Bolehlah kalau saya menuliskan keterpesonaan saya dengan satu kota itu, Solo. Bukannya saya belum pernah kesana. Dulu, ketika masih SMA dan kakak saya huliah di Solo, saya pernah kesana hanya sekedar menengok kakak saya. Meski tidak banyak berputar-putar di Solo, setidaknya saya pernah kesana. Haha.
Dan kemarin, seharian saya ada di Solo, membuat saya ingin kesana lagi. Jarang-jarang saya merasakan rindu dengan sebuah kota karena kekaguman saya, tapi di Solo, entahlah, tapi banyak yang membuat saya terkesan disana. Tidak salah jika kakak saya masih sering berkunjung ke Solo.
Sampai di Solo, bersama teman-teman kuliah, pertama kali kami mengunjungi Lembah Hijau Multifarm, sebuah sistem pertanian dan peternakan terpadu yang ramah lingkungan. Lembah Hijau Multifarm atau yang disingkat LHM, sangat menarik bagi saya, yang adalah mahasiswa peternakan. Di sana, ada beberapa area untuk peternakan sapi potong, peternakan sapi perah, pengolahan biogas, pengolahan pupuk, lahan tanaman sayuran, lahan tanaman buah-buahan, food court, kolam ikan, akuarium, toko kecil untuk produk-produk pangan, dan semua itu dibangun di tengah pedesaan daerah Sukoharjo yang menurut saya cukup panas.
Kala itu yang ada di benak saya adalah, wilayah Solo yang puanas saja bisa punya LHM yang terkenal dan cukup menghasilkan, apalagi Temanggung, yang sangat sejuk dan pastinya sangat berpotensi untuk mendirikan integrated farming system macam LHM. Dan apabila ada tempat semacam LHM di Temanggung, saya yakin bukan hanya mudah dikembangkan, tapi juga akan menambah pendapatan daerah, dan juga akan menjadi salah satu rujukan pariwisata, hal yang sering dipertanyakan oleh teman-teman saya, Temanggung punya apa???
Hmm...salah satu mimpi saya adalah dapat mendirikan integrated farming system atau agrokomplek terpadu di kota tercinta saya..semoga terwujud!
Pesona Solo yang lain, tata kotanya yang rapi, bersih dan menyenangkan dipandang mata, meski panas. Selain itu, ketika saya selesai mengunjungi LHM, saya bersama rombongan diajak panitia ke PGS, Pusat Grosir Solo. Di PGS, kami yang perempuan, terpesona karena pakaian-pakaian yang ada dan uang kami yang tidak ada. Artinya kami hanya mampu terpesona dengannya. Hmm..
Satu yang berkesan di PGS, kala itu sudah masuk waktu Ashar, dan kami shalat di sana. Musholanya, ada di bagian teratas PGS, cukup luas, sejuk, dan hening, jauh dari keramaian PGS di bawah. Meski tempat wudhunya cukup jauh dari mushola, tetapi di sana benar-benar terjaga antara laki-laki dan perempuan. Dibatasi dengan tirai yang bersih, ibadah kami jadi khusyuk meski posisi kami di pasar.
Satu lagi, setelah kami ke PGS, kami ke SGM, Solo Grand Mall. Tidak banyak yang membuat saya terpesona di sana. Sama seperti mall-mall lain di Semarang. Namun, kami, saya bertiga dengan teman saya, membuat sebuah aksi cukup menggelikan..
Kami sampai di SGM waktu sebelum maghrib, kami bertiga makan sebentar di food court di Bee’s (produknya ehem...). Hanya satu orang dari kami yang makan, saya dan satu teman saya hanya menemani. Seusai makan, kami berburu mushola. Karena memang baru pertama kali ke SGM, kami tidak tahu dimana letak musholanya. Dengan modal bertanya pada cleaner service, ditunjukkanlah kami pada lantai 4, lantai paling atas di SGM. Kami naik ekskalator sampai lantai 4, dan bertanya lagi pada cleaner service yang lain, katanya, “Turun lagi mbak, lewat tangga, atau naik lift, nanti dekat sana ada tempat parkir, ya di dekat situ ada musholanya”. Berbekal ilmu dari sang cleaner service, kami turun lagi ke lantai tiga untuk mencari tangga yang dimaksud beliau. Nah, ketemulah tangga menuju sebuah tempat dengan pinggiran kaca warna hijau. Kami sudah naik kesana. Waktu kami intip, di sana tempat billiard. Ahaha...tersasarlah kami bertiga, perempuan berjilbab yang hampir masuk ke tempat billiard. Dan kami pun berbalik menuruni tangga dengan pedenya. Dari dalam tempat billiard, keluarlah teman satu bis kami “Hei, mau main billiard, sini-sini!!”. Kami jawab saja “nyasar, mau sholat, yuk!”. Hufth!
Kami pun menemukan tangga yang dimaksud pak cleaner service, naiklah kami, dan bertemu dengan teman satu bis lain yang sedang menuju mushola. Hmm...damainya hati ini. Meski mushollanya tidak seluas ketika kami di PGS, cukup representatif untuk shalat, dan lebih nyaman daripada di mall di kota Semarang.