Bulan-bulan ini,
saya lebih banyak main perasaan daripada pikiran dan fisik. Meski juga tidak
berarti porsi dua hal terakhir sedikit...
Karena
bulan-bulan ini adalah bulan-bulan pernikahan dan kematian..
Di desa saya
saja, waktu tanggal 26 oktober 2012 yang bertepatan dengan Idul Adha, ada
rencana pernikahan dari sahabat kecil saya, tetapi malah pada hari itu juga ada
berita kematian dari tetangga saya yang lain.. Maka kurasan perasaan itu
bercampur baur...
Ada lagi,
beberapa minggu sebelum tanggal 26, kakak kelas, tetangga, rekan kerja kakak,
teman saya, ataupun di jalan-jalan, banyak yang mengadakan pesta pernikahan
tanda berakhirnya masa lajang mereka... dan juga tidak sedikit yang mengibarkan
bendera putih tanda berakhirnya masa hidup seseorang.. teman satu angkatan
saya, kena mal praktik dokter dan meninggal, ada lagi yang mengalami kecelakaan
di jalan, ada juga orang-orang tua dari teman-teman saya yang menderita sakit
dan berujung pada hari akhirnya...
Saya dan
teman-teman selalu sumringah saat undangan pernikahan sudah jauh-jauh hari kami
terima dan kami sudah heboh mempersiapkan diri untuk hadir... Namun tidak
jarang tiba-tiba tertohok karena berita mengejutkan dan menyedihkan tentang
kematian yang menimpa seseorang yang cukup dekat dengan kami... Maka fluktuasi
perasaan itu amat sangat terasa, dan kami harus pintar-pintar
berekspresi,,melatih diri untuk menempatkan ekspresi di waktu yang tepat..
Dan
ujung-ujungnya adalah, saya dan teman-teman selalu berpanjang-panjang dalam
membicarakan perkara pernikahan, tentang kostumnya, tentang makanannya, tentang
pasang-pasangan, tentang semuanya... karena memang pembicaraan mengenai
pernikahan adalah perkara yang mudah dimulai dan sulit diakhiri... SEMENTARA,
sekali saja mendengar berita kematian, kami langsung diam tanda berpikir,
membicarakan sebentar dan seperti buru-buru mengakhiri dan mengalihkan
pembicaraan...
Entahlah, memang
sudah fitrah, membicarakan kebahagiaan memang membuat bahagia... membicarakan
kesedihan akan membuat kita sedih... PADAHAL, kita akan lebih banyak mengambil
hikmah dari pembicaraan tentang kesedihan, oh, tidak, lebih-lebih tentang
kematian..
Karena persiapan
yang harus benar-benar kita siapkan, sesungguhnya bukan hanya untuk pernikahan
(yang semoga hanya sekali seumur hidup), bukan hanya tentang menyiapkan
sebaik-baik diri untuk sebaik-baik pasangan hidup. Persiapan yang
sungguh-sungguh harus kita lakukan benar-benar adalah persiapan kematian :
apakah kelakuan kita hidup di dunia ini sudah cukup untuk menyelamatkan kita di
alam selanjutnya nanti??
Wallahua’lam
bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar