Sudah hampir satu bulan saya membantu dosen memelihara broiler. Untuk penelitian beliau yang bekerja sama dengan BPPT. Dan dari sini, saya belajar sangat banyak. Tentang memelihara ayam, mengatur waktu, bekerja bersama, bekerja untuk orang lain, mengatur pola makan dan seterusnya. Karena di sini, saya bekerja full day. Bekerja bersama dua orang teman dalam satu tim. Dengan shift yang kami atur sendiri. Dua orang perempuan, saya dan teman saya, dan satu teman laki-laki. Dari pagi sampai sore, saya dan teman perempuan saya. Dari sore atau malam sampai pagi, giliran teman yang laki-laki. Saya jalani saja sebagai pengalaman di akhir kuliah ini. Meski jujur, saya juga masih punya tanggungan yang besar : menyelesaikan skripsi dan amanah lain. Tapi untungnya, dosen-dosen pembimbing sangat baik dalam memperlakukan saya sebagai anak bimbing. Ah, jadi malu, karena skripsi saya tidak terlalu dipersulit oleh mereka. Bahkan kakak saya di wisma bilang, "Kamu itu ngurus skripsi kayak jalan Semarang-Purwokerto, belak-belok tapi lancar".. Ya, saya amini saja. Meski kadang semrawut di kepala.
Kalau dibilang nekat, ya bisa jadi.. Karena pada umumnya mereka yang sedang menyelesaikan skripsi memilih untuk benar-benar fokus menyelesaikannya tanpa mengambil peran lain kecuali terpaksa. Tapi sudahlah, semua manusia berhak menentukan pilihannya. Dan jangan salah, sepanjang saya membantu dosen ini, saya sudah menangis beberapa kali. Tapi saya memilih untuk menikmatinya. Menghibur diri dengan terus meyakinkan diri bahwa "Jika diniatkan untuk menuntut ilmu, insyaAllah Allah tidak pernah kehabisan bahan ajar..". Dan yang saya harus lakukan hanya menjalani dengan ikhlas, sabar, serta terus bekerja keras. Meski kadang perasaan malas menyapa. Apalagi pekerjaan di kandang bukan pekerjaan ringan.
Ya. Banyak sekali pelajaran yang dapat saya ambil dari sini. Apalagi dalam empat hari ini, partner saya yang perempuan sedang mengidap penyakit misterius. Hehe.. Maksud saya, dia sedang tidak enak badan. Dan saya kira cukup serius, karena sedikit saja kelelahan, punggungnya langsung nyeri. Katanya dia dulu pernah jatuh dalam posisi duduk, dua kali. Tapi waktu tulangnya dirontgen, tidak ada kelainan apa-apa. Setelah pamit untuk tidak masuk kerja beberapa hari pada dosen yang kami bantu, beliau menyarankan untuk memeriksakan ke dokter syaraf, karena siapa tahu bukan tulangnya yang bermasalah, tapi syarafnya. Dan sampai sekarang belum tahu penyakitnya apa, maka itu saya bilang penyakit misterius. :D.
Nah, jadilah dalam empat hari ini saya menghandle shift pagi sampai sore sendiri. Dan dengan begitu, interaksi saya dengan ayam-ayam penelitian yang jumlahnya seratus dua belas ekor ini makin intensif. Alhamdulillah, saya jadi lebih mengenal mereka. Karena jujur saja, selama kuliah, saya belum pernah merasakan hal yang seperti ini. Maksud saya, beberapa kali dapat tugas memelihara ternak, pasti ada banyak partner, dan interaksi intensif sangat jarang terjadi. Maka itu, sekarang saya mendapat setidaknya satu pelajaran. Bahwa manusia memang berbeda dengan makhluk lain.
Manusia berbeda dengan makhluk lain.
Ayam-ayam broiler itu, sepanjang hari hanya tidur-tiduran, sedikit ribut dengan temannya satu flock, lalu makan, minum, buang ekskreta, tidur-tiduran lagi, ribut menunggui kami memberi pakan, makan, minum, dan seterusnya. Hingga bobot badannya berkembang hampir seratus gram tiap hari.. Begitulah mereka, yang sudah direkayasa manusia memang hanya untuk menetas, tumbuh, dan disembelih untuk kebutuhan manusia. Tanpa harus berpikir bagaimana menjalani hidup yang lebih bermakna. Karena mereka broiler, dan kita manusia. Kita berbeda dengan mereka. Kita dikaruniai akal untuk mampu berpikir, hati untuk lebih banyak merasa, dan karunia lain yang membedakan kita dengan hewan seperti broiler.
Kadang saya berpikir, jika pun dalam satu bulan ini saya hanya menjalankan apa yang harus saya jalankan, saya tidak ada bedanya dengan mereka, ayam-ayam itu. Bahwa bisa jadi, saya hanya datang ke kandang, membersihkan kotoran mereka, memberi pakan, memastikan minum, membersihkan kandang, memastikan suhu tidak terlalu panas, menimbang sisa pakan, mencatat konsumsi, dan sudah itu saja, sambil menunggui perintah dari dosen harus apa selanjutnya. Kalau saya hanya memenuhi tugas-tugas biasa seperti itu saja setiap hari, bukankah saya sama saja dengan robot? Tapi beruntungnya, Allah menakdirkan saya untuk menjalani semua ini dengan penuh dinamika. Jiaaahh.. Bahwa saya masih diperkenankan untuk memikirkan teman saya yang sakit, skripsi saya, adik-adik kosan, dan lain-lain.
Maka meski kalut dan
sumpek atas pikiran yang kadang terlalu berdesakan dan membebani, kita sepantasnya harus bersyukur, karena itulah yang membedakan kita dengan makhluk lain. Karena kita manusia.
Sudah itu saja, saya hanya sedang ingin menulis. Karena beberapa hari ini saya jarang mengungkapkan apapun pada dunia. Selamat beraktifitas!