Balanced
Ration
Balanced
ration atau ransum seimbang adalah pakan dengan kandungan nutrisi dalam jumlah
dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi
ternak. Balanced ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara
proporsional bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang
tepat. Ransum untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada
ternak dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan
kebutuhan hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang
mengkonsumsinya. Penyusunan ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan
bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Untuk memilih bahan-bahan pakan yang
akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat
makanan dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat
pakan dapat saling menutupi dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan
tersebut. Standar kebutuhan pakan harus yang digunakan sebagai acuan kebutuhan
ternak disesuaikan dengan kondisi ternak dan dengan tabel komposisi pakan yang
menyediakan informasi berhubungan dengan komposisi nutrisi pakan yang digunakan
dalam balance
ration (Cullison,1979).
Ransum
seimbang harus menyediakan protein, energi, mineral dan vitamin dari beberapa
sumber pakan seperti fodder, konsentrat, suplemen mineral dan lain-lain, jumlah
yang tepat memungkinkan performa ternak mencapai optimal dan menjamin
kesehatannya (Garg, 2012). Untuk mencapai ransum yang seimbang, peternak harus
mengerti kebutuhan nutrisi ternak, kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan
dalam ransum, dan perhitungan matematis yang dibutuhkan sehingga ransum
tersebut mencapai kebutuhan ternak. ransum yang seimbang mensuplai nutrien
dalam jumlah dan proporsi yang tepat untuk mencapai kebutuhan ternak (Endecott
dan Mathis, 2006).
Penyusunan ransum tidak boleh
merugikan peternak, misalnya meningkatan berat badan yang tidak dapat memenuhi
target, salah pemberian pakan karena terlalu banyak dalam memperkirakan
kandungan nutrien pakan ataupun karena adanya zat anti nutrisi. Penyusunan
ransum seimbang diperlukan tahapan sebagai berikut 1) Menyiapkan tabel
kebutuhan zat nutrien; 2) Menyiapkan tabel komposisi/kandungan nutrien bahan
pakan; 3) Penyusunan formula ransum; 4) Pencampuran bahan pakan (Ibrahim,
2013).
Protein Supplement
Sebagian
besar ransum bijian untuk ternak mensuplai protein yang cukup untuk kebutuhan
protein sebesar 10 – 12%. Tetapi, saat ternak dalam kondisi diberi pakan kurang
protein seperti jerami jagung atau jerami padi saja, suplementasi protein
sangat dibutuhkan. Pada unggas, defisiensi protein yang hebat atau sebuah asam
amino tunggal ternak akan mengalami kehilangan pertumbuhan rata-rata 6 – 7%,
pada ayam petelur dapat menyebabkan molting yang hebat dan produksi telur
berhenti (Ranjhan,1980). Dari jenis asam amino esensial tersebut, metionin dan
lisin yang lebih banyak defisien. Asam amino lisin dan metionin biasanya
dipakai dalam jumlah 0,1 hingga 0,2% tergantung banyaknya pemakaian protein
nabati. Semakin banyak protein nabati yang digunakan, maka penambahan asam amino
tersebut semakin dibutuhkan (Soetanto, 2002). Pakan yang mengandung asam amino
yang seimbang akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein
dapat dicerna sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak
diretensi oleh tubuh ternak.
TDN
Namun, penggunaan TDN sebagai satuan energi memiliki kelemahan yaitu tidak menghitung hilangnya zat-zat nutrisi yang dibakar saat metabolisme dan energi panas yang timbul saat mengkonsumsi pakan (Anggorodi, 1994). Total Digestible Nutrient (TDN) merupakan suatu asumsi bahwa selisih antara zat gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi yang terdapat di dalam faeces merupakan nilai zat gizi yang tercerna dan dapat diubah menjadi energi. Oleh karena itu nilai TDN dapat dihitung dari konversi nilai DE (digestible energy) atau nilai ME (metabolizable energy). Padahal kenyataannya energi tidak dapat dicerna atau dimetabolisir, melainkan hanya akan diubah sesuai dengan hukum kekekalan energi. TDN secara umum dipakai untuk ruminansia dan sedangkan unggas memakai DE (Digestible Energi) dan ME (Metabolisme Energi).
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi,
R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cullison.
A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc. Reston,
Virginia.
Endecott, R. L. dan C. P.
Mathis. 2006. Ration Balancing on the Ranch. NM State University.
Garg,
M. R. 2012. Balanced Feeding for Improving Livestock Productivity – Increase in
milk production and nutrient use efficiency and decrease in methane emission.
FAO Animal Production and Health Paper No. 173. Rome, Italy.
Ibrahim, T.M. 2013. Formulasi
Ransum pada Usaha Ternak Sapi Penggemukan. Sinar Tani Edisi 4-10 September 2013
No. 3522 Tahun XLIV, Badan Litbang Pertanian.Mathis, C.P. 2013. Protein and Energy Supplementation to Beef Cows Grazing New Mexico Rangelands. Cooperative Extension Service, New Mexico National University.
Prawirokusumo,
S. 1994. Ilmu Gizi Komperatif. BPFE, Yogyakarta.
Ranjhan,
S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Soetanto,
H. 2002. Kebutuhan gizi ternak ruminansia. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan – Universitas Brawijaya, Malang
Wahlberg, M. L. 2009.
Alternative Feeds for Beef Cattle - Virginia Cooperative Extension Publication
400-230, Virginia State University.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar