Saya sangat senang hari ini. Enam April 2011. Entah kenapa ingin sekali menuliskan semuanya di sini.
Mulai Jumat kemarin, ketika saya dan satu teman lain diminta untuk membantu menjadi panitia teknis pelaksanaan Pelatihan Mujahid Dakwah. Ketika itu, saya hanya tsiqoh, percaya pada murabbi saya yang meminta saya ke sana. Dan saya berangkat dengan hanya bermodalkan kenekatan, karena hanya dalam waktu dua hari saya mempersiapkan semuanya, padahal saya masuk dalam kepanitiaan. Saya mengikuti rapat-rapat yang setiap saat diadakan, dan di sana saya mencoba sedikit-sedikit mengikuti alur rapat yang ada...
Dan akhirnya hari itu tiba, saya didaulat menjadi pendamping peserta Pelatihan Mujahid Dakwah, saat itu saya bersama Mbak Dida, mendampingi satu kelompok berisi sebelas orang..ngek ngok...saya harus mengoreksi amal yaumi anak-anak itu, yang adalah adik angkatan...saya harus menanyai berapa juz al quran yang mereka tilawahkan selama dua hari Sabtu Minggu...bagaimana hafalan doa-doa sehari-hari mereka, bagaimana hafalan surat yang disyaratkan panitia kepada mereka...ah, saya saja belum sesempurna itu. malu sekali.
Tapi dengan semua itu, saya jadi sadar, bahwa Allah selalu mengawasi saya. Lebih dari bagaimana saya mengawasi adik-adik dampingan saya di sana. Bahwa Allah selalu mengingatkan, lebih daripada saya mengingatkan adik-adik tentang hafalan dan amalan-amalan yang harus mereka penuhi selama pelatihan.
Lebih dari itu, meski saya tidak mengikuti acara pelatihan, karena memang yang seharusnya merasakan adalah mereka yang posisinya peserta, saya merasa sangat diingatkan oleh Allah. Karena di sana saya hanya panitia rekrutan baru, bukan panitia inti, saya hanya mendengar perintah dari para atasan, dan melaksanakannya. Atasan-atasan saya di sana, adalah manusia-manusia berkualitas di Universitas Diponegoro dan Politeknik Negeri Semarang yang tidak hanya cerdas, tetapi juga terjaga amalan hariannya, terjaga kebeningan hatinya, terjaga semangatnya untuk selalu berdakwah, menyebarkan kebaikan dan menggaungkan kalimat-kalimat Allah...
Dengan kesadaran yang Allah berikan, meski saya tidak mengikuti pelatihan yang keras seperti adik-adik, saya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja, bukan hanya untuk pengembangan diri sendiri, tapi juga untuk kemenangan dakwah Islam, untuk kebaikan sesama.
Karena fenomena yang saya dapatkan selepas dari sana, selepas dari pelatihan, dimana saya masuk ke dalam kehidupan yang sebenarnya, banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang sangat cemerlang dengan prestasinya, sangat gemilang dengan pencapaian-pencapaiannya, tetapi tidak peduli dengan keadaan jamaah, tidak peduli dengan keberlanjutan generasi di UNDIP.
Saya cukup bahagia dengan keadaan diri saya yang biasa-biasa saja. Bahwa teman-teman, saudara-saudara, kakak-kakak saya di sini, di tanah perantauan, selalu mengingatkan saya untuk selalu peduli pada sesama, peduli terhadap keadaan orang lain...meski kadang saya merasa, hidup saya tersita...tapi sungguh, perjuangan para pendahulu jauh lebih berat dari sekedar perjuangan saya melawan kemanjaan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar