"Setelah lulus mau kemana? Saran saya sih kerja dulu, cari pengalaman sebanyak mungkin dari perusahaan besar, baru kalau mau lanjut di situ, ya lanjut, nanti jadi BM, atau apalah, jenjang karir meningkat, atau kalau mau jadi PNS, ya tinggal ikut rekrutmen PNS, tinggalkan perusahaan swasta. Karena kalau kerja dulu, setidaknya kita dapat ilmu lapangannya. Kalaupun nanti pengen jadi dosen, ya itu lebih baik. Karena kamu pasti punya nilai lebih waktu jadi dosen. Pengalaman kamu banyak, dan kamu bisa share ke mahasiswa. Coba dosen lain yang belum punya pengalaman kerja, pasti beda dengan dosen yang sudah pernah kerja. Suntikan motivasinya lain. Kalau saya memang gini, jadi, kerja dulu, sekolah, jadi lah dosen yang inspiratif"
"Punya suami orang luar itu, enak, simpel. Simpel karena kita tidak harus sibuk meladeni beliau. Malah saya seringnya diladeni. Yaa, bukan karena itunya, tapi saya memang lebih nyaman dengan dia. Prinsip hidupnya baik. Dia itu, yaa mungkin kalau bapak-bapak atau laki-laki di Indonesia kalau punya penghasilan terus pengen beli ini-itu, sedikit-sedikit wisata sini-situ yang dekat-dekat. Kalo di sana (Denmark) tidak... kalau butuh, baru beli, tapi sungguh-sungguh dicari sampai dapat. Terus uangnya yang banyak ditabung, nanti kalau pengen liburan, ya liburan ke luar negeri, ke manaa.. Gak kayak orang kita yang dikit-dikit ada kegiatan, adaaa saja dananya, gak jelas dari mana. Kalau di sana jelas perputaran keuangannya. Yaa.. jadi enak saja..."
"Mumpung masih muda, pola hidup harus dijaga ya.. Sering minum air putih, olahraga, jangan ngebut kalau naik motor, perhatikan betul bagaimana kesehatanmu. Karena kamu juga calon ibu, membantu suamimu mengurus rumah tangga.."
"Kita ini perempuan, ya jangan mau diinjak-injak laki-laki. Ya memang, kita harus taat pada suami.. Tapi ya jangan seratus persen bergantung sama suami. Soal pekerjaan misalnya, bolehlah kamu bergantung sama suami kalo memang mungkin nanti suami kamu keturunan orang kaya yang hartanya melimpah... Lha tapi kalo biasa saja, ya bagaimanapun setidaknya kamu punya pemasukan. Kalau pun mau jadi ibu rumah tangga, misalnya, ya jadilah ibu rumah tangga yang produktif. Biar kalau, ini na'udzubillahi min dzalik ya, kalau misal suami meniggal dulu, kita tidak stres dengan kondisi finansial. Atau kalau misalnya suami main serong, ya sudah, pecat saja.. karena kita sudah punya pegangan dan dapat membuktikan kalau kita mampu meski hidup tanpa suami...atau kita cari yang lain..tapi ya jangan sampai kejadian begitu ya..."
"Suami saya tidak mempermasalahkan kalau saya gemuk jadi jelek. Saya gemuk, keriput, ya memang saya gemuk dan keriput itu pasti.. Tapi yang dia tekankan, saya tidak boleh terlalu gemuk karena kesehatan. Karena gemuk itu identik dengan Diabetes Melitus, kolesterol, darah tinggi, dan lain-lain. Itu alasannya, bukan karena takut jadi jelek.."
ini dulu :D
12 November 2013
Hanya Sebuah Dugaan
Mungkin ketika kita pernah terjatuh dalam kubangan dosa dan sekarang sedang disadarkan, kita akan sangat enggan kembali pada dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Maka jika sejak lahir kita rasa belum pernah berbuat dosa, cobalah berbuat dosa, dan bertaubatlah. <<< ini pernyataan ngawur banget, ya Allah...
iya, dan ini tulisan saya sendiri
karena...
masih saja ada fenomena 'tidak menjaga' antar mereka yang (katanya) sudah bertaubat...
ya, dan saya salah satunya..
maka dimanakah muara hidup ini sebenarnya?
ketika kita sudah tahu ilmu, menyebarkannya, tapi tidak kita lakukan...
terlalu pintar beralasan kah kita?
beruntung sekali kita..
atau sial?
kita tidak pernah tahu apa yang Allah akan takdirkan pada kita...
memang benar bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa
memang benar bahwa manusia sangat suka menduga..
Allah, ampuni hamba T.T
iya, dan ini tulisan saya sendiri
karena...
masih saja ada fenomena 'tidak menjaga' antar mereka yang (katanya) sudah bertaubat...
ya, dan saya salah satunya..
maka dimanakah muara hidup ini sebenarnya?
ketika kita sudah tahu ilmu, menyebarkannya, tapi tidak kita lakukan...
terlalu pintar beralasan kah kita?
beruntung sekali kita..
atau sial?
kita tidak pernah tahu apa yang Allah akan takdirkan pada kita...
memang benar bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa
memang benar bahwa manusia sangat suka menduga..
Allah, ampuni hamba T.T
9 November 2013
Untuk Apa (2)
Ini pembicaraan serius. Yaa.. setidaknya tidak terlalu bernada curhat dengan celotehan seadanya seperti biasanya. Ini tentang sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah terjawab. Hanya saja saya ingin menanyakan lagi, lagi dan terus.
Ini tentang perempuan.
Apakah benar bahwa pandangan perempuan berbeda dengan laki-laki? Dimana saya pernah mendengar bahwa jika perempuan memandang, pandangan matanya bisa cukup peka dalam 180 derajat. Artinya, jika perempuan memandang lurus ke depan, berarti juga mampu mengetahui sedikit yang ada di samping kiri kanannya, searah 180 derajat. Berbeda dengan laki-laki yang hanya memiliki kefokusan pandangan sebesar 45 derajat. Jadi laki-laki harus memfokuskan pandangan saat melihat sesuatu (terutama jika sesuatu itu perempuan), dengan memutar kepalanya juga. Sementara perempuan mampu melihat 180 derajat tanpa harus memutar kepalanya. Maka sering ada kejadian bahwa perempuan tahu jika dia sedang diperhatikan oleh laki-laki.
Atau juga saya pernah mendengar, bahwa perasaan perempuan akan biasa saja ketika melihat laki-laki yang menarik. "Oh, dia ganteng, ya!". Sudah, itu saja. Tanpa ada bayangan apapun yang mengikuti. Sementara laki-laki yang melihat perempuan cantik, bayangan dan khayalannya akan sampai kemana-mana. Meski perempuan itu sudah menutup auratnya dengan baik. Meski hanya seulas tipis senyum yang sempat tergerak. Begitukah?
Lalu jika perempuan sudah mengerti, untuk apa masih memasang foto-foto yang 'cukup menarik' itu di jejaring sosial? Untuk apa sibuk berdandan jika ternyata yang ada di sekeliling ya orang-orang yang biasa kita jumpai. Demi hari istimewakah? Demi lebih cantik di fotokah? Bukankah kini teknologi sudah semakin canggih dan muka kita yang biasa bisa dibuat membahana sedemikian rupa? Lalu untuk apa?
Saya juga kadang masih takut jika nanti yang saya lakukan bukan untuk apa-apa... Termasuk menuliskan semua ini. Menyulut pertengkaran antar perempuan.
"Perempuan punya hak untuk menjadikan dirinya eksis, diakui dunia" katanya begitu
"Laki-laki juga punya hak untuk dijaga dari godaan. Janganlah jadi perempuan yang 'menggoda'" kata yang lain begitu
"Yoo salah sendiri gak bisa jaga diri.." katanya begitu
"Kucing mau makan ikan dengan lahap kalo ikannya disodorkan ke depan mulutnya, kalo ikannya masih disimpan rapi, kucing hanya bisa mengendus-endus.." kata yang lain begitu..
Untuk apa saya menulis begini?
Ini tentang perempuan.
Apakah benar bahwa pandangan perempuan berbeda dengan laki-laki? Dimana saya pernah mendengar bahwa jika perempuan memandang, pandangan matanya bisa cukup peka dalam 180 derajat. Artinya, jika perempuan memandang lurus ke depan, berarti juga mampu mengetahui sedikit yang ada di samping kiri kanannya, searah 180 derajat. Berbeda dengan laki-laki yang hanya memiliki kefokusan pandangan sebesar 45 derajat. Jadi laki-laki harus memfokuskan pandangan saat melihat sesuatu (terutama jika sesuatu itu perempuan), dengan memutar kepalanya juga. Sementara perempuan mampu melihat 180 derajat tanpa harus memutar kepalanya. Maka sering ada kejadian bahwa perempuan tahu jika dia sedang diperhatikan oleh laki-laki.
Atau juga saya pernah mendengar, bahwa perasaan perempuan akan biasa saja ketika melihat laki-laki yang menarik. "Oh, dia ganteng, ya!". Sudah, itu saja. Tanpa ada bayangan apapun yang mengikuti. Sementara laki-laki yang melihat perempuan cantik, bayangan dan khayalannya akan sampai kemana-mana. Meski perempuan itu sudah menutup auratnya dengan baik. Meski hanya seulas tipis senyum yang sempat tergerak. Begitukah?
Lalu jika perempuan sudah mengerti, untuk apa masih memasang foto-foto yang 'cukup menarik' itu di jejaring sosial? Untuk apa sibuk berdandan jika ternyata yang ada di sekeliling ya orang-orang yang biasa kita jumpai. Demi hari istimewakah? Demi lebih cantik di fotokah? Bukankah kini teknologi sudah semakin canggih dan muka kita yang biasa bisa dibuat membahana sedemikian rupa? Lalu untuk apa?
Saya juga kadang masih takut jika nanti yang saya lakukan bukan untuk apa-apa... Termasuk menuliskan semua ini. Menyulut pertengkaran antar perempuan.
"Perempuan punya hak untuk menjadikan dirinya eksis, diakui dunia" katanya begitu
"Laki-laki juga punya hak untuk dijaga dari godaan. Janganlah jadi perempuan yang 'menggoda'" kata yang lain begitu
"Yoo salah sendiri gak bisa jaga diri.." katanya begitu
"Kucing mau makan ikan dengan lahap kalo ikannya disodorkan ke depan mulutnya, kalo ikannya masih disimpan rapi, kucing hanya bisa mengendus-endus.." kata yang lain begitu..
Untuk apa saya menulis begini?
7 November 2013
Untuk Apa
Nyambi twitteran, facebookan, tumblr-an, ngeblog saat ngerjain skripsi dan tugas-tugas lain, nyambi mikir, untuk apa sebenarnya hidup ini?
Apakah hidup ini hanya sebatas berkegiatan dan mengabarkan pada dunia, "aku sedang begini, di sini, ini gambarnya, bagus kan?"...
Dan muncullah rasa-rasa yang bermacam.
Dan kalau skripsi dan tugas-tugas semasa kuliah selesai, apa yang harus dilakukan selanjutnya? Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup? menikah dengan yang dicinta? beli rumah, mobil, punya anak-anak... itu saja.
Atau ketika masih duduk di bangku kuliah, merasa ingin memiliki gadget terbaru. Bukan dengan dalih keinginan, tapi kebutuhan, "kebutuhan karena harus tampil hampir sama dengan teman sepergaulan, kalau tidak begini, tidak akan diakui".
Apa lagi?
Apakah hidup ini hanya sebatas berkegiatan dan mengabarkan pada dunia, "aku sedang begini, di sini, ini gambarnya, bagus kan?"...
Dan muncullah rasa-rasa yang bermacam.
Dan kalau skripsi dan tugas-tugas semasa kuliah selesai, apa yang harus dilakukan selanjutnya? Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup? menikah dengan yang dicinta? beli rumah, mobil, punya anak-anak... itu saja.
Atau ketika masih duduk di bangku kuliah, merasa ingin memiliki gadget terbaru. Bukan dengan dalih keinginan, tapi kebutuhan, "kebutuhan karena harus tampil hampir sama dengan teman sepergaulan, kalau tidak begini, tidak akan diakui".
Apa lagi?
Langganan:
Postingan (Atom)