Menjadi
keprihatinan bagi saya,,,setelah selama ini dicekoki dengan pemahaman aneh yang
sejatinya liberal atau sekarepe dewe..
Dan paham itu
sangat berpengaruh untuk membentuk saya menjadi pribadi yang ragu-ragu terhadap
keyakinan saya sendiri..
Disadari atau
tidak, pendidikan yang kita terima selama ini,,sangat berpengaruh untuk
membentuk umat Islam menjadi pribadi
yang ‘kurang utuh’..
Padahal jika
boleh merenung, menjadi pribadi Muslim yang utuh tidak akan mengurangi kinerja
kita sebagai manusia.
Bisa diambil
contoh, mereka yang duduk di organisasi bernama Rohis... yang benar-benar Rohis
tentunya,,mereka adalah orang-orang yang insyaAllah memiliki pemahaman utuh
mengenai agamanya, Islam.. Meski ‘terbatas’ dengan aturan-aturan syariat, toh
mereka masih bisa berkarya melejitkan potensinya.. yang perempuan, memakai
pakaian ‘besar-besar’..yang laki-laki juga menampakkan ‘kezuhudannya’...tapi
mereka tetap bisa mengadakan event besar yang mengundang orang-orang banyak...
Memang, tidak
seperti perhelatan akbar keduniawian yang sarat dengan hura-hura..event2
anak-anak Rohis cenderung berbuah inspirasi..tapi setidaknya, ini menjadi bukti
konkrit tidak adanya keterbatasan dalam berkarya meski mereka adalah orang yang
sungguh-sungguh dalam beragama.
Itu baru contoh
kecil tentang bagaimana keislaman seseorang yang utuh tetap bisa menjamin
kesuksesan seseorang.
Karena sekali lagi, disadari atau tidak, dulu kita
pernah mengenyam pendidikan yang cenderung tidak membentuk umat Islam menjadi
Muslim seutuhnya. Kita dididik untuk menghargai bahwa semua agama itu baik dan
mengajarkan kebaikan. Memang sih, dilihat dari wujud luarnya, terutama masalah
toleransi dan persaudaraan, semua agama baik.
TAPI yang jadi
masalah adalah, ketika pemahaman tersebut menjalar sampai pada ibadah-ibadah
serta hal-hal lain yang sejatinya pada tiap agama memang sudah dari sananya
berbeda,,
Misalnya, pada awalnya kita meyakini
bahwa agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu serta Konghucu sama-sama
mengajarkan kebaikan dalam hal kedamaian antarsesama makhluk Tuhan,, tapi
lama-kelamaan, kita malah makin meyakini bahwa semua agama di atas baik untuk
diikuti..asal masih menyembah satu Tuhan (seperti bunyi Sila Pertama
Pancasila), itu baik-baik saja..lalu kita menjadi orang yang samar-samar..
Islam iya, Kristen iya, Katolik iya, Buddha iya, Hindu, bahkan Konghucu
juga..memang hal ini tidak mungkin terlihat secara nyata.. tapi secara
sederhana bisa terjadi seperti ini : mungkin dia Islam secara KTP atau
identitasnya, tapi dia masih meyakini pokok-pokok ajaran agama lain. Mungkin
dia Kristen secara KTP, tapi dia masih melaksanakan ritual-ritual agama lain.
Setahu saya, dan
memang begitulah adanya,,praktek pelaksanaan ritual-ritual agama lain atau
sekedar meniru-niru ibadah agama lain, tidak pernah dibenarkan dalam Islam..
entah bagaimana kebijakan yang ada pada agama selain Islam..jika iya, maka akan
sangat menjijikkan jika sebagai umat agama A, seseorang masih meyakini bahkan
melaksanakan ibadah agama B..
Tapi, fenomena
yang terjadi sekarang ini, menunjukkan bahwa umat Islam kebanyakan sudah
kehilangan identitas Muslim Taat-nya. Padahal cara paling baik dalam melakukan
sesuatu atau meyakini sesuatu hingga sesuatu tersebut membentuk sebuah jati
diri, adalah dengan pelaksanaan sungguh-sungguh dan seratus persen. Menjadi
Muslim juga begitu, beriman Islam seratus persen, dengan menghindari praktek2
pelaksanaan ibadah agama lain, bahkan hanya sebatas meyakini saja tidak boleh.
Dan dalam agama
Islam, kita harus meyakini seratus persen kata-kata Allah dan RasulNya yang
tersurat dalam Al Quran dan Al Hadits, tanpa boleh melakukan penyanggahan..
Dengar, dan taati..jika ada yang meragukan, kita boleh bertanya tapi tetap
dengan keyakinan sepenuhnya bahwa apa yang diwahyukanNya adalah benar.. hanya
mungkin akal kita yang belum sampai ke sana..
“Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al Baqarah
269)
“Rasul
telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali." (QS. Al Baqarah 285).
Wallahu
a’lam..semoga kita termasuk umat Islam yang utuh, tanpa pernah merasa kurang
dengan kesempurnaan agama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar