Banyak waktu yang saya habiskan untuk berkendara sepeda motor, menjadi yang mengendarai tentu. Tapi suatu waktu, saya lebih nyaman menjadi pembonceng :).
Lebih-lebih ketika saya melihat beberapa kecelakaan, termasuk minggu lalu di Ngaliyan, saat saya menuju terminal Mangkang. Saat itu, ada korban kecelakaan yang -mohon maaf- sudah tewas di pinggir jalan dengan luka kepala yang sangat serius. Membuat saya menurunkan kecepatan sepeda motor saya, dari Ngaliyan sampai Mangkang.
Ah, saya tidak ingin berpanjang-panjang bercerita tentang hal itu. Kali ini saya akan menuliskan beberapa yang saya lihat ketika menjadi pembonceng...
Bahwa saya bisa melihat anak kecil yang tercepuk-cepuk mengikuti langkah orang tuanya.
Atau melihat tukang parkir yang sedang serius membaca koran.
Atau sepasang kekasih yang sedang berboncengan, yang depan mengajak ngobrol tap yang belakang sms-an sambil senyum-senyum.
Atau melihat pedagang bakso yang sedang menanti pelanggannya.
Atau melihat bapak-bapak tua melamun.
Atau melihat perempuan muda tersipu malu bersama seorang pemuda.
Atau melihat keceriaan anak-anak berseragam sepulang sekolah.
Atau melihat anak kuliahan berjalan gontai dengan ransel seadanya.
Atau melihat ibu-ibu muda menghitung uang lusuhnya satu-satu sambil terus menggendong anaknya..
Atau bahkan melihat banci yang sedang mengamen merajuk merayu.
Atau ada mas-mas ganteng merangkul menggandeng mas-mas ganteng lainnya saat menyeberang jalan.. (ini entah kakak adik atau pasangan homo).
Atau melihat sekilas mbak-mbak dan ibu-ibu berjilbab lebar yang sedang bersalam dan cium pipi kanan kiri.
Atau tiba-tiba melihat pak ustadz yang sudah berada di belakang motor -_-.
Ah, dan semua menyadarkan saya bahwa hidup ini berbanyak rasa.
Bahwa hidup ini harus berbagi.
Bahwa hidup ini bukan hanya bangun tidur, melakukan segala kepentingan diri, dan kembali tidur.
Bahwa hidup ini terus berputar.
Bahwa kadang kita harus selalu siap mengambil segala resiko..
Mari membonceng :) #lhoh#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar