapa
kecil kecerobohan yang kau perbuat, tetapi seberapa besar Dia yang menaungimu. Bukan
seberapa sepele kesalahan yang kau perbuat, tetapi seberapa besar Dzat yang kau
tentang.
Maka sudah
melangkah sejauh ini, melangkahlah lebih jauh, hadapi segala rintangan yang
mungkin kau temui nanti. Melangkahlah, berlarilah, lebih jauh, lebih cepat, hingga
lebih dekat padaNya..
10 Desember 2013
Mereka yang Mengagumkan
Saya selalu
mengagumi mereka yang berubah menjadi lebih baik. Dan mereka menikmati proses
perubahan itu dengan riang gembira. Tanpa pernah mengeluh. Semakin hari semakin
baik.
Yang dulu tidak
berjilbab, berusaha untuk mengetahui hakikat jilbab dan menjadi lebih anggun
bukan hanya penampilan luar tapi juga penampilan batin. Menjadi yang pertama
dalam mendahulukan kebaikan. Menjadi yang selalu berpegang teguh pada
agama-Nya. Menjadi yang pertama dalam membela kebenaran.
Yang dulu
begajulan, sekarang menjadi yang pertama dalam mendirikan shalat wajib
berjamaah. Yang pertama mendirikan shalat sunnah apapun. Yang pertama
bersedekah. Yang pertama menyeru pada kebaikan tanpa malu.
Dan pada mereka
yang begini. Sangat susah untuk kembali ada mereka yang dulu. Karena mereka
mencari dan menemukan. Karena mereka tahu mengapa mereka berpindah dari mereka
yang dulu ke mereka yang sekarang. Karena mereka mengerti mengapa mereka
memilih jalan yang lurus meski banyak rintangan. Mereka tahu betul. Karena mereka
memahami bahwa jalan tersebut menuju Tuhan-Nya.
Saya selalu
mengagumi mereka yang tidak gengsi untuk menjadi berbeda dengan teman-temannya
yang ‘biasa’. Menjadi pionir dalam menegakkan kebenaran. Menjadi yang pertama
peduli. Menjadi yang pertama mengiyakan seruan kebaikan.
Saya selalu
mengagumi mereka.
7 Desember 2013
Fenomena Wisuda
Ada fenomena
yang cukup menarik saat peristiwa penting di akhir masa studi strata satu yang
saya tempuh sepanjang beberapa tahun ini : WISUDA. Langsung saya tembak pada
intinya, bahwa beberapa muslimah masih menganggap enteng waktu shalat. Di
kampus saya, upacara wisuda fakultas dan universitas dilakukan dalam satu hari.
Pagi untuk wisuda fakultas, dan siangnya wisuda universitas. Guess what point
that I want to tell..
DANDAN.
Ya, dandan.
Bahwa beberapa perempuan muslim lebih sibuk menjaga dandanannya dibanding
mendahulukan waktu shalat. Karena jadwal wisuda yang sehari itu, biasanya
dimulai jam tujuh pagi, berakhir jam setengah duabelas, lalu lanjut lagi jam
setengah satu untuk wisuda universitas. Dalam waktu istirahat yang hanya satu
jam, biasanya wisudawan sudah disibukkan dengan hadangan teman-teman atau
saudara yang ingin mengabadikan foto bersama. Jadilah kurang lebih molor paling
tidak setengah jam. Sisanya yang setengah jam, digunakan untuk istirahat di
kosan dan makan siang. Dan hap! Sudah jatuh jam setengah satu untuk langsung
melaksanakan upacara wisuda universitas yang harus tepat waktu. Dan jadwal ini,
jika tidak diatur dengan baik, hanya akan digunakan untuk seperti itu, tentu
dengan konsekuensi menunda waktu shalat. Padahal, jam setengah satu masuk
upacara wisuda universitas sampai sekitar jam setengah lima. Mana bisa
menyempatkan shalat dhuhur???
Dengan begitu,
beberapa masih menyayangkan biaya dandan yang cukup mahal. Karena sekali
dandan, minimal seratus ribu harus dikorbankan. Dan kalau waktu satu jam saja
sudah terpotong untuk foto, istirahat dan makan, akan butuh waktu lebih lagi
untuk mengusap dandanan, wudhu, dandan lagi. Maka yang dikorbankan adalah waktu
shalat. Dengan dalih : bisa dijamak dengan shalat ashar. Hmmm... padahal tempat wisuda masih terhitung dekat dengan
kosan atau tempat istirahat, bukan di luar pulau atau luar kota.
Sedih, tapi
beberapa yang saya jumpai, berani memutuskan begitu dengan jawabannya yang tak
terbantahkan.
Maka yuk, jadi
perempuan muslim yang lebih memilih waktu shalat dibanding mempertahankan
dandanan. Keluar uang lebih tidak apa lah, daripada dapat sanksi yang lebih
berat dari Allah, gara-gara ngentengin waktu shalat ;(.
Kalau masih
pengeeen banget tampil cantik, ya memang harus berkorban lebih.. Misalnya dengan
mengeluarkan uang berlebih karena harus dandan lagi, menahan lapar karena harus
merelakan waktu untuk shalat dan dandan lagi tanpa sempat makan siang, atau
kalau perlu, ya mengorbankan mereka yang ingin berfoto bersama demi bisa
istirahat, makan, shalat, dan dandan lagi. Hmmmhhh...
Atau yang lebih
asik lagi, ya sudah, dandan seadanya tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam,
lalu kalau waktu istirahat siang, puas-puaskan foto bersama siapapun, shalat,
makan siang, dandan lagi seadanya. Beres kan? Intinya, wisuda yang cuma
sebentar itu, jangan sampai jadi penyesalan seumur hidup ;). *semoga saya juga
bisa menjaga ya*
Aku bersedia kau ajak naik gunung. Tentu setelah kau datang
baik-baik pada orang tuaku, lalu diiyakan mereka, lalu membawa keluarga
besarmu, membicarakan hari, tanggal, tempat, perlengkapan, orang-orang yang
mungkin akan diundang, dan lain-lain. Dan dengan lantang kau ucapkan apa-apa
yang seharusnya diucapkan laki-laki jantan di depan penghulu, saksi, dan
segenap perlengkapan peresmian hubungan kita. Begitu, lalu kita bisa naik
gunung manapun yang kau mau kenalkan medannya padaku :D. Lagi ngaco tingkat
nasional inii!! Bukan untuk siapa-siapa.
Bupati Temanggung Meresmikan Jalan Desa Campuranom
MINTA DOA DULU
>>Kepulangan saya kali ini, meski hanya dua hari, membawa berita yang
cukup membahagiakan bagi keluarga saya. Saya akan segera mengakhiri kuliah
saya, dengan sidang skripsi pekan depan. Begitu saja, mohon doa ya! :D
Tapi yang lebih
menggembirakan lagi adalah, bahwa Bapak Bupati Temanggung menyempatkan hadir
untuk menyambut saya di sini. Eh, sekenanyaaaa.. Ndak, ndak, Pak Bupati memang akan
berkunjung ke desa tempat saya tinggal. Tapi bukan untuk menyambut saya :D..
Jadi, saat saya
sampai di rumah hari Jumat (6/12), saya melihat ada undangan untuk bapak sekeluarga
di atas meja. Lalu yang menjadi tagline di undangan itu adalah bahwa Drs. H. M.
Bambang Sukarno selaku Bupati Temanggung akan hadir di acara peresmian gedung
TPM dan jalan beton Desa Campuranom Kecamatan Bansari, hari ini, sabtu (7/12)
pukul 13.00 di Gedung TPM dekat Lapangan Volley Dusun Tegalrukem Desa
Campuranom.
Kata Pak Jumar,
tokoh pemuda desa Campuranom yang saya temu tadi malam, (sengaja ketemu karena sekaligus
nengokin anaknya yang habis nyungsep di sawah sampai dagunya sobek), rencananya
Pak Bupati akan disambut di jalan ujung desa ini dan diarak sepanjang jalan
paving+beton Tegalrukem-Getas, Campuranom, untuk kemudian melangsungkan upacara
peresmian di tempat yang sudah disiapkan. Selain peresmian, akan ada pengajian
tasyakuran yang diisi oleh K. H. Usman Ridho, dan juga pertunjukan seni oleh
anak-anak Desa Campuranom.
Ya, Campuranom sedang
sibuk beberapa bulan ini. Mulai dari musim tembakau, perombakan jalan dari
jalanan batu ke paving+beton, pembangunan gedung TPM dan pemilihan kepala desa
(ada lagi?). Itu sih informasi yang saya dapat dalam beberapa kali kepulangan
saya ke rumah. Yaa.. semoga dengan dibangun dan diresmikannya jalan desa ini,
akan menjadikan Campuranom semakin maju.
Daann... di tempat
terpisah, akan ada pertunjukkan wayang selama dua hari dua malam di rumah Bu
Lurah yang telah terpilih kembali dalam Pilkades beberapa hari lalu. Itu dulu
lah, ada lagi?
Ah iya.. ini ada beberapa foto jalanan yang belum jadi, cuma biar pada tahu sih kenapa saya excited banget sampe nulis beginian :D.. (salah satunya ya gara-gara sering diece jalanan yang kayak gula kacang, udah lama ga dibener-benerin). Nyoh!
Langganan:
Postingan (Atom)