Alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan tantangan 10 Hari Bunda Sayang. Meski benar-be ar mepet 10 hari menyetor tulisan. Tapi insyaallah selebihnya, di luar 10 hari tersebut, saya sedang berusaha konsisten menerapkan ilmu mengenai Komunikasi Produktif, baik dengan pasangan, anak, orangtua, tetangga, bahkan pelanggan saya di online shop. Dari ilmu yang saya peroleh, penerapan Komunikasi Produktif akan dapat berjalan lancar jika kita juga membereskan komunikasi dengan diri pribadi kita.
Beberapa kali saya mengalami 'miss communication' dengan pasangan saat kami tidak sedang dalam posisi psikologis yang sama. Ada kalanya beliau berposisi sebagai orang tua dan saya sebagai anak, atau sebaliknya. Dan bagi kami, komunikasi terkait hal-hal seperti ini serasa harus diulang, diremedi, hingga ketemu waktu yang tepat untuk berada pada kondisi psikologi yang sama. Dalam banyak hal, komunikasi akan produktif saat posisi psikologis kami sama-sama dewasa, logika masuk, emosi stabil. Namun, adakalanya bagi saya, tidak harus selalu pada psikologi sama-sama dewasa untuk mencapai komunikasi produktif, pada saat tertentu, kami memposisikan diri seperti anak-anak, dimana kami menikmati saling bercanda, saling mengejek, dan kesenangan2 kecil lain, dalam tubuh kami yang sudah dewasa. Dan hal tersebut bisa membuat kami makin kompak sebagai suami-istri, sebagai teman bermain bagi anak kami. Selain berada pada kondisi psikologis yang sama, komunikasi produktif dengan pasangan memang seharusnya memenuhi beberapa kaidah sesuai yang pernah saya peroleh di dalam materi kuliah Bunda Sayang.
Kaidah-kaidah tersebut adalah :
1) Clear and Clarify; 2) Choose the Right Time; 3) Kaidah 7-38-55; 4) Intensity of Eye Contact; 5) I'm responsible for my communication result.
Indah dan menyenangkan memang jika bisa berkomunikasi mengacu pada kaidah-kaidah tersebut. Untuk itu insyaallah saya sedang berusaha terus menerapkannya bersama pasangan.
Begitu pula berkomunikasi dengan anak. Sebelum ikut tantangan Bunda Sayang ini, saya berbincang dengan anak sekemampuan saya. Tapi yang saya rasakan, banyak tidak produktif nya. Seperti misal saat saya ingin dia berhenti melempar mainan, akan lebih efektif jika saya mengalihkan fokus saya dan anak pada 'bagaimana agar dia melakukan sesuatu yang lebih baik dari sekedar melempar mainan'.
Seruan saya dari "Jangan dilempar-lempar mainanya, nanti hilang",
Menjadi "Yuk ditata yuk, sini Ibuk ajarin".
Maka anak akan fokus pada menata mainan, bukan melemparnya. Aktivitas tersebut memakai beberapa kaidah dalam berkomunikasi dengan anak, yaitu 1) Fokus pada solusi, bukan masalah; 2) Kendalikan Intonasi dan Suara Ramah; 3) Ganti perintah dengan pilihan; 4) Keep information short and simple.
Bisa juga ketika sudah teralih perhatian dari 'melempar' ke 'menata', kita gunakan kaidah komunikasi selanjutnya : berikan pujian yang jelas; ganti kata 'tidak bisa' menjadi 'bisa'.
Sama halnya saat berkomunikasi dengan pasangan, bersama anak juga harus pintar-pintar mengendalikan emosi. Tidak cepat sewot ketika anak belum mengerti apa yang kita sampaikan, sabar dalam mengajari anak berkomunikasi, apalagi seperti saya yang menghadapi anak usia 20 bulan yang belum pandai mengungkapkan keinginannya.
Alhamdulillah dengan belajar Komunikasi Produktif ini, saya makin mampu menata diri dalam menyampaikan sesuatu, setidaknya pada pasangan dan anak dulu. Baru nanti, semoga bisa memperbesar kemampuan saya kepada masyarakat yang lebih luas dan bermacam latar belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar