Kemarin, saya
mendaftarkan diri saya untuk mengikuti TOEFL di SEU UNDIP.. dan dijadwal untuk
melaksanakan tes pada 4 April 2013.. (mohon doanya yaa..)
Sepulang
pendaftaran, saya ke Java Mall untuk sekedar mengunjungi Pesta Buku Gramedia di
lantai 3.. iseng saja, mencari buku murah untuk bahan bacaan.. dan setelah
kurang lebih satu setengah jam berputar-putar, hanya ada dua buku yang menarik
untuk saya beli : Majalah Bobo 2 buah seharga sepuluh ribu rupiah dan kitab
Bulughul Maram seharga sembilan puluh tiga ribu rupiah, itu sudah hasil diskon
40%..
Dan sepulang
dari Java, sebenarnya saya harus ke Rumah Sakit Roemani untuk menjenguk ibunya
guru ngaji yang sedang dirawat, tapi karena lama menunggu konfirmasi dari
teman-teman, akhirnya saya dan Mbak Titin harus pulang dulu ke Tembalang..
minum jus dan ke bawah lagi, ke RS. Roemani,,=)
Sampai di sana, menjelang maghrib, saya
ngantuk.. *oh, bukan ini poinnya.
Saya menemui
ibunya guru ngaji di ruang shofa utama 3 lantai 3.. beliau sakit kolesterol,
jantung, dan sehabis jatuh dari kursi.. kasihan
Mbah...
Dan guru ngaji saya itu, anaknya empat, yang dibawa ke RS, dua anak, mereka juga sedang sakit panas.. kasihan Ibu.. sementara dua yang lain, di-emong sama kakak kelas saya..
Nah, saya semakin ngantuk..
Dan pembesukan
kami diakhiri dengan rawuhnya
teman-teman guru ngaji saya, ibu-ibu kota begitu..
Akhirnya saya
pulang, setelah terlebih dulu makan makaroni skutel (entah bagaimana tulisan
yang benar), menunggui para rekan shalat maghrib, dan membesuk adiknya adik
kelas salah satu rekan saya..
Yang membuat
saya harus menuliskan cerita ini adalah, di tengah jalan menuju Tembalang, di
tengah gerimis yang merintik (puitis =)),
saya melihat ada kakek-kakek di pinggiran jalan, dengan kaki dibebat kain
karena luka, tanpa payung, tanpa jas hujan, di dekat lampu merah, beliau hanya
duduk saja sambil menengadahkan tangan, meminta sedikit harta dari para
pengendara...
Kalau saya berani
dan tidak terlalu mengantuk tadi malam, saya akan turun untuk sekedar
menanyakan, di mana anak cucumu, Kek.. tapi apa? Saya memilih untuk melaju
saja, melirik tanda tak mampu *cemen
Eh, tapi
sungguh, betapa tega diri saya ini, membiarkan beliau hanya beralaskan koran,
duduk memelas di pinggiran jalan, diguyur air hujan, luka kaki pula..
Itu baru satu,
di dalam perjalanan saya kembali ke kasur yang hangat di kosan...
Ah, pemudi macam apa kau ini??
*Mari berdoa,
agar kita lebih peka dan peduli, agar tak ada lagi yang menikmati kendaraan
pribadi, sementara para orang tua menangisi keterlantaran diri.. dan mari
memohon lebih lagi, agar masa tua kita, terpelihara..
Amin.....
BalasHapus