Pernikahan, antara Kepentingan Pribadi dan Dakwah
“Barangsiapa yang menikahkan
(putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan
akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang
menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan
kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya
kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan
menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin
menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah
senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR.
Thabrani)
Sejatinya, menikah adalah sebuah
prosesi untuk menyatukan dua keluarga yang berbeda. Bukan hanya menyatukan dua
orang yang saling mencintai. Lebih dari itu, menikah merupakan penyatuan dua
pribadi yang berbeda, meski saling mencintai, menyatukan dua keluarga besar,
meski nyatanya sendiri-sendiri. Karena menikah adalah hal seperti itu, maka
segala pertimbangan harus dipikirkan dengan matang. Menikah tidak diputuskan
dengan melihat, merasa cocok, dan ya, saya bersedia.. Menikah memerlukan proses
yang tidak main-main untuk mengenal seseorang yang terjamin akhlaknya,
mengetahui keadaan keluarganya, hingga siap mengucap janji sehidup semati. Maka
kadang, pertimbangan-pertimbangan yang baik memang membutuhkan waktu cukup
panjang.
Tidak cukup hanya sampai di situ
saja, tidak cukup hanya pertimbangan pribadi dan keluarga saja. Pertimbangan
lebih jauh-terlebih bagi yang sudah mengenal kata dakwah-adalah mengenai dakwah
itu sendiri. Bahwa sabda Rasulullah tentang calon pendamping yang baik
akhlaknya, bukan hanya berdasar pada pertimbangan pribadi. Dengan calon
pendamping yang baik secara akhlak, menjadi harapan awal masih adanya kata
dakwah dalam keberlangsungan pernikahan, karena setidaknya, ada barakah Allah
dalam ikatan tersebut.
Semua yang kita lakukan, kembali
kepada niatan awal kita. Jika menikah karena untuk memiliki seseorang yang
telah menjadi idaman, insyaAllah keinginan terebut tercapai, tapi ya hanya
sampai di situ saja. Namun jika niat kita karena Allah, maka itulah yang kita
dapat, kita mendapat segala yang akan Allah berikan pada niat kita. Bahwa
mungkin saja, begitu banyak barakah yang akan didapat. Bahwa mungkin saja,
pendamping kita memiliki rupa yang biasa, tetapi tiap kita memandang, ada
kebahagiaan karena tidak mungkin ada yang iri. Bahwa mungkin saja, anak-anak
kita nanti begitu memenuhi ruang tamu, dengan penghasilan kita yang
sebegitu-begitu saja, tetapi ketenangan selalu meliputi. Bahwa mungkin saja,
kedudukan keluarga yang akan kita bentuk nanti biasa-biasa saja di mata
manusia, tetapi cinta Allah meninggikan kita sewajarnya. Bahwa mungkin kita
merasa terhimpit, tetapi Allah senantiasa mencurahkan rahmatNya hingga barakah
itu semakin tidak pernah sempit.
Maka, antara pribadi dan dakwah,
agaknya kita akan lebih bijak jika memilih karenaNya dalam dakwah. Meski berat,
semoga kita termasuk dalam golongan yang mempertimbangkan sesuatu dengan baik. J