Terlalu tenar itu memang tidak baik. Bahkan tenar saja, itu juga tidak baik. Belajar dari kata-kata Aa Gym di acara Just Alvin, entah benar atau tidak, tapi beliau banyak mengatakan bahwa Aa Gym yang dulu bukan diri beliau sebenarnya. Bahwa dulu banyak melakukan penebalan topeng, agar terlihat ‘baik’.
Dan kini, ketika beliau sudah tidak setenar dulu, beliau merasa benar-benar menjadi diri beliau yang sesungguhnya. Bahasa kasarnya, beliau lebih mampu membumi.
Bukan saya ingin mengorek-orek diri Aa Gym. Saya malah teringat beberapa da’i yang tidak populer, bahwa mereka lebih membumi, mereka lebih mampu menjaga diri, dibandingkan Aa Gym.
Bagaimanapun, media telah terlalu pintar memanipulasi diri Aa Gym menjadi sosok idola. Padahal seharusnya, kata beliau, seorang ulama atau da’i tidak boleh merasa menjadi seseorang yang lebih dari orang lain. Dan begitulah hakikat idola, seseorang yang lebih dari orang lain.
Seorang da’i malah harus lebih merunduk dari mad’unya (yang didakwahi).
Kembali lagi, saya malah teringat sosok da’i yang lain, terutama Ustadz Rahmat Abdullah. Beliau yang sekarang sudah tiada itu, tidak begitu populer di kalangan orang-orang umum. Tapi beliau merupakan salah satu penggiat dakwah tarbiyah. Dan orang-orang tarbiyah banyak mengenal sosok beliau.
Saya tahu beliau, karena ada iklan tentang film Sang Murabbi di majalah Tarbawi. Dan dalam iklan tersebut, seingat saya, ada sedikit ringkasan atau lebih tepatnya resensi film tersebut. Di sana dikatakan bahwa Ustadz Rahmat Abdullah telah menjadi ‘guru ngaji’ yang sangat akrab dengan murid-muridnya, seorang da’i yang banyak muridnya, dan segala macam kebaikan dilukiskan dalam resensi tersebut.
Saya jadi penasaran, siapa sesungguhnya Ustadz Rahmat Abdullah ini? Yang katanya adalah seorang anggota DPR yang tidak mau menaiki mobil mewah. Yang kata orang, beliau rela berjalan berkilo-kilo meter demi menemui murid-muridnya...
Dan benar saja, dulu, pertanyaan-pertanyaan saya hanya saya pendam dalam hati. Dan ketika kuliah, alhamdulillah saya mengikuti training kerohisan, dan di sana, kami diajak untuk menonton film Sang Murabbi, dari awal sampai akhir.
Menangis kami dibuatnya... karena sosok seorang Rahmat Abdullah memang keren. Beliau tidak beken, tidak seterkenal Aa Gym, tapi beliau sangat komitmen dengan jalan dakwah yang beliau tempuh.
Saya tidak mengkultuskan beliau, karena beliau adalah manusia biasa. Tapi, melihat sepak terjang beliau saja saya terharu. Apalagi perjuangan Rasulullah??? Sayang sekali saya belum tamat membaca biografi Rasulullah berupa Sirah Nabi.. maka kini, demi melihat fenomena akhir-akhir ini, dan demi kata-kata manusia-manusia yang saya kenal, bahwa semua manusia adalah da’i sebelum menjadi apa-apa, maka alangkah baiknya jika kita sebagai manusia mempelajari bagaimana Rasulullah menyampaikan risalahnya, Islam yang begitu indah, tanpa mengharapkan imbalan, meski hanya sebuah ketenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar