Yaa memang begitu. Saya kerap merasakannya.
Dan lalu memang benar, penyalurannya harus pada hal-hal positif agar energinya terbarukan, tersalurkan menjadi hasil yang baik. Lebih-lebih jika hasil itu mendatangkan uang, bisa buat makan. Jadi tidak makin kurus. Daaan apalagi, jika yang kita jatuh cintai itu tidak jelas hatinya kemana, I mean, dia belum menjadi apa-apa bagi kita. Jadi akan lebih baik energi kita ditransformasikan melalui puasa, atau disalurkan kepada hal-hal yang lebih positif. Menulis salah satunya. Salah duanya menggambar. Salah tiganya apapun, yang penting bermanfaat bagi sesama. Tidak peduli yang kita cintai melirik kita atau tidak. Tidak peduli yang kita cintai (bahkan) masih mengingat kita atau tidak. Yaa ingat lagi saja, kalau jodoh, beneran gak akan kemana.
Coba dilist lagi tugas-tugas yang belum selesai. Dari yang paling kecil. Cucian misalnya. Motor misalnya. Setrikaan, buku-buku yang belum sempat disampuli, bahkan belum sempat dibaca. Surat-surat yang lupa dihafal. Saudara-saudara yang luput kita kunjungi, bahkan kita tanya kabar. Apa mungkin sedang sehat wal afiat, atau pernah sakit selama kita tidak mengabari?
Itu baru hal-hal 'sepele'. Belum lagi masalah karir. Apakah dengan kita membuang waktu memikirkan seseorang yang belum apa-apa itu, karir kita akan terjamin baik? Apakah tanggungjawab kita terselesaikan dengan sempurna? Sudah sampai mana tugas utama kita selesaikan?
Kata guru saya, kalau dorongan cinta itu begitu kuat, apakah benar cinta? Tidakkah tercampur nafsu? Tenangkan diri dulu. Pikirkan yang terbaik. Apakah benar energi cinta itu murni? Jika porsi campuran nafsunya ternyata lebih besar. Tahan dulu.. Perbanyak saluran energi lain melalui puasa. Dan selesaikan tanggungjawab tugas dengan baik. Agar nanti, ketika Allah datangkan cinta yang benar, cinta itu murni, dan semuanya serba pas. Semuanya serba baik. Karena kita telah menyelesaikan tanggungjawab dengan baik juga.
*Saya menulis ini ketika sudah merasa tenang. Setelah beberapa waktu yang lalu, sedikit bergejolak. Terimakasih pada yang telah menasehati saya. Terimakasih pada Allah yang telah menganugerahkan rasa ini. Yang memberi tenaga. Yang baik. Yang harusnya tersalurkan dengan cara yang baik. Bagi Anda yang sedang merasakan hal yang mungkin sama, mari salurkan rasa kita lewat hal-hal yang baik. Yang lebih bermanfaat. Semoga kita selalu baik, ya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar